Ditemukan Spesies Baru Orangutan di Hutan Batangtoru

Jum'at, 03 November 2017 - 19:43 WIB
Ditemukan Spesies Baru...
Ditemukan Spesies Baru Orangutan di Hutan Batangtoru
A A A
MEDAN - Belum lama ini ditemukan Orangutan Tapanuli, dengan nama latin Pongo Tapanuliensis, sebagai spesies kera besar terbaru di dunia. Spesies baru ini hanya ditemukan di ekosistem Batang Toru yang meliputi hutan dataran tinggi yang tersebar di tiga kabupaten Tapanuli, di Sumatera Utara (Sumut).

Populasi orangutan ini hanya berjumlah 800 ekor. Gubernur Sumut Tengku Erry Nuradi mendukung spesies ini masuk dalam daftar spesies sangat terancam punah.

“Spesies ini sudah terancam punah, sehingga harus diselamatkan agar menjadi andalan Sumut. Spesies ini harus kita lindungi tidak boleh diburu, kita harus menjaga kelestarian dan menjaga kawasan hutan tempat mereka tinggal,” papar Erry saat melakukan publikasi penemuan spesies baru orangutan Tapanuli (Pongo Tapanuliensis) di rumah dinas Gubernur Sumut, Jumat (3/11/2017).

Erry juga mengaku Pemprov Sumut siap mengeluarkan aturan penyelamatan terhadap spesies orangutan ini. Begitu pun diharapkannya Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dapat lebih selektif lagi untuk mengeluarkan izin usaha di kawasan hutan Batang Toru.

Lebih lanjut dikatakan Erry, kawasan hutan lindung Batang Toru relatif masih merupakan virgin forest (hutan alam yang belum terjamah) dengan luas 133.841 hektare yang meliputi kabupaten Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah dan Tapanuli Selatan. Daerah ini merupakan habitat alami berbagai jenis satwa liar yang langka.

Di antaranya, harimau, tapir, beruang madu, orangutan serta berbagai jenis burung seperti burung kuau, burung enggang, burung takur dan burung pelatuk.

Dalam publikasi itu turut hadir mewakili Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Hotmauli Sianturi; Koordinator Program PAN ECO-SOCP Yayasan Ekosistem Leuser Gabriella Fredricson; Pakar Genetika Matthew; Pakar Landscape dan GIS Graham; Ketua Forum Konservasi Oranutan Sumatera Kusnadi; dan Kadis Kehutanan Sumut Halen Purba.

Koordinator Program PAN ECO-SOCP Yayasan Ekosistem Leuser, Gabriella Fredricson mengatakan, penemuan spesies orangutan ini awalnya di tahun 2011 lalu dilakukan penelitian oleh Universitas dari Swiss dan IPB. Di mana dari hasil penelitian disebutkan genetika orangutan di Tapanuli lebih dekat dengan genetika orangutan di Kalimantan dibandingkan genetika orangutan di ekosistem Leuser.

“Ini menjadi menarik karena ada perbedaan ekosistem orangutan yang ada di Tapanuli dengan ekosistem yang ada di Leuser Aceh,” kata Gabriella.

Namun, untuk memastikan perbedaan genetika orangutan tersebut, tidak bisa hanya sebatas dilihat dari perbedaan genetika, tapi perlu dilakukan pengukuran morfologi yakni pengukuran tengkorak dan lainnya.

Kemudian, Antoni Cahyo yang melakukan penelitian disertasi dari Universitas Canberra, Australia tentang morfologi orang utan di tahun 2014 melakukan penelitian terhadap tengkorak orangutan Tapanuli, dari hasil penelitiannya ditemukan perbedaan yang signifikan baik dari orangutan yang ada di Kalimantan maupun orangutan yang ada di Leuser Aceh.

Dengan populasi yang minim, bahkan tersebar di tiga blok barat di Tapanuli Utara sebanyak 600 ekor, blok timur sekitar 150 ekor dan selebihnya berada di Cagar Alam Sibual-buali, maka jumlah orangutan Tapanuli sangat penting untuk diperbanyak.
(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8439 seconds (0.1#10.140)