Gunongan, Monumen Ketulusan Cinta Sultan Aceh Terhadap Puteri Pahang
A
A
A
Gunongan atau bangunan berupa gunungan berwarna putih bagi warga Banda Aceh memiliki arti penting dan kesan yang mendalam. Karena bangunan ini dibangun oleh Sultan Iskandar Muda raja Aceh yang terkenal untuk sang permaisurinya Putri Kamaliah dari Negeri Pahang, Malaysia.
Dimasa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, Kesultanan Aceh mencapai puncak kejayaannya karena daerah kekuasaannya yang semakin besar yang mencapai pesisir barat Minangkabau hingga ke semenanjung Malayu.
Selain itu Sultan Iskandar Muda juga disegani hingga ke Eropa, dimana beberapa Raja dan Ratu seperti Ratu Inggris, Elizabeth I pernah mengirim hadiah kepada dia, termasuk Pangeran Maurits – pendiri dinasti Oranje.
Bangunan Gunongan merupakan bukti cinta Sultan Iskandar Muda kepada Putri Pahang yang selalu teringat akan kampung halamannya di Pahang Malaysia yang berbukit-bukit.
Setelah Sultan Iskandar Muda bersama pasukan Aceh berhasil menaklukkan Kerajaan Pahang di semenanjung Malaya. Sang raja mendapat persembahan Putri Pahang yang bernama Kamaliah atau lebih dikenal dengan Putroe Phang.
Konon kemudian Sultan Iskandar Muda memboyong sang putri ke Aceh. Karena kecantikan dan keluhuran budi pekerti sang putri, Sultan Iskandar Muda akhirnya jatuh cinta dan menjadikannya permaisurinya.
Setelah diboyong ke Aceh, Putri Kamalia selalu murung karena teringat kampung halamannya.
Untuk menghibur sang permaisuri, Sultan Iskandar Muda lalu membuatkan gunung kecil (Gunongan) di belakang istana untuk mengobati kerinduan akan kampung halamannya di Pahang.
Gunongan dibangun di Taman Sari Istana yang juga dikenal sebagai Taman Ghairah tepat di belakang Kompleks Kesultanan Darud Donya. Taman ini dibangun sebagai perwujudan miniatur perbukitan yang mengelilingi istana Putroe Phang di Pahang.
Berdasarkan Buku Bustanul Salatin yang ditulis seorang ulama besar kerajaan Aceh Darussalam abad ke XVI Masehi bernama Nuruddin ar-Raniry disebutkan luas taman tersebut sekitar 1.000 depa.
Gunongan merupakan bangunan yang menyerupai gunung atau meniru topografi gunung yang bertingkat tiga dengan bagian puncak seperti menara. Gunongan bermaterial batu gamping, pasir, dan kapur perekat.
Gunongan berdiri dengan tinggi 9,5 meter, menggambarkan sebuah bunga putih yang sedang mekar yang melambangkan ketulusan cinta. Dindingnya berukir salur-salur bunga dengan untaian cinta yang bertambat dalam jiwa dan dibangun dalam tiga tingkat.
Tingkat pertama terletak di atas tanah dan tingkat tertinggi bermahkota sebuah tiang berdiri di pusat bangunan. Keseluruhan bentuk Gunongan adalah oktagonal (bersegi delapan).
Pintu masuknya bernama Pinto Tangkop, Bentuknya seperti jangkar kapal yang menandakan bahwa Sultan Aceh memiliki prajurit laut yang kuat.
Pinto Tangkop berukuran rendah dan harus menunduk bila kita ingin masuk ke dalam, Menunduk merupakan pengungkapan rasa hormat dan harus selalu merendah sebagai manusia.
Tepat di bagian puncak Gunongan terdapat menara yang menjulang tinggi berbentuk kelopak bunga seperti permata melambangkan kejayaan.
Berdasarkan prasasti di kanan bangunan tersebut, Gunongan dibangun pada masa 1607 – 1636.
Gunongan dibuat bertingkat dengan tangga menuju ke puncak yang hanya muat dilalui satu orang.
Sang permaisuri Kamalia menjadikan tempat ini sebagai tempat menghibur diri karena bila sang putri naik ke Gunongan dia merasa seakan sudah berada di negerinya. Selain itu dari atas puncaknya sang permaisuri dapat mengamati sekeliling istana.
Selain tempat bercengkerama, Gunongan juga digunakan sebagai tempat berjemur dan berganti pakaian permaisuri usai mandi di sungai yang mengalir di tengah-tengah istana.
Di sisi kiri depan Gunongan terdapat satu batu besar berbentuk undakan yang memiliki cekungan di tengahnya.
Sekeliling undakan yang menyerupai kelopak bunga ini dihiasi ukiran. Undakan batu yang disebut penterana batu ini, dulunya digunakan sebagai tempat penobatan sultan.
Di bagian belakang Gunongan terdapat satu bangunan berbentuk persegi yang dulunya adalah taman yang kemudian dijadikan tempat pemakaman Sultan Iskandar Thani, menantu Sultan Iskandar Muda.
Untuk senantiasa menjaga bangunan Gunongan tetap berwarna putih bersih, setiap bulan Juli ada tradisi untuk mengecat bangunan ini sehingga tetap terawat dengan baik sebagaimana cinta Sultan Iskandar yang begitu terawat terhadap permaisurinya, Putri Pahang.
Sumber :
- thearoengbinangproject
- musikanegri
Dimasa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, Kesultanan Aceh mencapai puncak kejayaannya karena daerah kekuasaannya yang semakin besar yang mencapai pesisir barat Minangkabau hingga ke semenanjung Malayu.
Selain itu Sultan Iskandar Muda juga disegani hingga ke Eropa, dimana beberapa Raja dan Ratu seperti Ratu Inggris, Elizabeth I pernah mengirim hadiah kepada dia, termasuk Pangeran Maurits – pendiri dinasti Oranje.
Bangunan Gunongan merupakan bukti cinta Sultan Iskandar Muda kepada Putri Pahang yang selalu teringat akan kampung halamannya di Pahang Malaysia yang berbukit-bukit.
Setelah Sultan Iskandar Muda bersama pasukan Aceh berhasil menaklukkan Kerajaan Pahang di semenanjung Malaya. Sang raja mendapat persembahan Putri Pahang yang bernama Kamaliah atau lebih dikenal dengan Putroe Phang.
Konon kemudian Sultan Iskandar Muda memboyong sang putri ke Aceh. Karena kecantikan dan keluhuran budi pekerti sang putri, Sultan Iskandar Muda akhirnya jatuh cinta dan menjadikannya permaisurinya.
Setelah diboyong ke Aceh, Putri Kamalia selalu murung karena teringat kampung halamannya.
Untuk menghibur sang permaisuri, Sultan Iskandar Muda lalu membuatkan gunung kecil (Gunongan) di belakang istana untuk mengobati kerinduan akan kampung halamannya di Pahang.
Gunongan dibangun di Taman Sari Istana yang juga dikenal sebagai Taman Ghairah tepat di belakang Kompleks Kesultanan Darud Donya. Taman ini dibangun sebagai perwujudan miniatur perbukitan yang mengelilingi istana Putroe Phang di Pahang.
Berdasarkan Buku Bustanul Salatin yang ditulis seorang ulama besar kerajaan Aceh Darussalam abad ke XVI Masehi bernama Nuruddin ar-Raniry disebutkan luas taman tersebut sekitar 1.000 depa.
Gunongan merupakan bangunan yang menyerupai gunung atau meniru topografi gunung yang bertingkat tiga dengan bagian puncak seperti menara. Gunongan bermaterial batu gamping, pasir, dan kapur perekat.
Gunongan berdiri dengan tinggi 9,5 meter, menggambarkan sebuah bunga putih yang sedang mekar yang melambangkan ketulusan cinta. Dindingnya berukir salur-salur bunga dengan untaian cinta yang bertambat dalam jiwa dan dibangun dalam tiga tingkat.
Tingkat pertama terletak di atas tanah dan tingkat tertinggi bermahkota sebuah tiang berdiri di pusat bangunan. Keseluruhan bentuk Gunongan adalah oktagonal (bersegi delapan).
Pintu masuknya bernama Pinto Tangkop, Bentuknya seperti jangkar kapal yang menandakan bahwa Sultan Aceh memiliki prajurit laut yang kuat.
Pinto Tangkop berukuran rendah dan harus menunduk bila kita ingin masuk ke dalam, Menunduk merupakan pengungkapan rasa hormat dan harus selalu merendah sebagai manusia.
Tepat di bagian puncak Gunongan terdapat menara yang menjulang tinggi berbentuk kelopak bunga seperti permata melambangkan kejayaan.
Berdasarkan prasasti di kanan bangunan tersebut, Gunongan dibangun pada masa 1607 – 1636.
Gunongan dibuat bertingkat dengan tangga menuju ke puncak yang hanya muat dilalui satu orang.
Sang permaisuri Kamalia menjadikan tempat ini sebagai tempat menghibur diri karena bila sang putri naik ke Gunongan dia merasa seakan sudah berada di negerinya. Selain itu dari atas puncaknya sang permaisuri dapat mengamati sekeliling istana.
Selain tempat bercengkerama, Gunongan juga digunakan sebagai tempat berjemur dan berganti pakaian permaisuri usai mandi di sungai yang mengalir di tengah-tengah istana.
Di sisi kiri depan Gunongan terdapat satu batu besar berbentuk undakan yang memiliki cekungan di tengahnya.
Sekeliling undakan yang menyerupai kelopak bunga ini dihiasi ukiran. Undakan batu yang disebut penterana batu ini, dulunya digunakan sebagai tempat penobatan sultan.
Di bagian belakang Gunongan terdapat satu bangunan berbentuk persegi yang dulunya adalah taman yang kemudian dijadikan tempat pemakaman Sultan Iskandar Thani, menantu Sultan Iskandar Muda.
Untuk senantiasa menjaga bangunan Gunongan tetap berwarna putih bersih, setiap bulan Juli ada tradisi untuk mengecat bangunan ini sehingga tetap terawat dengan baik sebagaimana cinta Sultan Iskandar yang begitu terawat terhadap permaisurinya, Putri Pahang.
Sumber :
- thearoengbinangproject
- musikanegri
(sms)