Usung Ridwan Kamil, PDIP Bakal Kerepotan
A
A
A
BANDUNG - PDIP berpeluang besar mengusung Ridwan Kamil di Pilgub Jabar 2018. Namun, di balik besarnya peluang tersebut, PDIP dinilai bakal kerepotan menghadapi rival-rivalnya di ajang pesta demokrasi terbesar di Jabar itu.
Pakar politik dan pemerintahan dari Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung Firman Manan mengatakan, PDIP dan Ridwan Kamil kini berada pada posisi saling membutuhkan. Ketiadaan sosok potensial yang dapat diusung di Pilgub Jabar 2018 membuat PDIP butuh figur Ridwan Kamil yang terus berada di posisi puncak survei popularitas dan elektabilitas.
"Sedangkan Ridwan Kamil butuh PDIP setelah parpol pengusungnya tak kunjung bersepakat menentukan cawagub. Sebagai satu-satunya parpol yang dapat mengusung pasangan calon, PDIP tentu sangat dibutuhkan Ridwan Kamil. Jadi, di sini dua kepentingan bertemu," papar Firman di Bandung, Rabu (3/1/2018).
"Peluangnya (mengusung Ridwan Kamil) memang besar, apalagi dari dulu PDIP sebenarnya ingin mengusung Ridwan Kamil, tapi terganjal persoalan komunikasi," sambung Firman.
Meski peluangnya besar, pengusungan Ridwan Kamil oleh PDIP bukan tanpa risiko. Bahkan, Firman menyebut risikonya cukup besar, baik bagi PDIP maupun Ridwan Kamil sendiri. Menurut Firman, PDIP dan Ridwan Kamil bakal sama-sama kerepotan melawan rival-rivalnya yang akan berdampak pada tipisnya peluang meraih kemenangan.
Dipaparkan Firman, track record PDIP, khususnya di Jabar selama ini kurang baik. Terbukti, PDIP selalu kalah dalam ajang pesta demokrasi di Jabar. Selain kalah di Pilgub Jabar 2008 dan Pilgub Jabar 2013, PDIP pun harus kandas dan bertekuk lutut di Pilpres 2014. Fenomena tersebut membuktikan bahwa dukungan publik Jabar kepada PDIP bermasalah.
"Sebab, tipologi masyarakat Jabar memang benar-benar religius, bahkan banyak kalangan Islam konservatif yang menilai PDIP anti-Islam. Apalagi, isu itu kini menguat karena romantisme Pilgub DKI Jakarta akan diulang Gerindra dan PKS yang telah sepakat mengusung Sudrajat dan Ahmad Syaikhu," jelasnya.
Hal lain yang akan membuat repot PDIP dan Ridwan Kamil, lanjut Firman, adalah ketiadaan sosok ideal yang dapat disodorkan PDIP sebagai calon pendamping Ridwan Kamil. Firman menilai, sejumlah figur yang telah dijaring PDIP sebagai kandidat cagub/cawagub Jabar belum memenuhi kriteria ideal untuk meng-counter citra negatif PDIP di Jabar tersebut.
"Untuk menjaga muruah partai, PDIP tentu akan menyodorkan figur cawagub jika jadi mengusung Ridwan Kamil. Sayangnya, figur ideal itu tidak dimiliki PDIP. Tidak ada calon PDIP dengan background religius," tegasnya.
PDIP, kata Firman, harus benar-benar mampu memilih figur calon pendamping Ridwan Kamil yang tepat, minimal tidak memicu sentimen negatif dan relatif tidak bermasalah. Dengan kriteria tersebut, Firman menyebut, kader PDIP Puti Guntur Soekarno paling layak disodorkan sebagai calon pendamping Ridwan Kamil.
"Namun lagi-lagi, kemunculan Puti juga bisa bermasalah karena adanya diferensiasi dalam menyikapi sosok pemimpin perempuan. Apalagi kalangan Islam konservatif menilai sensitif soal kepemimpinan perempuan," katanya.
Dengan kondisi tersebut, risiko yang harus ditanggung PDIP dan Ridwan Kamil jika PDIP benar-benar menjadi kendaraan politik Ridwan Kamil di Pilgub Jabar 2018 cukup besar. Kondisi ini pun akan membuat pertarungan di ajang Pilgub Jabar 2018 semakin menarik dan menguntungkan rival-rival PDIP-Ridwan Kamil. Pasalnya, posisi Ridwan Kamil yang masih leading bisa tersalip rival-rivalnya.
"Kalau kita coba mengalkulasi, memang agak repot (PDIP-Ridwan Kamil menang), sisi lainnya pertarungan di Pilgub Jabar jadi makin menarik," tandasnya.
Diketahui, Ridwan Kamil mendatangi DPP PDIP, Rabu (3/1/2018). Dia ditemani politikus PDIP Andreas Pereira. Dikonfirmasi kedatangannya, pria yang akrab disapa Emil itu tidak banyak komentar. Di sisi lain, PDIP berencana mengumumkan pasangan cagub/cawagub yang akan diusungnya, termasuk yang akan diusung di Pilgub Jabar 2018, Kamis (4/1/2018).
Pakar politik dan pemerintahan dari Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung Firman Manan mengatakan, PDIP dan Ridwan Kamil kini berada pada posisi saling membutuhkan. Ketiadaan sosok potensial yang dapat diusung di Pilgub Jabar 2018 membuat PDIP butuh figur Ridwan Kamil yang terus berada di posisi puncak survei popularitas dan elektabilitas.
"Sedangkan Ridwan Kamil butuh PDIP setelah parpol pengusungnya tak kunjung bersepakat menentukan cawagub. Sebagai satu-satunya parpol yang dapat mengusung pasangan calon, PDIP tentu sangat dibutuhkan Ridwan Kamil. Jadi, di sini dua kepentingan bertemu," papar Firman di Bandung, Rabu (3/1/2018).
"Peluangnya (mengusung Ridwan Kamil) memang besar, apalagi dari dulu PDIP sebenarnya ingin mengusung Ridwan Kamil, tapi terganjal persoalan komunikasi," sambung Firman.
Meski peluangnya besar, pengusungan Ridwan Kamil oleh PDIP bukan tanpa risiko. Bahkan, Firman menyebut risikonya cukup besar, baik bagi PDIP maupun Ridwan Kamil sendiri. Menurut Firman, PDIP dan Ridwan Kamil bakal sama-sama kerepotan melawan rival-rivalnya yang akan berdampak pada tipisnya peluang meraih kemenangan.
Dipaparkan Firman, track record PDIP, khususnya di Jabar selama ini kurang baik. Terbukti, PDIP selalu kalah dalam ajang pesta demokrasi di Jabar. Selain kalah di Pilgub Jabar 2008 dan Pilgub Jabar 2013, PDIP pun harus kandas dan bertekuk lutut di Pilpres 2014. Fenomena tersebut membuktikan bahwa dukungan publik Jabar kepada PDIP bermasalah.
"Sebab, tipologi masyarakat Jabar memang benar-benar religius, bahkan banyak kalangan Islam konservatif yang menilai PDIP anti-Islam. Apalagi, isu itu kini menguat karena romantisme Pilgub DKI Jakarta akan diulang Gerindra dan PKS yang telah sepakat mengusung Sudrajat dan Ahmad Syaikhu," jelasnya.
Hal lain yang akan membuat repot PDIP dan Ridwan Kamil, lanjut Firman, adalah ketiadaan sosok ideal yang dapat disodorkan PDIP sebagai calon pendamping Ridwan Kamil. Firman menilai, sejumlah figur yang telah dijaring PDIP sebagai kandidat cagub/cawagub Jabar belum memenuhi kriteria ideal untuk meng-counter citra negatif PDIP di Jabar tersebut.
"Untuk menjaga muruah partai, PDIP tentu akan menyodorkan figur cawagub jika jadi mengusung Ridwan Kamil. Sayangnya, figur ideal itu tidak dimiliki PDIP. Tidak ada calon PDIP dengan background religius," tegasnya.
PDIP, kata Firman, harus benar-benar mampu memilih figur calon pendamping Ridwan Kamil yang tepat, minimal tidak memicu sentimen negatif dan relatif tidak bermasalah. Dengan kriteria tersebut, Firman menyebut, kader PDIP Puti Guntur Soekarno paling layak disodorkan sebagai calon pendamping Ridwan Kamil.
"Namun lagi-lagi, kemunculan Puti juga bisa bermasalah karena adanya diferensiasi dalam menyikapi sosok pemimpin perempuan. Apalagi kalangan Islam konservatif menilai sensitif soal kepemimpinan perempuan," katanya.
Dengan kondisi tersebut, risiko yang harus ditanggung PDIP dan Ridwan Kamil jika PDIP benar-benar menjadi kendaraan politik Ridwan Kamil di Pilgub Jabar 2018 cukup besar. Kondisi ini pun akan membuat pertarungan di ajang Pilgub Jabar 2018 semakin menarik dan menguntungkan rival-rival PDIP-Ridwan Kamil. Pasalnya, posisi Ridwan Kamil yang masih leading bisa tersalip rival-rivalnya.
"Kalau kita coba mengalkulasi, memang agak repot (PDIP-Ridwan Kamil menang), sisi lainnya pertarungan di Pilgub Jabar jadi makin menarik," tandasnya.
Diketahui, Ridwan Kamil mendatangi DPP PDIP, Rabu (3/1/2018). Dia ditemani politikus PDIP Andreas Pereira. Dikonfirmasi kedatangannya, pria yang akrab disapa Emil itu tidak banyak komentar. Di sisi lain, PDIP berencana mengumumkan pasangan cagub/cawagub yang akan diusungnya, termasuk yang akan diusung di Pilgub Jabar 2018, Kamis (4/1/2018).
(zik)