Musim Hujan, Warga dan Petani di Lembang Keluhkan Serbuan Lalat
A
A
A
BANDUNG BARAT - Warga dan para petani di wilayah Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat, merasa terganggu dengan banyaknya lalat yang masuk ke permukiman dan area pertanian.
Keberadaan lalat-lalat itu semakin menjadi-jadi terutama di musim penghujan seperti saat ini sehingga membuat aktivitas warga menjadi tidak nyaman.
Salah seorang petani warga Kampung Pengkolan RT02/08, Desa Cikidang, Lembang, Udin (45), mengatakan saat musim kemarau lalat memang banyak tapi tidak sebanyak seperti saat musim hujan ini.
Khusus untuk tanaman sayuran seperti pecay, engkol, saladah,dan tomat, karena sering dihinggapi lalat membuat timbul bintik-bintik hitam. "Mengganggu sekali karena lalat ini jumlahnya sangat banyak dan bergerombol," ucapnya, Kamis (19/10/2017).
Menurutnya, kehadiran lalat ini juga karena di dekat wilayahnya yakni di Kampung Cireyod ada tempat pembuatan pabrik tahu yang air sisa pembuangannya mengeluar bau tak sedap. Belum lagi keberadaan tempat sampah dan sisa kotoran hewan seperti dari ternak sapi dan peternakan ayam.
"Kalau pun disemprot pestisida lalat itu tidak mati dan justru menjadi kebal. Sedangkan buat tanaman jika terlalu banyak obat pestisida juga tidak baik," tuturnya.
Petani lainnya Apin Suryana (36), mengaku serangan lalat ini membuat hasil pertaniannya tidak maksimal. Dia yang menggarap lahan pertanian milik orang tuanya sebanyak 300 pohon kembang kol dan saladah mengaku kerepotan untuk mengusir serangan lalat ini. Jika tidak diusir membuat tanaman jadi jelek terutama pada bagian daun.
"Karena pestisida tidak mempan biasanya saya pakai kacang babi dan daun suren yang ditumbuk lalu airnya diambil dan disemprotkan. Cuma persoalannya untuk mendapatkan kacang babi harus cari ke Subang yang jaraknya jauh," keluhnya.
Keberadaan lalat-lalat itu semakin menjadi-jadi terutama di musim penghujan seperti saat ini sehingga membuat aktivitas warga menjadi tidak nyaman.
Salah seorang petani warga Kampung Pengkolan RT02/08, Desa Cikidang, Lembang, Udin (45), mengatakan saat musim kemarau lalat memang banyak tapi tidak sebanyak seperti saat musim hujan ini.
Khusus untuk tanaman sayuran seperti pecay, engkol, saladah,dan tomat, karena sering dihinggapi lalat membuat timbul bintik-bintik hitam. "Mengganggu sekali karena lalat ini jumlahnya sangat banyak dan bergerombol," ucapnya, Kamis (19/10/2017).
Menurutnya, kehadiran lalat ini juga karena di dekat wilayahnya yakni di Kampung Cireyod ada tempat pembuatan pabrik tahu yang air sisa pembuangannya mengeluar bau tak sedap. Belum lagi keberadaan tempat sampah dan sisa kotoran hewan seperti dari ternak sapi dan peternakan ayam.
"Kalau pun disemprot pestisida lalat itu tidak mati dan justru menjadi kebal. Sedangkan buat tanaman jika terlalu banyak obat pestisida juga tidak baik," tuturnya.
Petani lainnya Apin Suryana (36), mengaku serangan lalat ini membuat hasil pertaniannya tidak maksimal. Dia yang menggarap lahan pertanian milik orang tuanya sebanyak 300 pohon kembang kol dan saladah mengaku kerepotan untuk mengusir serangan lalat ini. Jika tidak diusir membuat tanaman jadi jelek terutama pada bagian daun.
"Karena pestisida tidak mempan biasanya saya pakai kacang babi dan daun suren yang ditumbuk lalu airnya diambil dan disemprotkan. Cuma persoalannya untuk mendapatkan kacang babi harus cari ke Subang yang jaraknya jauh," keluhnya.
(nag)