Banyuwangi Dinilai Berhasil Gunakan TI untuk Berinovasi
A
A
A
JAKARTA - Era teknologi informasi saat ini menjadikan kecepatan akses informasi menjadi "panglima". Kondisi ini menurut Pengamat Politik UIN Malang Alfin Mustikawan berhasil dimanfaatkan Pemkab Banyuwangi dengan memakai Teknologi Informasi untuk melakukan inovasi.
"Hal itu bisa dilihat dengan masuknya Banyuwangi menjadi 6 besar daerah yang berhasil mengoptimalkan pemanfaatan Geospasial Information System (GIS) dalam layanan publik yang dicatat oleh Badan Informasi Geospasial (BIG) Nasional," ujar Alfin dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (21/10/2017).
Alfin menambahkan, Bupati Azwar Anas patut diapresiasi karena inovasinya bisa dijadikan tolak ukur akselerasi pemerintah daerah dalam memberikan layanan publik.
"Program UGD Kemiskinan, e-Monitoring sistem bidang pendidikan hingga program MODUIT (Mobile, terpadu berbasis IT) paling tidak menjadi indikator sederhana dari optimalnya penggunaan Informasi Geospasial (IG)," kata Alfin.
Selain itu, dia menambhakan, program dasar yang dibutuhkan masyarakat. "Kesehatan dan pendidikan merupakan kebutuhan fundamental bagi masyarakat yang harus mendapatkan perhatian dan prioritas mutlak dari pemda," tambahnya.
Kecepatan Pemkab Banyuwangi, lanjut Alfin, dalam memberikan layanan kesehatan dan pendidikan patut juga diapresiasi sebagai komitmen melaksanakan layanan prima dan harus dicontoh oleh daerah lain.
"Meskipun hasilnya masih belum mencapai target puncak, akan tetapi progress dan akselerasi layanan publik yang terus meningkat merupakan indikator keberhasilan Pemkab Banyuwangi, dan kita tahu dan meyakini hasil tak akan mengkhianati proses," katanya.
Di bawah kepemimpinan Abdullah Azwar Anas selama dua periode, pelayanan publik dengan segala inovasi menjadi keunggulan Banyuwangi. Di bidang kesehatan, ada tiga inovasi Pemkab Banyuwangi yakni Bayi Lahir Procot Pulang Bawa Akte, Stop Angka Kematian Ibu dan Anak (Sakina) dan Pergunakan Jamban Sehat, Rakyat Aman (Pujasera), terpilih mengikuti kompetisi inovasi pelayanan publik tingkat dunia yang digelar oleh Badan Perserikatan Bangsa-bangsa (United Nations Public Service Awards/UNPSA) 2017 di Den Hag Belanda.
Sebelumnya ketiga inovasi Pemkab Banyuwangi tersebut terpilih dalam kompetisi Top 35 Sistem Inovasi Pelayanan Publik (Sinovik) yang digelar Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan RB).
Program Pujasera dan Sakina merupakan inovasi pelayanan publik dibidang kesehatan sedangkan Lahir Procot Pulang Bawa Akta, di bidang kependudukan.
Sementara itu inovasi untuk meningkatkan mutu kualitas pendidikan terus menjadi fokus Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyuwangi. Cara yang dilakukan yakni dengan menghadirkan Festival Pendidikan, sebuah festival yang menampilkan beragam inovasi dan kreasi para pelajar dari jenjang PAUD hingga SLTA.
Dalam festival ini, inovasi-inovasi sekolah dipamerkan dalam etalase pameran pendidikan. Antara lain, gerakan sepeda ontel oleh beberapa sekolah dasar, Program Siswa Asuh Sebaya, karya anak SMK, hingga program peduli lingkungan laut.
"Hal itu bisa dilihat dengan masuknya Banyuwangi menjadi 6 besar daerah yang berhasil mengoptimalkan pemanfaatan Geospasial Information System (GIS) dalam layanan publik yang dicatat oleh Badan Informasi Geospasial (BIG) Nasional," ujar Alfin dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (21/10/2017).
Alfin menambahkan, Bupati Azwar Anas patut diapresiasi karena inovasinya bisa dijadikan tolak ukur akselerasi pemerintah daerah dalam memberikan layanan publik.
"Program UGD Kemiskinan, e-Monitoring sistem bidang pendidikan hingga program MODUIT (Mobile, terpadu berbasis IT) paling tidak menjadi indikator sederhana dari optimalnya penggunaan Informasi Geospasial (IG)," kata Alfin.
Selain itu, dia menambhakan, program dasar yang dibutuhkan masyarakat. "Kesehatan dan pendidikan merupakan kebutuhan fundamental bagi masyarakat yang harus mendapatkan perhatian dan prioritas mutlak dari pemda," tambahnya.
Kecepatan Pemkab Banyuwangi, lanjut Alfin, dalam memberikan layanan kesehatan dan pendidikan patut juga diapresiasi sebagai komitmen melaksanakan layanan prima dan harus dicontoh oleh daerah lain.
"Meskipun hasilnya masih belum mencapai target puncak, akan tetapi progress dan akselerasi layanan publik yang terus meningkat merupakan indikator keberhasilan Pemkab Banyuwangi, dan kita tahu dan meyakini hasil tak akan mengkhianati proses," katanya.
Di bawah kepemimpinan Abdullah Azwar Anas selama dua periode, pelayanan publik dengan segala inovasi menjadi keunggulan Banyuwangi. Di bidang kesehatan, ada tiga inovasi Pemkab Banyuwangi yakni Bayi Lahir Procot Pulang Bawa Akte, Stop Angka Kematian Ibu dan Anak (Sakina) dan Pergunakan Jamban Sehat, Rakyat Aman (Pujasera), terpilih mengikuti kompetisi inovasi pelayanan publik tingkat dunia yang digelar oleh Badan Perserikatan Bangsa-bangsa (United Nations Public Service Awards/UNPSA) 2017 di Den Hag Belanda.
Sebelumnya ketiga inovasi Pemkab Banyuwangi tersebut terpilih dalam kompetisi Top 35 Sistem Inovasi Pelayanan Publik (Sinovik) yang digelar Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan RB).
Program Pujasera dan Sakina merupakan inovasi pelayanan publik dibidang kesehatan sedangkan Lahir Procot Pulang Bawa Akta, di bidang kependudukan.
Sementara itu inovasi untuk meningkatkan mutu kualitas pendidikan terus menjadi fokus Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyuwangi. Cara yang dilakukan yakni dengan menghadirkan Festival Pendidikan, sebuah festival yang menampilkan beragam inovasi dan kreasi para pelajar dari jenjang PAUD hingga SLTA.
Dalam festival ini, inovasi-inovasi sekolah dipamerkan dalam etalase pameran pendidikan. Antara lain, gerakan sepeda ontel oleh beberapa sekolah dasar, Program Siswa Asuh Sebaya, karya anak SMK, hingga program peduli lingkungan laut.
(mhd)