Tiga Kasus Ditemukan, Bandung Barat KLB Penyakit Difteri

Rabu, 20 Desember 2017 - 15:04 WIB
Tiga Kasus Ditemukan, Bandung Barat KLB Penyakit Difteri
Tiga Kasus Ditemukan, Bandung Barat KLB Penyakit Difteri
A A A
BANDUNG BARAT - Tiga kasus pasien difteri ditemukan di Kabupaten Bandung Barat selama periode November-Desember 2017. Pasien itu masing-masing berasal dari Desa Sirnagalih, Kecamatan Cipongkor, Desa Bojong, Kecamatan Rongga, dan Desa Kertamukti, Kecamatan Cipatat.

Kepala Dinas Kesehatan Bandung Barat Pupu Sari Rohayati mengatakan dari tiga kasus itu dua kasus di bulan November dan satu di Desember. Dengan adanya temuan kasus ini maka KBB masuk kepada kategori KLB (kejadian luar biasa) difteri. "Jika ada temuan kasus lebih dari satu maka itu sudah masuk kepada KLB," terangnya.

Pupu mengatakan, ketiganya saat ini sedang menjalani perawatan intensif di RSHS Bandung. Mereka adalah Pardi (12), warga Kampung Santer, RT 04/06, Desa Sirnagalih, Kecamatan Cipongkor, Wahyu (51), warga Kampung Bojong Jengkol, RT 04/04 Desa Bojong, Kecamatan Rongga, dan Yayan Suryani (31), warga Kampung Kertamukti RT 04/19, Desa Kertamukti, Kecamatan Cipatat.

Menurutnya, penanganan kepada para pasien itu sudah dilakukan sesuai dengan prosedur. Mulai dari di rujuk ke puskesmas dan rumah sakit terdekat hingga melaporkan ke Posko KLB Kemenkes RI.

Ke pasien sendiri juga sudah diberikan antibiotik dan tindakan pasteotomy sedangkan ke pihak keluarga dan lingkungan sekitar diberikan penyuluhan.

Penyakit difteri ini bisa menular dari virus melalui udara, sehingga ada potensi ketika muncul penderita orang di sekelilingnya bisa saja tertular.

Ciri-ciri penyakit ini adalah demam tinggi di atas 38 derajat celcius, adanya pseudo membran selaput tipis pada tenggorokan yang tak mudah lepas dan mudah berdarah, sakit menelan, dan terjadi pembengkakan di leher.

Kasi Survilen dan Imunisasi Dinkes KBB, Muhamad Jauhari menambahkan, temuan ini bukan kejadian baru karena tahun lalu pun ada laporan penderita difteri di KBB satu orang.

Namun dengan meningkatnya laporan kasus ini dimana di Jawa Barat tercatat ada 167 kasus di 20 kabupaten/kota maka pasien yang di rawat di RSHS menjadi banyak.

"Kendala lainnya yang kami hadapi adalah keterbatasan serum. Dimana satu pasien memerlukan serum sebanyak 5 vial yang mana per vialnya harganya Rp2,5 juta," pungkasnya.
(nag)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.6622 seconds (0.1#10.140)