Diserang Tumor Ganas, Nasifa Butuh Bantuan Dermawan
A
A
A
PEKALONGAN - Nasifa (8), warga Pekalongan, Jawa Tengah, hanya bisa tergolek lemah di tempat tidur karena diserang tumor ganas tulang sekitar satu tahun. Siswi kelas 3 SD ini pun harus putus sekolah akibat sakit yang terus menggerogoti tubuh mungilnya.
Awal penderitaan Nasifa tersebut terjadi saat dia jatuh di sekolah tahun lalu. Ketika pulang ke rumah, dia tidak segera diobati. Hal ini karena minimnya biaya dan Nasifa takut dipijit.
"Anak saya Nasifa awalnya jatuh di sekolah namun tidak berani bilang, karena takut dipijit atau diobati. Setelah itu membengkak dan kami bawa ke rumah sakit ternyata ada tumor ganas," kata Warno, ayah Nasifa.
Beberapa waktu kemudian terjadi pembengkakan dan ada benjolan. Setelah diperiksa di sebuah klinik dan diketahui adanya benjolan yang diduga tumor, Nasifa dibawa ke rumah sakit. Ternyata, dia diserang tumor ganas tulang, sehingga langsung diberi rujukan untuk pengobatan ke RS Kariadi Semarang.
Pengobatan tidak berkelanjutan dan tidak maksimal karena tak ada biaya. Akhirnya, Nasifa hanya dirawat di rumah. Sejak saat itu benjolan pada tangan kiri anaknya itu terus membesar .
Ibu Nasifa, Indriyanti mengatakan selama ini pengobatan anaknya harus ditanggung sendiri karena tak ditanggung Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.
"Pemerintah Kabupaten Pekalongan pernah menjanjikan pembuatan BPJS namun hingga kini tak ada kejelasannya. Selain itu juga keberatan biaya hidup yang harus ditanggung selama masa pengobatan di Semarang," ujarnya.
Kini, Nasifa hanya dirawat di rumah yang sangat sederhana, berdinding bambu, berlantai tanah, dan atapnya pun bocor. Rumah Nasifa di Desa Jeruksari, Kecamatan Tirto, Pekalongan berada di lokasi rob yang kanan dan kirinya terendam.
Orang tua Nasifa pun berharap ada dermawan yang mau membantu biaya pengobatan anaknya. Sementara, sejumlah warga yang peduli memberikan bantuan ala kadarnya kepada keluarga kurang mampu ini. Bantuan berupa makanan, sembako, dan sejumlah uang. Namun, hal itu belum mencukupi untuk biaya pengobatan.
Awal penderitaan Nasifa tersebut terjadi saat dia jatuh di sekolah tahun lalu. Ketika pulang ke rumah, dia tidak segera diobati. Hal ini karena minimnya biaya dan Nasifa takut dipijit.
"Anak saya Nasifa awalnya jatuh di sekolah namun tidak berani bilang, karena takut dipijit atau diobati. Setelah itu membengkak dan kami bawa ke rumah sakit ternyata ada tumor ganas," kata Warno, ayah Nasifa.
Beberapa waktu kemudian terjadi pembengkakan dan ada benjolan. Setelah diperiksa di sebuah klinik dan diketahui adanya benjolan yang diduga tumor, Nasifa dibawa ke rumah sakit. Ternyata, dia diserang tumor ganas tulang, sehingga langsung diberi rujukan untuk pengobatan ke RS Kariadi Semarang.
Pengobatan tidak berkelanjutan dan tidak maksimal karena tak ada biaya. Akhirnya, Nasifa hanya dirawat di rumah. Sejak saat itu benjolan pada tangan kiri anaknya itu terus membesar .
Ibu Nasifa, Indriyanti mengatakan selama ini pengobatan anaknya harus ditanggung sendiri karena tak ditanggung Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.
"Pemerintah Kabupaten Pekalongan pernah menjanjikan pembuatan BPJS namun hingga kini tak ada kejelasannya. Selain itu juga keberatan biaya hidup yang harus ditanggung selama masa pengobatan di Semarang," ujarnya.
Kini, Nasifa hanya dirawat di rumah yang sangat sederhana, berdinding bambu, berlantai tanah, dan atapnya pun bocor. Rumah Nasifa di Desa Jeruksari, Kecamatan Tirto, Pekalongan berada di lokasi rob yang kanan dan kirinya terendam.
Orang tua Nasifa pun berharap ada dermawan yang mau membantu biaya pengobatan anaknya. Sementara, sejumlah warga yang peduli memberikan bantuan ala kadarnya kepada keluarga kurang mampu ini. Bantuan berupa makanan, sembako, dan sejumlah uang. Namun, hal itu belum mencukupi untuk biaya pengobatan.
(zik)