Pejuang Kemerdekaan Berambut Gondrong dalam Sebuah Foto

Sabtu, 10 Maret 2018 - 05:00 WIB
Pejuang Kemerdekaan Berambut Gondrong dalam Sebuah Foto
Pejuang Kemerdekaan Berambut Gondrong dalam Sebuah Foto
A A A
Akun twitter @potretlawas pada 27 Januari 2018 mengunggah sebuah foto dokumenter menarik yang merekam aktivitas para pejuang kemerdekaan. Dalam keterangan foto dituliskan, “Gerilyawan divisi Siliwangi di Jawa Barat, 26 April 1949. Beberapa berikrar tetap gondrong sampai Belanda pergi.”

Dalam foto hitam putih itu terlihat sekumpulan pemuda pejuang. Tampak di tengah ada seorang pejuang menggunakan radio disaksikan rekan-rekannya yang menyandang berbagai jenis senjata. Terlihat ada dua pejuang berambut gondrong lengkap mengenakan seragam tentara, baret, dan menyandang senjata.

“Masa inilah gondrong bersilang makna dengan ekstremis yang, mengutip Roeslan Abdulgani, hanya haus darah Belanda, dus buas, berbahaya. Menurut Ali Sastroamidjojo, mereka inilah kekuatan revolusi kita – tanpa mereka mungkin sejarah kemerdekaan akan lain…” tulis‏ @potretlawas.

Foto yang diunggah ini pun banyak mendapat komentar. Salah satu komentar menarik dari Maman Suherman atau Kang Maman yang popular sebagai notulen dalam acara Indonesia Lawak Klub (ILK). “Biar adil, cari juga dong foto pejuang yg minim dan minus rambut tapi maksi dalam perjuangan membela tanah air,” tulisnya melalui akun @maman1965.

“Semua ke-gondrong-an itu akan hilang pada waktunya kok Kang. Tenang saja,” balas @potretlawas ditambah emoticon tertawa.

Sebelumnya, akun twitter@matapadi juga pernah mengunggah dan membahas tentang foto ekslusif tersebut. “Pejuang berambut panjang di foto eksklusif ini telah bersumpah untuk tidak memotong rambut mereka sampai Belanda diusir dari wilayah Republik” seraya menjelaskan bahwa keterangan tersebut dikutip dari sebuah situs asal negeri Belanda yang memuat foto-foto bersejarah.

Dalam cuitan berikutnya dijelaskan “Para pejuang, baik dari laskar maupun dari tentara resmi (TNI), ketika itu memang banyak yang berambut gondrong. Tampaknya ini berlaku umum dan lumrah ketika itu, selain juga karena situasinya yang memungkinkan.”

“Jika pada masa pergerakan dikenal peci dan pakaian rapi sebagai simbol dari pergerakan, kelak rambut gondrong juga menjadi bagian identitas dari para pemuda dan pejuang ketika periode Perang Mempertahankan Kemerdekaan,” lanjut @matapadi.

Foto tersebut seakan menceritakan pada masa itu, sudah hal yang biasa jika ada di antara pejuang yang berambut gondrong. Buktinya di daerah Sukabumi pernah dikenal pejuang kemerdekaan dengan julukan Si Gondrong Setan.

Radar Sukabumi menuliskan, Si Gondrong Setan merupakan julukan untuk Djarkasih yang merupakan mantan komandan regu tentara pejuang kemerdekaan Republik Indonesia. Djarkasih tak pernah gentar menghadapi musuh dan selalu berdiri tegak memimpin pejuang lain. “Kenapa disebut si Gondrong Setan, karena selain memiliki rambut gondrong, dia kebal peluru,” kata Marliah, istri Djarkasih.

Ali Sastroamidjojo (1974:198) dalam autobiografinya, Tonggak-tonggak di Perjalananku, menggambarkan pemuda yang berambut gondrong dengan gaya urakan sebagai kekuatan revolusi di Yogyakarta pada awal 1946. Bahkan seorang saksi hidup dan pelaku sejarah, Francisca C Fanggidaej, punya penggambaran sangat menarik soal itu.

“Kota Yogya mendidih dari semangat dan tekad juang pemuda. Pekik dan salam Merdeka memenuhi ruang udara kota. Jalan-jalan dikuasai pemuda: kebanyakan berambut gondrong, mereka bersenjatakan pistol, senapan, brengun sampai kelewang panjang Jepang, dan sudah tentu bambu-runcing,” tulisnya dalam artikel “Sekelumit Pengalaman Pada Masa Revolusi Agustus 1945-1949” yang dimuat SAS Newsletter No 4 Desember 1996.

Jadi, rambut gondrong pun pernah menjadi identitas para pemuda dalam perjuangan revolusi Indonesia. Berbeda dengan simbol para aktivis perjuangan masa pergerakan yang identik dengan berpakaian rapi dan menggenaan peci.

Mulai dari zaman Jepang hingga masa-masa revolusi fisik, para pemuda pejuang semakin identik rambut gondrong dan seragam militer. Namun, oleh penjajah Belanda, yang terbiasa dengan penampilan rambut pendek dan disisir rapi, para pemuda pejuang ini dilabeli cap ekstremis atau kriminal.

Diolah dari berbagai sumber:
Twitter Potret Lawas
Twitter MataPadi Pressindo
http://radarsukabumi.com
http://www.berdikarionline.com
(wib)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7206 seconds (0.1#10.140)