Kisah Karomah Syekh Makhdum Wali
A
A
A
Syekh Makhdum Wali adalah salah seorang bangsawan dan ulama yang ditunjuk Sultan Demak Raden Patah untuk menyiarkan Islam di wilayah Kadipaten Pasir Luhur (sekarang Banyumas). Kala itu Raden Patah meminta agar siar Islam dilakukan dengan dakwah dengan damai tanpa peperangan.
Kawasan Kadipaten Pasir Luhur kala itu belum termasuk dalam wilayah Demak. Konon Pasir Luhur wilayahnya mulai dari Gunung Sindoro Sumbing sebagai batas sebelah timur sampai dengan Sungai Citarum sebagai batas sebelah barat.
Kadipaten Pasir Luhur saat itu di bawah pimpinan Adipati Raden Banyak Blanak dengan patihnya bernama Wirakecana atau Raden Banyak Glek atau Banyak Geleh. Mereka adalah kakak beradik.
Setelah mendapat perintah tersebut konon dengan kesaktiannya Syekh Makhdum Wali kemudian melakukan kontak batin dengan Raden Banyak Blanak yang saat itu sedang bersembahyang di sanggar pemujaan. Dalam kesempatan itu Syekh Makhdum Wali menerangkan soal Islam kepada sang Adipati.
Setelah kontak batin itu Raden Banyak Blanak memanggil Patih Wirakencana. Sang Adipati menyampaikan hal tersebut ke Wirakencana. Keduanya sepakat menerima kehadiran Syekh Makhdum Wali .
Kemudian Syekh Makhdum Wali menemui secara langsung Adipati Pasir Luhur tersebut Kehadiran Syekh Makhdum Wali di Pasir Luhur disambut baik oleh Adipati Banyak Blanak dan patih Wirakencana. Keduanya pun akhirnya mendapat hidayah dengan masuk Islam dan menjadi murid Syekh Makhdum Wali.
Syekh Makhdum Wali dan Adipati Banyak Blanak akhirnya mengislamkan dari Pati sampai dengan Citarum. Karena jasanya Adipati Banyak Blanak diberi gelar Pangeran Senopati Mangkubumi I oleh Sultan Demak. Selain itu, Pasir Luhur dibebaskan dari pajak setiap tahunnya, diberi Mustaka Masjid, dan diberi seribu pikul jebuk wangi (jambe).
Namun saat Demak berganti pemerintahan di bawah Sultan Trenggana, putra Adipati Banyak Blanak, Banyak Thole keluar dari Islam dan mengubur hidup-hidup ayahnya Raden Banyak Blanak ketika sakit keras. Banyak Thole pun berseberangan dengan patih Banyak Geleh (pamannya). Banyak Thole kemudian memberontak kepada Sultan Trenggana. Banyak Thole pun mengirimkan pasukan untuk menyerang Demak.
Namun Banyak Geleh yang juga murid Syekh Makhdum Wali menyatakan kesetiaannya terhadap Demak. Atas bantuan Syekh Makhdum Wali, Banyak Geleh atau Wirakencana bisa mengalahkan pasukan Banyak Thole. Namun Banyak Thole berhasil melarikan diri.
Karena Jasanya Banyak Geleh atau Wirakencana dinobatkan sebagai Adipati dan diberi gelar Pangeran Mangkubumi II oleh Sultan Trenggana.
Syekh Makhdum Wali kemudian mendapat izin untuk membangun padepokan yang diberi nama Padepokan Dekah Ambawang Gula Gumantung yang berfungsi sebagai masjid dan pesantren yang mengajarkan agama Islam.
Kadipaten Pasir Luhur kemudian dipindah ke arah timur laut Sunggai Logawa, dan berganti nama menjadi Kadipaten Pasir Bathang.
Namun Syekh Makhdum Wali padepokannya tetap di Ambawang Gulo Gumantung, sampai akhir hayatnya. Beberapa tahun kemudian Pangeran Mangkubumi II pun wafat, dan dimakamkan satu liang dengan makam Syekh Makhdumwali.
Sebelumnya pernah terjadi perjanjian antara Syekh Makhdum Wali dengan Pangeran Mangkubumi II, bahwa kalau nanti sampai akhir hayatnya keduanya akan disemayamkan pada liang lahat yang sama. Hal ini menunjukan kesetiaan Mangkubumi II terhadap Gurunya yaitu Syekh Makhdum Wali dalam mempertahankan dan mengamalkan ajaran Islam di Kadipaten Pasir Luhur.
Makam Syekh Makdum Wali terletak Karanglewas sekitar 500 meter ke utara dari Jalan Raya Karanglewas. Untuk menuju ke komplek makam yang berada di tempat asri itu harus melalui jalan lingkar Karang Lewas.
Di komplek pemakaman Syekh Makhdum terdapat tiga makam. Yakni di sebelah utara terdapat makam Senopati Mangkubumi I, sedangkan dua makam yang ada aulanya masing-masing makam Syekh Makhdum Wali yang berdampingan dengan makam Mangkubumi II.
Sumber:
- nahdlatululama.id
- pasirwetan.karanglewaskec.banyumaskab.go.id
Kawasan Kadipaten Pasir Luhur kala itu belum termasuk dalam wilayah Demak. Konon Pasir Luhur wilayahnya mulai dari Gunung Sindoro Sumbing sebagai batas sebelah timur sampai dengan Sungai Citarum sebagai batas sebelah barat.
Kadipaten Pasir Luhur saat itu di bawah pimpinan Adipati Raden Banyak Blanak dengan patihnya bernama Wirakecana atau Raden Banyak Glek atau Banyak Geleh. Mereka adalah kakak beradik.
Setelah mendapat perintah tersebut konon dengan kesaktiannya Syekh Makhdum Wali kemudian melakukan kontak batin dengan Raden Banyak Blanak yang saat itu sedang bersembahyang di sanggar pemujaan. Dalam kesempatan itu Syekh Makhdum Wali menerangkan soal Islam kepada sang Adipati.
Setelah kontak batin itu Raden Banyak Blanak memanggil Patih Wirakencana. Sang Adipati menyampaikan hal tersebut ke Wirakencana. Keduanya sepakat menerima kehadiran Syekh Makhdum Wali .
Kemudian Syekh Makhdum Wali menemui secara langsung Adipati Pasir Luhur tersebut Kehadiran Syekh Makhdum Wali di Pasir Luhur disambut baik oleh Adipati Banyak Blanak dan patih Wirakencana. Keduanya pun akhirnya mendapat hidayah dengan masuk Islam dan menjadi murid Syekh Makhdum Wali.
Syekh Makhdum Wali dan Adipati Banyak Blanak akhirnya mengislamkan dari Pati sampai dengan Citarum. Karena jasanya Adipati Banyak Blanak diberi gelar Pangeran Senopati Mangkubumi I oleh Sultan Demak. Selain itu, Pasir Luhur dibebaskan dari pajak setiap tahunnya, diberi Mustaka Masjid, dan diberi seribu pikul jebuk wangi (jambe).
Namun saat Demak berganti pemerintahan di bawah Sultan Trenggana, putra Adipati Banyak Blanak, Banyak Thole keluar dari Islam dan mengubur hidup-hidup ayahnya Raden Banyak Blanak ketika sakit keras. Banyak Thole pun berseberangan dengan patih Banyak Geleh (pamannya). Banyak Thole kemudian memberontak kepada Sultan Trenggana. Banyak Thole pun mengirimkan pasukan untuk menyerang Demak.
Namun Banyak Geleh yang juga murid Syekh Makhdum Wali menyatakan kesetiaannya terhadap Demak. Atas bantuan Syekh Makhdum Wali, Banyak Geleh atau Wirakencana bisa mengalahkan pasukan Banyak Thole. Namun Banyak Thole berhasil melarikan diri.
Karena Jasanya Banyak Geleh atau Wirakencana dinobatkan sebagai Adipati dan diberi gelar Pangeran Mangkubumi II oleh Sultan Trenggana.
Syekh Makhdum Wali kemudian mendapat izin untuk membangun padepokan yang diberi nama Padepokan Dekah Ambawang Gula Gumantung yang berfungsi sebagai masjid dan pesantren yang mengajarkan agama Islam.
Kadipaten Pasir Luhur kemudian dipindah ke arah timur laut Sunggai Logawa, dan berganti nama menjadi Kadipaten Pasir Bathang.
Namun Syekh Makhdum Wali padepokannya tetap di Ambawang Gulo Gumantung, sampai akhir hayatnya. Beberapa tahun kemudian Pangeran Mangkubumi II pun wafat, dan dimakamkan satu liang dengan makam Syekh Makhdumwali.
Sebelumnya pernah terjadi perjanjian antara Syekh Makhdum Wali dengan Pangeran Mangkubumi II, bahwa kalau nanti sampai akhir hayatnya keduanya akan disemayamkan pada liang lahat yang sama. Hal ini menunjukan kesetiaan Mangkubumi II terhadap Gurunya yaitu Syekh Makhdum Wali dalam mempertahankan dan mengamalkan ajaran Islam di Kadipaten Pasir Luhur.
Makam Syekh Makdum Wali terletak Karanglewas sekitar 500 meter ke utara dari Jalan Raya Karanglewas. Untuk menuju ke komplek makam yang berada di tempat asri itu harus melalui jalan lingkar Karang Lewas.
Di komplek pemakaman Syekh Makhdum terdapat tiga makam. Yakni di sebelah utara terdapat makam Senopati Mangkubumi I, sedangkan dua makam yang ada aulanya masing-masing makam Syekh Makhdum Wali yang berdampingan dengan makam Mangkubumi II.
Sumber:
- nahdlatululama.id
- pasirwetan.karanglewaskec.banyumaskab.go.id
(sms)