Diamankan Polisi karena Mabuk Miras, Sekuriti Tewas di Penjara
A
A
A
KEFAMENANU - Yaner Afeanpah (23), pemuda asal Kilometer 6 Kota Kefamenanu, Timor Tengah Utara, NTT tewas di dalam penjara setelah sebelumnya diamankan polisi karena mabuk miras.
Pemuda yang juga seorang sekuriti itu diamankan bersama 23 pemuda lainnya dari komplex perumahan BTN, Kilometer 9 jurusan Kupang, Desa Naiola, Sabtu (21/10/2017) malam saat sedang mengonsumsi miras oplosan.
Lantaran kondisi mereka dalam keadaan setengah sadar karena pengaruh mabuk miras, mereka kemudian dibawa dan menginap semalam di ruang Sat Tahanan dan Barang Bukti (Tahti) Polres setempat sebelum dipulangkan pada Minggu, (22/10/2017) pagi.
Nahasnya, saat 23 pemuda lainnya sudah bangun dan siap dipulangkan, namun Yaner tak bergerak dan terbujur kaku. Atas kejadian itu, tiga rekan korban Dino, Doni dan Atri yang tidur bersama kaget lalu melaporkan hal itu pada petugas.
Informasi mengenai meninggalnya Yaner di kantor Polisi membuat keluarga korban berang, pada minggu sore mereka pun mendatangi kantor Polisi untuk mecaritau penyebab meninggalnya korban.
Kapolres Timor Tengah Utara AKBP Rishian Krisna Budhiaswanto menegaskan, korban bukan meninggal dunia dalam sel dan juga tidak mendapat perlakukan kasar dari anggotanya saat menahan mereka seperti yang dituding oleh keluarga korban.
Menurut Krisna, penegasan itu perlu dilakukan agar tidak menimbulkan opini miring di tengah masyarakat terkait meninggalnya korban saat mereka diamankan akibat pengaruh alkohol.
"Sesuai hasil Visum luar tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan atau pun luka, dan perlu juga dilakukan auptopsi untuk mengetahui penyebab kematian korban sesuai keinginan keluarga mau pun polisi," tegasnya.
Tiga orang rekan korban yang tidur bersama korban malam itu dalam ruang Sat Tahti menceritakan sejak diamankan dari tempat pesta, tidak ada perlakukan kasar dari kepolisian.
Menurutnya mereka hanya diberikan pencerahan tentang bahaya miras setelah itu diberi makan dan akhirnya mereka semua istrihahat malam itu.
Sementara itu, Johni Tulasi, salah satu keluarga korban mengaku kaget atas meninggalnya Yaner yang diketahuinya sangat pendiam, namun pihak keluarga memberi kepercayaan penuh pada polisi untuk bisa membuktikan kematian korban.
"Kami percayakan penuh masalah ini ditangani serius oleh polisi. Kami keluarga minta untuk jasad adik kami diotopsi saja," kata Johni.
Hingga malam ini jasad korban masih berada di ruang jenasah RSUD Kefamenanu dijaga oleh keluarga dan pihak kepolisian sambil menanti tim untuk melakukan autopsi organ dalam korban.
Pemuda yang juga seorang sekuriti itu diamankan bersama 23 pemuda lainnya dari komplex perumahan BTN, Kilometer 9 jurusan Kupang, Desa Naiola, Sabtu (21/10/2017) malam saat sedang mengonsumsi miras oplosan.
Lantaran kondisi mereka dalam keadaan setengah sadar karena pengaruh mabuk miras, mereka kemudian dibawa dan menginap semalam di ruang Sat Tahanan dan Barang Bukti (Tahti) Polres setempat sebelum dipulangkan pada Minggu, (22/10/2017) pagi.
Nahasnya, saat 23 pemuda lainnya sudah bangun dan siap dipulangkan, namun Yaner tak bergerak dan terbujur kaku. Atas kejadian itu, tiga rekan korban Dino, Doni dan Atri yang tidur bersama kaget lalu melaporkan hal itu pada petugas.
Informasi mengenai meninggalnya Yaner di kantor Polisi membuat keluarga korban berang, pada minggu sore mereka pun mendatangi kantor Polisi untuk mecaritau penyebab meninggalnya korban.
Kapolres Timor Tengah Utara AKBP Rishian Krisna Budhiaswanto menegaskan, korban bukan meninggal dunia dalam sel dan juga tidak mendapat perlakukan kasar dari anggotanya saat menahan mereka seperti yang dituding oleh keluarga korban.
Menurut Krisna, penegasan itu perlu dilakukan agar tidak menimbulkan opini miring di tengah masyarakat terkait meninggalnya korban saat mereka diamankan akibat pengaruh alkohol.
"Sesuai hasil Visum luar tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan atau pun luka, dan perlu juga dilakukan auptopsi untuk mengetahui penyebab kematian korban sesuai keinginan keluarga mau pun polisi," tegasnya.
Tiga orang rekan korban yang tidur bersama korban malam itu dalam ruang Sat Tahti menceritakan sejak diamankan dari tempat pesta, tidak ada perlakukan kasar dari kepolisian.
Menurutnya mereka hanya diberikan pencerahan tentang bahaya miras setelah itu diberi makan dan akhirnya mereka semua istrihahat malam itu.
Sementara itu, Johni Tulasi, salah satu keluarga korban mengaku kaget atas meninggalnya Yaner yang diketahuinya sangat pendiam, namun pihak keluarga memberi kepercayaan penuh pada polisi untuk bisa membuktikan kematian korban.
"Kami percayakan penuh masalah ini ditangani serius oleh polisi. Kami keluarga minta untuk jasad adik kami diotopsi saja," kata Johni.
Hingga malam ini jasad korban masih berada di ruang jenasah RSUD Kefamenanu dijaga oleh keluarga dan pihak kepolisian sambil menanti tim untuk melakukan autopsi organ dalam korban.
(nag)