Demo Tuntut Penghapusan Taksi Online Berakhir Ricuh
A
A
A
SEMARANG - Demo ribuan sopir taksi konvensional di depan Kantor Gubernur Jawa Tengah di Jalan Pahlawan Semarang, berakhir ricuh. Mereka sengaja memancing pengemudi taksi online dengan order fiktif.
Pantauan di lokasi, pengemudi yang diduga taksi online langsung berlindung dengan masuk ke area Kantor Kejaksaan Tinggi Jawa Tengah yang berada di seberang jalan. Para pengemudi taksi yang tak ingin kehilangan buruannya segera berlari mengejar.
Sempat terjadi ketegangan dengan petugas keamanan Kejati yang melarang para sopir masuk. Apalagi, jumlah sopir yang berdatangan makin banyak dan memaksa masuk meski pintu gerbang telah ditutup.
Ketegangan sedikit mereda ketika sejumlah anggota polisi dari Polrestabes Semarang mencoba menghalau sopir. Meski demikian, mereka tetap berteriak-teriak meminta pengemudi yang diduga dari taksi online segera keluar dan ditangkap.
Polisi yang bergerak cepat langsung membubarkan para sopir taksi agar meninggalkan lokasi. Merasa kehilangan satu buruan yang bersembunyi di gedung Kejati, mereka lantas mensweeping mobil-mobil yang diduga sebagai armada taksi berbasis aplikasi.
Hasilnya, sebuah mobil berwarna silver yang melintas di Jalan Pahlawan menjadi sasaran mereka. Dengan cepat pengemudi mengepung mobil yang tengah membawa beberapa penumpang itu. Massa sopir yang marah sempat membuka pintu mobil belakang dan memeriksa penumpang.
Mereka juga menggebrak-gebrak mobil tersebur sembari berteriak-teriak meminta pengemudi turun. Aksi anarkis itu berhasil dicegah polisi yang langsung mengelilingi mobil sembari meminta massa mundur.
Secara perlahan mobil kembali berjalan meninggalkan kepungan sopir yang marah. Tak puas diminta menjauh, sejumlah sopir nekat mendekat mobil kembali sembari mengintimidasi pengemudi.
Sejumlah sopir langsung diamankan polisi dan digiring menuju halaman Kantor Gubernur. Aksi polisi itu seketika memancing kemarahan para sopir yang langsung mengejar dan meminta rekannya dibebaskan.
Mereka pun tak menggubris polisi yang menutup pintu pagar Kantor Gubernur agar massa tak semakin banyak. Emosi massa baru mereda ketika sopir yang diamankan kembali dilepas dan langsung disambut riuh tepuk tangan serta sorakan.
Untuk mengantisipasi aksi anarkis meluas, ribuan sopir kemudian diminta kembali ke armada masing-masing. Dengan pengawalan ketat polisi, mereka selanjutnya diminta pulang ke daerahnya.
"Tuntutan kita satu yakni tertibkan taksi online. Itu liar tidak ada payung hukumnya, beda dengan kami yang ada landasan hukumnya. Perlindungan terhadap konsumen juga terjamin," ujar seorang pengemudi taksi asal Kudus, Arif Endri, Kamis (7/9/2017).
Dia mengatakan, unjuk rasa tersebut sebagai puncak protes sopir taksi konvensional karena penghasilannya terus merosot setahun terakhir. Bahkan banyak di antara mereka yang tak membawa uang ke rumah karena habis untuk setoran.
"Malah kita juga sering tak bisa bayar setoran sejak ada taksi online ini. Pokoknya setahun terakhir ini adalah masa-masa berat kami. Makanya kami minta kepada pemerintah khususnya Pak Ganjar Pranowo memperhatikan nasib kami sopir taksi pelat kuning," lugasnya.
Dalam unjuk rasa tersebut, massa mulai memadati depan Kantor Gubernur Jateng sejak pukul 09.30 WIB. Secara bergantian sopir-sopir dari berbagai daerah di Jateng itu berorasi menolak hadirnya taksi online.
Namun keinginan mereka bertemu dengan Ganjar Pranowo pupus, karena orang nomor 1 di Jateng itu berada di Jakarta untuk suatu keperluan. Massa dijanjikan bertemu dengan Ganjar esok hari untuk menyampaikan aspirasi mereka.
Pantauan di lokasi, pengemudi yang diduga taksi online langsung berlindung dengan masuk ke area Kantor Kejaksaan Tinggi Jawa Tengah yang berada di seberang jalan. Para pengemudi taksi yang tak ingin kehilangan buruannya segera berlari mengejar.
Sempat terjadi ketegangan dengan petugas keamanan Kejati yang melarang para sopir masuk. Apalagi, jumlah sopir yang berdatangan makin banyak dan memaksa masuk meski pintu gerbang telah ditutup.
Ketegangan sedikit mereda ketika sejumlah anggota polisi dari Polrestabes Semarang mencoba menghalau sopir. Meski demikian, mereka tetap berteriak-teriak meminta pengemudi yang diduga dari taksi online segera keluar dan ditangkap.
Polisi yang bergerak cepat langsung membubarkan para sopir taksi agar meninggalkan lokasi. Merasa kehilangan satu buruan yang bersembunyi di gedung Kejati, mereka lantas mensweeping mobil-mobil yang diduga sebagai armada taksi berbasis aplikasi.
Hasilnya, sebuah mobil berwarna silver yang melintas di Jalan Pahlawan menjadi sasaran mereka. Dengan cepat pengemudi mengepung mobil yang tengah membawa beberapa penumpang itu. Massa sopir yang marah sempat membuka pintu mobil belakang dan memeriksa penumpang.
Mereka juga menggebrak-gebrak mobil tersebur sembari berteriak-teriak meminta pengemudi turun. Aksi anarkis itu berhasil dicegah polisi yang langsung mengelilingi mobil sembari meminta massa mundur.
Secara perlahan mobil kembali berjalan meninggalkan kepungan sopir yang marah. Tak puas diminta menjauh, sejumlah sopir nekat mendekat mobil kembali sembari mengintimidasi pengemudi.
Sejumlah sopir langsung diamankan polisi dan digiring menuju halaman Kantor Gubernur. Aksi polisi itu seketika memancing kemarahan para sopir yang langsung mengejar dan meminta rekannya dibebaskan.
Mereka pun tak menggubris polisi yang menutup pintu pagar Kantor Gubernur agar massa tak semakin banyak. Emosi massa baru mereda ketika sopir yang diamankan kembali dilepas dan langsung disambut riuh tepuk tangan serta sorakan.
Untuk mengantisipasi aksi anarkis meluas, ribuan sopir kemudian diminta kembali ke armada masing-masing. Dengan pengawalan ketat polisi, mereka selanjutnya diminta pulang ke daerahnya.
"Tuntutan kita satu yakni tertibkan taksi online. Itu liar tidak ada payung hukumnya, beda dengan kami yang ada landasan hukumnya. Perlindungan terhadap konsumen juga terjamin," ujar seorang pengemudi taksi asal Kudus, Arif Endri, Kamis (7/9/2017).
Dia mengatakan, unjuk rasa tersebut sebagai puncak protes sopir taksi konvensional karena penghasilannya terus merosot setahun terakhir. Bahkan banyak di antara mereka yang tak membawa uang ke rumah karena habis untuk setoran.
"Malah kita juga sering tak bisa bayar setoran sejak ada taksi online ini. Pokoknya setahun terakhir ini adalah masa-masa berat kami. Makanya kami minta kepada pemerintah khususnya Pak Ganjar Pranowo memperhatikan nasib kami sopir taksi pelat kuning," lugasnya.
Dalam unjuk rasa tersebut, massa mulai memadati depan Kantor Gubernur Jateng sejak pukul 09.30 WIB. Secara bergantian sopir-sopir dari berbagai daerah di Jateng itu berorasi menolak hadirnya taksi online.
Namun keinginan mereka bertemu dengan Ganjar Pranowo pupus, karena orang nomor 1 di Jateng itu berada di Jakarta untuk suatu keperluan. Massa dijanjikan bertemu dengan Ganjar esok hari untuk menyampaikan aspirasi mereka.
(nag)