Cagub-Cawagub Jabar Diduga Dilanda Kekeringan Logistik
A
A
A
BANDUNG - Kekeringan logistik diduga melanda pasangan cagub-cawagub Jawa Barat yang tengah berkontestasi di ajang Pilgub Jabar 2018. Hal ini disebabkan banyaknya penyumbang dana yang memilih menahan diri.
Dugaan tersebut diungkapkan Analis Senior Indonesia Strategic Institute (Instrat) Adi Nugroho. Dia mengatakan, para penyumbang dana kini lebih fokus menghadapi ajang politik 2019 ketimbang Pilgub Jabar 2018.
Akibatnya, untuk sementara ini, masa kampanye yang tengah bergulir pun tak dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh para cagub-cawagub Jabar. Momentum kampanye berjalan apa adanya tanpa adanya gerakan-gerakan masif yang melibatkan banyak orang dengan jangkauan area kampanye yang luas.
Tidak hanya itu, alat peraga kampanye (APK) dan hal-hal lain yang berhubungan dengan sosialisasi cagub-cawagub Jabar kini tak banyak terlihat. Meskipun saat ini APK dipasok langsung KPU, namun cagub-cawagub sebenarnya bisa mengupayakan pernak-pernik lain maupun kegiatan-kegiatan untuk menarik simpati masyarakat jika mengantongi dana kampanye yang besar.
"Kami menduga, sementara ini para cagub-cawagub Jabar ini memang sedang kekeringan logistik," kata Adi di Bandung, Senin (19/2/2018).
Adi menjelaskan, selain menghadapi pesta politik 2019, penyebab lain yang membuat para penyumbang dana menahan diri adalah perhitungan matematis. Mereka cenderung lebih berhitung matematis sebelum menyumbangkan dananya kepada cagub-cawagub Jabar.
"Meskipun jumlah sumbangan dibatasi, tapi di luar pembatasan itu kan susah dilacak dan sangat tertutup. Mereka cenderung berhitung matematis. Hanya cagub-cawagub Jabar yang paling berpeluang menang dan surveinya baik saja yang berpeluang didukung," paparnya.
Adi menambahkan, persediaan logistik berupa dana maupun sarana pendukung kampanye sangat penting untuk meraih kemenangan di ajang kontestasi politik. Tanpa dukungan logistik yang kuat, niscaya kemenangan akan lebih sulit diraih. Terlebih, Jabar dikenal sebagai provinsi dengan jumlah pemilih terbanyak dan wilayah geografisnya yang luas.
"Logistik itu penting. Tanpa logistik yang memadai tentu mereka akan sulit bergerak, berkampanye sampai ke pelosok-pelosok. Tanpa logistik yang kuat, peluang kemenangan pun menjadi lebih tipis," tandasnya.
Dugaan tersebut diungkapkan Analis Senior Indonesia Strategic Institute (Instrat) Adi Nugroho. Dia mengatakan, para penyumbang dana kini lebih fokus menghadapi ajang politik 2019 ketimbang Pilgub Jabar 2018.
Akibatnya, untuk sementara ini, masa kampanye yang tengah bergulir pun tak dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh para cagub-cawagub Jabar. Momentum kampanye berjalan apa adanya tanpa adanya gerakan-gerakan masif yang melibatkan banyak orang dengan jangkauan area kampanye yang luas.
Tidak hanya itu, alat peraga kampanye (APK) dan hal-hal lain yang berhubungan dengan sosialisasi cagub-cawagub Jabar kini tak banyak terlihat. Meskipun saat ini APK dipasok langsung KPU, namun cagub-cawagub sebenarnya bisa mengupayakan pernak-pernik lain maupun kegiatan-kegiatan untuk menarik simpati masyarakat jika mengantongi dana kampanye yang besar.
"Kami menduga, sementara ini para cagub-cawagub Jabar ini memang sedang kekeringan logistik," kata Adi di Bandung, Senin (19/2/2018).
Adi menjelaskan, selain menghadapi pesta politik 2019, penyebab lain yang membuat para penyumbang dana menahan diri adalah perhitungan matematis. Mereka cenderung lebih berhitung matematis sebelum menyumbangkan dananya kepada cagub-cawagub Jabar.
"Meskipun jumlah sumbangan dibatasi, tapi di luar pembatasan itu kan susah dilacak dan sangat tertutup. Mereka cenderung berhitung matematis. Hanya cagub-cawagub Jabar yang paling berpeluang menang dan surveinya baik saja yang berpeluang didukung," paparnya.
Adi menambahkan, persediaan logistik berupa dana maupun sarana pendukung kampanye sangat penting untuk meraih kemenangan di ajang kontestasi politik. Tanpa dukungan logistik yang kuat, niscaya kemenangan akan lebih sulit diraih. Terlebih, Jabar dikenal sebagai provinsi dengan jumlah pemilih terbanyak dan wilayah geografisnya yang luas.
"Logistik itu penting. Tanpa logistik yang memadai tentu mereka akan sulit bergerak, berkampanye sampai ke pelosok-pelosok. Tanpa logistik yang kuat, peluang kemenangan pun menjadi lebih tipis," tandasnya.
(zik)