Bupati Anas Ajak Pelajar Ziarah Kebangsaan ke Makam Bung Karno dan Mbah Hasyim
A
A
A
BANYUWANGI - Pemkab Banyuwangi mengajak para pelajar mengikuti program "Ziarah Kebangsaan" ke makam para tokoh besar, yaitu proklamator dan Presiden pertama Ir Soekarno, pendiri Nahdlatul Ulama (NU) KH Hasyim Asyari, KH Wahid Hasyim, dan Presiden keempat KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
"Ini sebagai upaya menanamkan rasa kebangsaan. Rasanya sudah lama anak-anak muda kita tak diajak untuk menumbuhkan rasa kebangsaan dengan aktivitas selain upacara atau seminar saja. Program ini kita bikin beberapa angkatan. Angkatan pertama 50 pelajar berangkat dalam bulan ini," ujar Anas dalam pernyataan tertulis yang dikirimkan ke SINDOnews, Selasa (8/8/2017).
Anas meyakini, Ziarah Kebangsaan menjadi salah satu cara efektif untuk menanamkan rasa kebangsaan. "Sepanjang perjalanan disiapkan bahan bacaan kebangsaan. Kita tumbuhkan rasa gotong-royong melalui aktivitas bersama. Kita tanamkan ini sesuai pendekatan anak muda, bungkusnya traveling tapi isinya kebangsaan," ujarnya.
"Rasa kebangsaan ini relevan ditanamkan dalam situasi apapun, tidak hanya saat ada ancaman paham terorisme seperti saat ini," imbuh Anas.
Anas menambahkan, para pelajar diharapkan bisa menyerap keteladanan dari para tokoh yang diziarahi makamnya. Pemikiran dan kiprah para tokoh besar itu telah memberi bukti besarnya rasa kebangsaan tanpa mempertentangkan antara menjadi agamis dan menjadi nasionalis.
Bung Karno, sambung Anas, yang selama ini kerap disebut sebagai tokoh nasionalis sejatinya mendasarkan nasionalismenya pada aspek religius.
"Bung Karno itu Presiden pertama yang mengutip ayat Alquran saat berbicara di PBB, disaksikan seluruh dunia. Bung Karno juga meminta fatwa keagamaan dari Mbah Hasyim soal nasionalisme di era penjajahan," ujar Anas.
Sedangkan KH Hasyim Asyari adalah pemimpin Islam yang mengajarkan pentingnya komitmen kebangsaan.
"Mbah Hasyim menegaskan bahwa cinta Tanah Air sebagian dari iman," timpal Anas. Demikian pula KH Wahid Hasyim dan Gus Dur adalah ulama sekaligus tokoh bangsa yang rasa kebangsaan dan penghargaannya terhadap kebhinekaan tak perlu diragukan lagi.
Dari pemikiran dan kiprah para tokoh tersebut, kaum muda bisa belajar bahwa komitmen kebangsaan yang utuh harus lahir secara ideologis dan berlandaskan keimanan.
"Kita jadi tahu bahwa tidak ada perbedaan antara menjadi orang beragama yang taat pada keyakinan masing-masing sekaligus menjadi Indonesia, menjadi religius dan berkomitmen pada kebangsaan. Jembatan inilah yang kita bangun di jiwa generasi muda lewat Ziarah Kebangsaan," papar Anas.
"Sudah saatnya kaum muda menyatukan kain kebangsaan, seperti dulu pernah dilakukan bersama-sama oleh Bung Karno dan Mbah Hasyim. Semoga program ini menginspirasi," tambah Anas.
Kepala Bagian Humas Djuang Pribadi menambahkan, Pemkab Banyuwangi akan menyeleksi para pelajar untuk diikutkan program ini. "Mekanismenya melalui kreasi di media sosial, dan akan diumumkan di akun media sosial Pemkab Banyuwangi," tandasnya.
"Ini sebagai upaya menanamkan rasa kebangsaan. Rasanya sudah lama anak-anak muda kita tak diajak untuk menumbuhkan rasa kebangsaan dengan aktivitas selain upacara atau seminar saja. Program ini kita bikin beberapa angkatan. Angkatan pertama 50 pelajar berangkat dalam bulan ini," ujar Anas dalam pernyataan tertulis yang dikirimkan ke SINDOnews, Selasa (8/8/2017).
Anas meyakini, Ziarah Kebangsaan menjadi salah satu cara efektif untuk menanamkan rasa kebangsaan. "Sepanjang perjalanan disiapkan bahan bacaan kebangsaan. Kita tumbuhkan rasa gotong-royong melalui aktivitas bersama. Kita tanamkan ini sesuai pendekatan anak muda, bungkusnya traveling tapi isinya kebangsaan," ujarnya.
"Rasa kebangsaan ini relevan ditanamkan dalam situasi apapun, tidak hanya saat ada ancaman paham terorisme seperti saat ini," imbuh Anas.
Anas menambahkan, para pelajar diharapkan bisa menyerap keteladanan dari para tokoh yang diziarahi makamnya. Pemikiran dan kiprah para tokoh besar itu telah memberi bukti besarnya rasa kebangsaan tanpa mempertentangkan antara menjadi agamis dan menjadi nasionalis.
Bung Karno, sambung Anas, yang selama ini kerap disebut sebagai tokoh nasionalis sejatinya mendasarkan nasionalismenya pada aspek religius.
"Bung Karno itu Presiden pertama yang mengutip ayat Alquran saat berbicara di PBB, disaksikan seluruh dunia. Bung Karno juga meminta fatwa keagamaan dari Mbah Hasyim soal nasionalisme di era penjajahan," ujar Anas.
Sedangkan KH Hasyim Asyari adalah pemimpin Islam yang mengajarkan pentingnya komitmen kebangsaan.
"Mbah Hasyim menegaskan bahwa cinta Tanah Air sebagian dari iman," timpal Anas. Demikian pula KH Wahid Hasyim dan Gus Dur adalah ulama sekaligus tokoh bangsa yang rasa kebangsaan dan penghargaannya terhadap kebhinekaan tak perlu diragukan lagi.
Dari pemikiran dan kiprah para tokoh tersebut, kaum muda bisa belajar bahwa komitmen kebangsaan yang utuh harus lahir secara ideologis dan berlandaskan keimanan.
"Kita jadi tahu bahwa tidak ada perbedaan antara menjadi orang beragama yang taat pada keyakinan masing-masing sekaligus menjadi Indonesia, menjadi religius dan berkomitmen pada kebangsaan. Jembatan inilah yang kita bangun di jiwa generasi muda lewat Ziarah Kebangsaan," papar Anas.
"Sudah saatnya kaum muda menyatukan kain kebangsaan, seperti dulu pernah dilakukan bersama-sama oleh Bung Karno dan Mbah Hasyim. Semoga program ini menginspirasi," tambah Anas.
Kepala Bagian Humas Djuang Pribadi menambahkan, Pemkab Banyuwangi akan menyeleksi para pelajar untuk diikutkan program ini. "Mekanismenya melalui kreasi di media sosial, dan akan diumumkan di akun media sosial Pemkab Banyuwangi," tandasnya.
(sms)