Kampanyekan Hidup Sehat, Yudo Cs Mudik Naik Sepeda
A
A
A
TEGAL - Mudik menggunakan kendaraan pribadi seperti mobil dan sepeda motor maupun bus sudah menjadi hal yang biasa setiap musim mudik tiba. Menjadi hal yang tak biasa ketika menempuh jarak ratusan hingga ribuan kilometer untuk pulang ke kampung halaman dengan sepeda.
Itulah yang dilakukan Yudo Purwanto (32) warga Bekasi, bersama dua orang temannya. Di tengah-tengah cuaca terik dan padatnya kendaraan pemudik di jalur pantura Kota Tegal, H-4 Lebaran, ketiganya berjibaku mengayuh pedal sepeda bermerek Federal masing-masing.
Mereka sudah menempuh perjalanan dari Bekasi sejak Selasa (20/6/2017) siang. Selama perjalanan hingga memasuki wilayah Kota Tegal, Jawa Tengah, mereka sempat beristirahat dan bermalam di Karawang, Subang, dan Cirebon.
"Saya tujuannya ke Wonogiri. Kedua teman saya ke Yogya dan Solo," kata Yudo, saat ditemui SINDOnews, ketika beristirahat di tepi Jalan Kolonel Sugiono, Kota Tegal, Kamis (22/6/2017).
Gurat kelelahan karena perjalanan panjang terlihat jelas di wajahnya. Namun pembawaannya tetap ramah. Yudo mengaku sudah dua kali mudik menggunakan sepeda. Sementara, dua temannya, John dan Joni, masing-masing sudah lima dan dua kali melakukan hal yang sama.
"Pak John paling sering. Pengalamannya sudah banyak. Pernah naik sepeda ke Makassar dan Sulawesi," cerita Yudo tentang rekannya yang sudah berusia 53 tahun itu.
Tak banyak perbekalan yang dibawa oleh ketiganya saat mudik. Selain pakaian dan uang secukupnya, mereka membawa peralatan sepeda seperti, pompa, dan cadangan ban dalam serta ban luar yang bisa dilipat (ban kevlar).
"Peralatan buat tidur, matras, hammock, tikar dan peralatan mandi juga kita bawa. Obat-obatan yang dibutuhkan juga penting dibawa kalau memiliki penyakit bawaan," ujar Yudo.
Menurut Yudo, mudik menggunakan sepeda harus banyak mengalah dengan memilih jalur paling pinggir. Apalagi jika menemui pengendara sepeda motor yang perilaku berkendaranya tidak memerhatikan keselamatan sendiri dan orang lain.
"Di pantura didominasi motor yang perilaku berkendaranya susah ditebak. Maka harus berjalan terpinggir atau di luar garis putih," ucapnya.
Yudo memperkirakan akan sampai ke Wonogiri sehari sebelum Hari Raya Idul Fitri. Ia, John, dan Joni rencananya berpisah di Bawen, Kabupaten Semarang. "Kita membatasi jalan 15-20 km per jam. Kalau sudah satu jam kita beristirahat dulu," ucapnya.
Memilih menggunakan sepeda, Yudo beralasan ingin mengampanyekan perilaku hidup sehat dengan bersepeda. "Bersepeda itu menyehatkan, harus dibudayakan di masyarakat," ujarnya.
John yang duduk di sebelah Yudo mengangguk mengiyakan. Dia mengaku sudah menyukai kegiatan bersepeda sejak 1993. Saat menjelajahi Sulawesi dengan bersepeda, John menempuh jarak sekitar 6.000 km selama 110 hari.
"Bersepeda jarak jauh harus memiliki jiwa survive dan tahu pula kondisi dan cara memperbaiki sepeda," kata pria asli Manado ini memberi tips.
Itulah yang dilakukan Yudo Purwanto (32) warga Bekasi, bersama dua orang temannya. Di tengah-tengah cuaca terik dan padatnya kendaraan pemudik di jalur pantura Kota Tegal, H-4 Lebaran, ketiganya berjibaku mengayuh pedal sepeda bermerek Federal masing-masing.
Mereka sudah menempuh perjalanan dari Bekasi sejak Selasa (20/6/2017) siang. Selama perjalanan hingga memasuki wilayah Kota Tegal, Jawa Tengah, mereka sempat beristirahat dan bermalam di Karawang, Subang, dan Cirebon.
"Saya tujuannya ke Wonogiri. Kedua teman saya ke Yogya dan Solo," kata Yudo, saat ditemui SINDOnews, ketika beristirahat di tepi Jalan Kolonel Sugiono, Kota Tegal, Kamis (22/6/2017).
Gurat kelelahan karena perjalanan panjang terlihat jelas di wajahnya. Namun pembawaannya tetap ramah. Yudo mengaku sudah dua kali mudik menggunakan sepeda. Sementara, dua temannya, John dan Joni, masing-masing sudah lima dan dua kali melakukan hal yang sama.
"Pak John paling sering. Pengalamannya sudah banyak. Pernah naik sepeda ke Makassar dan Sulawesi," cerita Yudo tentang rekannya yang sudah berusia 53 tahun itu.
Tak banyak perbekalan yang dibawa oleh ketiganya saat mudik. Selain pakaian dan uang secukupnya, mereka membawa peralatan sepeda seperti, pompa, dan cadangan ban dalam serta ban luar yang bisa dilipat (ban kevlar).
"Peralatan buat tidur, matras, hammock, tikar dan peralatan mandi juga kita bawa. Obat-obatan yang dibutuhkan juga penting dibawa kalau memiliki penyakit bawaan," ujar Yudo.
Menurut Yudo, mudik menggunakan sepeda harus banyak mengalah dengan memilih jalur paling pinggir. Apalagi jika menemui pengendara sepeda motor yang perilaku berkendaranya tidak memerhatikan keselamatan sendiri dan orang lain.
"Di pantura didominasi motor yang perilaku berkendaranya susah ditebak. Maka harus berjalan terpinggir atau di luar garis putih," ucapnya.
Yudo memperkirakan akan sampai ke Wonogiri sehari sebelum Hari Raya Idul Fitri. Ia, John, dan Joni rencananya berpisah di Bawen, Kabupaten Semarang. "Kita membatasi jalan 15-20 km per jam. Kalau sudah satu jam kita beristirahat dulu," ucapnya.
Memilih menggunakan sepeda, Yudo beralasan ingin mengampanyekan perilaku hidup sehat dengan bersepeda. "Bersepeda itu menyehatkan, harus dibudayakan di masyarakat," ujarnya.
John yang duduk di sebelah Yudo mengangguk mengiyakan. Dia mengaku sudah menyukai kegiatan bersepeda sejak 1993. Saat menjelajahi Sulawesi dengan bersepeda, John menempuh jarak sekitar 6.000 km selama 110 hari.
"Bersepeda jarak jauh harus memiliki jiwa survive dan tahu pula kondisi dan cara memperbaiki sepeda," kata pria asli Manado ini memberi tips.
(zik)