Pelajar Banyuwangi Antusias Ikuti Program Ziarah Kebangsaan
A
A
A
BANYUWANGI - Program Ziarah Kebangsaan yang digelar Pemkab Banyuwangi disambut antusias oleh para pelajar SMA/SMK/MA di daerah setempat. Hingga hari terakhir pendaftaran kemarin 15 Agustus, tercatat ada lebih dari 500 unggahan terkait ini di media sosial sesuai dengan pernyataan tertulis yang dikirimkan ke SINDOnews, Rabu (16/8/2017).
Mereka yang terpilih akan mengikuti "Ziarah Kebangsaan" ke makam para tokoh besar, yaitu proklamator dan Presiden pertama Ir Soekarno, pendiri Nahdlatul Ulama (NU) KH Hasyim Asyari, KH Wahid Hasyim, dan Presiden keempat KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
Para pelajar Banyuwangi terlihat menumpahkan kreasinya untuk mengikuti program ini. Mereka mengunggah foto dan caption di media sosial bertemakan kebangsaan.
Misalnya yang ditulis Washilatul Bariroh dari SMAN Wongsorejo. ”Banyak pulau, banyak budaya, banyak agama, banyak tradisi, tetapi bukan berarti sebagai celah untuk membedakan. Dari situah kita harus mengenal persatuan,” tulisnya melalui Instagram.
Khoirul Ummah dari SMAN Tegaldlimo menulis, ”Satu nusa, satu bangsa, satu bahasa kita. Perbedaan bukanlah akhir segalanya. Perbedaan pemberi corak keindahan. Bersatupadulah generasi muda untuk harumkan nama bangsa. Kuatkan persatuan, eratkan persaudaraan, tingkatkan solidaritas antar sesama.”
Tak sedikit pula yang mengutip Bung Karno. ”Ingatlah kalian dengan kata-kata Bung Karno. Gantungkan cita-cita mu setinggi langit! Bermimpilah setinggi langit. Jika engkau jatuh, engkau akan jatuh di antara bintang-bintang,” tulis siswa lainnya, Sekar.
Sementara itu, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, program ”Ziarah Kebangsaan” ini digelar untuk menanamkan rasa kebangsaan. Para pelajar diharapkan bisa menyerap keteladanan dari para tokoh yang diziarahi makamnya, yang telah memberi bukti besarnya rasa kebangsaan.
”Saya banyak menjumpai pertanyaan, apakah bisa menjadi sangat agamis dan di sisi lain mencintai Tanah Air. Ternyata bisa karena memang dua aspek itu tidak pas dipertentangkan. Kita baca Bung Karno meminta fatwa KH Hasyim Asyari soal membela bangsa, dan Mbah Hasyim menekankan bahwa cinta Tanah Air adalah sebagian dari iman,” ujar Anas.
Dari para tokoh itu, sambung Anas, generasi muda bisa memahami bahwa bahwa tidak ada perbedaan antara menjadi orang beragama yang taat pada keyakinan masing-masing sekaligus berkomitmen pada kebangsaan.
”Jembatan inilah yang kita bangun di jiwa generasi muda lewat Ziarah Kebangsaan. Sudah saatnya kaum muda menyatukan kain kebangsaan, seperti dulu pernah dilakukan oleh Bung Karno dan Mbah Hasyim. Semoga program ini menginspirasi," pungkas Anas.
Mereka yang terpilih akan mengikuti "Ziarah Kebangsaan" ke makam para tokoh besar, yaitu proklamator dan Presiden pertama Ir Soekarno, pendiri Nahdlatul Ulama (NU) KH Hasyim Asyari, KH Wahid Hasyim, dan Presiden keempat KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
Para pelajar Banyuwangi terlihat menumpahkan kreasinya untuk mengikuti program ini. Mereka mengunggah foto dan caption di media sosial bertemakan kebangsaan.
Misalnya yang ditulis Washilatul Bariroh dari SMAN Wongsorejo. ”Banyak pulau, banyak budaya, banyak agama, banyak tradisi, tetapi bukan berarti sebagai celah untuk membedakan. Dari situah kita harus mengenal persatuan,” tulisnya melalui Instagram.
Khoirul Ummah dari SMAN Tegaldlimo menulis, ”Satu nusa, satu bangsa, satu bahasa kita. Perbedaan bukanlah akhir segalanya. Perbedaan pemberi corak keindahan. Bersatupadulah generasi muda untuk harumkan nama bangsa. Kuatkan persatuan, eratkan persaudaraan, tingkatkan solidaritas antar sesama.”
Tak sedikit pula yang mengutip Bung Karno. ”Ingatlah kalian dengan kata-kata Bung Karno. Gantungkan cita-cita mu setinggi langit! Bermimpilah setinggi langit. Jika engkau jatuh, engkau akan jatuh di antara bintang-bintang,” tulis siswa lainnya, Sekar.
Sementara itu, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, program ”Ziarah Kebangsaan” ini digelar untuk menanamkan rasa kebangsaan. Para pelajar diharapkan bisa menyerap keteladanan dari para tokoh yang diziarahi makamnya, yang telah memberi bukti besarnya rasa kebangsaan.
”Saya banyak menjumpai pertanyaan, apakah bisa menjadi sangat agamis dan di sisi lain mencintai Tanah Air. Ternyata bisa karena memang dua aspek itu tidak pas dipertentangkan. Kita baca Bung Karno meminta fatwa KH Hasyim Asyari soal membela bangsa, dan Mbah Hasyim menekankan bahwa cinta Tanah Air adalah sebagian dari iman,” ujar Anas.
Dari para tokoh itu, sambung Anas, generasi muda bisa memahami bahwa bahwa tidak ada perbedaan antara menjadi orang beragama yang taat pada keyakinan masing-masing sekaligus berkomitmen pada kebangsaan.
”Jembatan inilah yang kita bangun di jiwa generasi muda lewat Ziarah Kebangsaan. Sudah saatnya kaum muda menyatukan kain kebangsaan, seperti dulu pernah dilakukan oleh Bung Karno dan Mbah Hasyim. Semoga program ini menginspirasi," pungkas Anas.
(sms)