Logistik Kering, Mesin Partai Jadi Ujung Tombak Kemenangan
A
A
A
BANDUNG - Pakar politik dan pemerintahan dari Universitas Parahyangan (Unpar) Bandung Asep Warlan Yusuf menyebut kekeringan logistik yang tengah dialami pasangan cagub-cawagub Jabar akibat kalkulasi yang meleset.
Dihubungi melalui telepon selulernya, Asep menuturkan, sejak awal pencalonan, dukungan finansial di balik pasangan cagub-cawagub Jabar menjadi salah satu poin kalkulasi yang dilakukan. Namun, kenyataannya, kalkulasi tersebut meleset.
"Kalkulasi meleset karena memang banyak pengusaha, relasi, anggota legislatif, hingga kader parpol saat ini lebih fokus menghadapi 2019 (pileg dan pilpres)," kata Asep, Senin (19/2/2018).
Asep menjelaskan, rentang waktu yang tidak terlalu jauh antara Pilgub Jabar 2018 dengan Pilpres dan Pileg 2019 membuat para penyumbang dana berpikir dua kali sebelum menggelontorkan dananya.
Khusus pengusaha, kata Asep, mereka akan berpikir keuntungan yang diperoleh sebelum menyumbangkan dananya. Jika imbalan politik yang mereka terima tidak menguntungkan, pengusaha akan berpikir ulang mengeluarkan dananya.
"Meskipun sumbangan dana itu saat ini juga ada, tapi tidak besar, seadanya saja. Beda halnya dengan pilpres nanti, mereka akan memanfaatkan momentum itu. Bohong kalau pengusaha tidak memikirkan take and give-nya," ujar Asep seraya menyebutkan hasil survei yang tidak menentu menjadi alasan lain pengusaha banyak menahan diri di ajang Pilgub Jabar 2018.
Meski begitu, Asep memprediksi, akhir Maret atau awal April 2018, para penyumbang dana akan lebih menunjukkan sikapnya, setelah masing-masing cagub-cawagub Jabar beradu visi dan misinya.
"Mereka akan melihat visi misi yang diusung, termasuk sosok-sosok yang berada di belakang cagub-cawagub Jabar. Kalau visi misinya, termasuk orang-orang di belakangnya oke, mereka akan menggelontorkan dananya. Sebaliknya, kalau dipandang tidak menguntungkan, kayaknya lewat. Mereka akan lebih memilih 2019," jelasnya.
Di tengah kondisi tersebut, Asep mengatakan, cagub-cawagub Jabar mau tak mau harus benar-benar menggerakkan mesin parpol pendukungnya untuk meraih dukungan masyarakat seluas-luasnya. Selain itu, memperbanyak kampanye dialogis ketimbang menggelar panggung terbuka yang menyedot banyak biaya. "Mau tidak mau, mesin politik harus didayagunakan," katanya.
Asep menyebutkan, soliditas mesin Partai Keadilan Sejahtera (PKS) patut dicontoh mesin parpol lain di saat kondisi cagub-cawagub Jabar tengah mengalami kekeringan logistik. Menurut dia, kader-kader PKS dikenal mau bekerja tanpa dukungan dana. Bahkan, mereka rela mengeluarkan kocek pribadinya demi memenangkan calon pemimpinnya.
"Mereka itu menganggap memenangkan calon pemimpinnya sebagai ibadah. Nah, PKS itu punya doktrin seperti itu. Pertanyaannya, apakah parpol lain bisa?"
Diberitakan sebelumnya, kekeringan logistik diduga melanda pasangan cagub-cawagub Jawa Barat yang tengah berkontestasi di ajang Pilgub Jabar 2018. Hal ini disebabkan banyaknya penyumbang dana yang memilih menahan diri.
Dugaan tersebut diungkapkan Analis Senior Indonesia Strategic Institute (Instrat) Adi Nugroho. Dia mengatakan, para penyumbang dana kini lebih fokus menghadapi ajang politik 2019 ketimbang Pilgub Jabar 2018. (Baca Juga: Cagub-Cawagub Jabar Diduga Dilanda Kekeringan Logistik(zik)
Dihubungi melalui telepon selulernya, Asep menuturkan, sejak awal pencalonan, dukungan finansial di balik pasangan cagub-cawagub Jabar menjadi salah satu poin kalkulasi yang dilakukan. Namun, kenyataannya, kalkulasi tersebut meleset.
"Kalkulasi meleset karena memang banyak pengusaha, relasi, anggota legislatif, hingga kader parpol saat ini lebih fokus menghadapi 2019 (pileg dan pilpres)," kata Asep, Senin (19/2/2018).
Asep menjelaskan, rentang waktu yang tidak terlalu jauh antara Pilgub Jabar 2018 dengan Pilpres dan Pileg 2019 membuat para penyumbang dana berpikir dua kali sebelum menggelontorkan dananya.
Khusus pengusaha, kata Asep, mereka akan berpikir keuntungan yang diperoleh sebelum menyumbangkan dananya. Jika imbalan politik yang mereka terima tidak menguntungkan, pengusaha akan berpikir ulang mengeluarkan dananya.
"Meskipun sumbangan dana itu saat ini juga ada, tapi tidak besar, seadanya saja. Beda halnya dengan pilpres nanti, mereka akan memanfaatkan momentum itu. Bohong kalau pengusaha tidak memikirkan take and give-nya," ujar Asep seraya menyebutkan hasil survei yang tidak menentu menjadi alasan lain pengusaha banyak menahan diri di ajang Pilgub Jabar 2018.
Meski begitu, Asep memprediksi, akhir Maret atau awal April 2018, para penyumbang dana akan lebih menunjukkan sikapnya, setelah masing-masing cagub-cawagub Jabar beradu visi dan misinya.
"Mereka akan melihat visi misi yang diusung, termasuk sosok-sosok yang berada di belakang cagub-cawagub Jabar. Kalau visi misinya, termasuk orang-orang di belakangnya oke, mereka akan menggelontorkan dananya. Sebaliknya, kalau dipandang tidak menguntungkan, kayaknya lewat. Mereka akan lebih memilih 2019," jelasnya.
Di tengah kondisi tersebut, Asep mengatakan, cagub-cawagub Jabar mau tak mau harus benar-benar menggerakkan mesin parpol pendukungnya untuk meraih dukungan masyarakat seluas-luasnya. Selain itu, memperbanyak kampanye dialogis ketimbang menggelar panggung terbuka yang menyedot banyak biaya. "Mau tidak mau, mesin politik harus didayagunakan," katanya.
Asep menyebutkan, soliditas mesin Partai Keadilan Sejahtera (PKS) patut dicontoh mesin parpol lain di saat kondisi cagub-cawagub Jabar tengah mengalami kekeringan logistik. Menurut dia, kader-kader PKS dikenal mau bekerja tanpa dukungan dana. Bahkan, mereka rela mengeluarkan kocek pribadinya demi memenangkan calon pemimpinnya.
"Mereka itu menganggap memenangkan calon pemimpinnya sebagai ibadah. Nah, PKS itu punya doktrin seperti itu. Pertanyaannya, apakah parpol lain bisa?"
Diberitakan sebelumnya, kekeringan logistik diduga melanda pasangan cagub-cawagub Jawa Barat yang tengah berkontestasi di ajang Pilgub Jabar 2018. Hal ini disebabkan banyaknya penyumbang dana yang memilih menahan diri.
Dugaan tersebut diungkapkan Analis Senior Indonesia Strategic Institute (Instrat) Adi Nugroho. Dia mengatakan, para penyumbang dana kini lebih fokus menghadapi ajang politik 2019 ketimbang Pilgub Jabar 2018. (Baca Juga: Cagub-Cawagub Jabar Diduga Dilanda Kekeringan Logistik(zik)