Anak Harimau yang Ditemukan Warga Mati karena Dehidrasi
A
A
A
PEKANBARU - Balai Konservasi Sumber Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau menyatakan bahwa anak harimau yang ditemukan warga sudah mati. Hasil pemeriksaan satwa yang dilindungi itu mati akibat dehidrasi tinggi.
Humas BBKSDA Riau Dian Indriati mengatakan, anak harimau itu mati Jumat 26 Mei 2017 sekitar pukul 14.30 Wib. Harimau itu sempat dirawat tim dokter selama 12 jam, namun kondisi kesehatannya terus menurun sehingga tidak terselamatkan. "Harimau itu mengalami dehidrasi tingkat tinggi dan kekurangan nutrisi sehingga terjadi komplikasi,"ucapnya Sabtu (27/5/2017).
Untuk memastikan penyebab kematian anak harimau, pihak BBKSDA akan melakukan pengiriman sampel hati, jantung, limpa, dan usus ke laboratorium. Saat ini BBKSDA masih menunggu hasil pemeriksaan laboratorium.
“Dari kasat mata di dalam paru-paru harimau mengeluarkan nanah dan berwarna merah pucat. Ini menandakan bahwa paru-parunya kemungkinan terkena infeksi," tukasnya.
Dari bentuk tubuh, diperkirakan, harimau itu berusia antara 5 sampai 7 bulan. Setelah dinyatakan mati, petugaspun menguburkan satwa yang populasinya saay ini semakin kritis itu.
Diketahui pada 25 Mei 2017, satwa dilindungi itu ditemukan warga di sebuah kebun di Dusun Kelapa, Desa Api-Api, Kecamatan Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis, Riau. Penemunya adalah Padri (52) warga setempat dan saat ditemukan kondisi harimau itu kritis.
Humas BBKSDA Riau Dian Indriati mengatakan, anak harimau itu mati Jumat 26 Mei 2017 sekitar pukul 14.30 Wib. Harimau itu sempat dirawat tim dokter selama 12 jam, namun kondisi kesehatannya terus menurun sehingga tidak terselamatkan. "Harimau itu mengalami dehidrasi tingkat tinggi dan kekurangan nutrisi sehingga terjadi komplikasi,"ucapnya Sabtu (27/5/2017).
Untuk memastikan penyebab kematian anak harimau, pihak BBKSDA akan melakukan pengiriman sampel hati, jantung, limpa, dan usus ke laboratorium. Saat ini BBKSDA masih menunggu hasil pemeriksaan laboratorium.
“Dari kasat mata di dalam paru-paru harimau mengeluarkan nanah dan berwarna merah pucat. Ini menandakan bahwa paru-parunya kemungkinan terkena infeksi," tukasnya.
Dari bentuk tubuh, diperkirakan, harimau itu berusia antara 5 sampai 7 bulan. Setelah dinyatakan mati, petugaspun menguburkan satwa yang populasinya saay ini semakin kritis itu.
Diketahui pada 25 Mei 2017, satwa dilindungi itu ditemukan warga di sebuah kebun di Dusun Kelapa, Desa Api-Api, Kecamatan Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis, Riau. Penemunya adalah Padri (52) warga setempat dan saat ditemukan kondisi harimau itu kritis.
(wib)