Miris, 20 Tahun Warga Lebak Dirantai oleh Keluarga
A
A
A
LEBAK - Nasib Mat Entus (52) sungguh tragis dan memilukan. Pria asal Kampung Pasir Eurih, Desa Bojongcae, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak, dipasung oleh keluarganya selama 20 tahun. Ironisnya, gangguan kejiwaan yang dialaminya diduga disebabkan tekanan dari orangtuanya.
Bapak tiga orang anak itu dipasung menggunakan rantai yang sudab berkarat di kedua kakinya. Dia di tempatkan di sebuah gubuk beratapkan terpal, beralaskan tanah berukuran 4x4 meter yang berada di belakang rumahnya.
Menantu Mat Entus, Lissiyawati (31) mengatakan, pihak keluarga terpaksa melakukan pemasungan lantaran keluarga khawatir ayah mertuanya tersebut melukai diri sendiri dan oranglain yang ada disekitarnya.
"Kalau dipasungnya sudah 20 tahunan. Awalnya keluarga takut kalau dibiarin, suka teriak-teriak setiap malamnya, nyekikin orang. Terutama sama orangtuanya yang suka ngebanding-bandingin (kesuksesannya) sama orang lain,," kata Lis kepada SINDOnews, Senin (3/3/2017).
Pihak keluarga, kata Lis, sudah berusaha membawa Mat Entus untuk menjalani pengobatan ke Rumah Sakit di Lebak maupun pengobatan tradisonal hingga ke Jawa Timur. Namun, prilaku Mat Entus semakin aneh hari demi hari.
"Sebelum kaya gini, bapak kerja jadi kuli pengangkut pasir di sungai Ciujung. Anak-anaknya sekarang pada kerja di Jakarta, kalau emak (Istri Mat Entus) kerja di Kawaraci jadi Pembantu," ujar ibu tiga orang anak itu.
Saat ini, pihak keluarga hanya bisa memberikan obat penenang yang diberikan oleh pihak Puskesmas Cibadak. Hasilnya, saat ini Mat Entus sudah mulai tenang dan lebih bersih seteleh mendapatkan penanganan yang lebih manusawi sejak dua bulan lalu.
"Dulunya keluarga mau nutupin, tapi semenjak saya jadi kader puskesmas saya berusaha buat ngejelasin kepada keluarga. Alhamdulillah sekarang sudah engga teriak-teriak, makan teratur, udah mulai mengenali orang," tuturnya.
Pihak dokter puskesmas Sopiah Mamat mengatakan, Mat Entus didiagnosa mengalami skizofrenia dan butuh penanganan medis serius dengan memberikan pengobatan yang serius.
"Sudah kita berikan obat penenang dan selalu dikontrol. Untuk lepas dari pemasungan, pihak keluarga masih ketakutan. Sebab, tidak ada laki-laki dirumah untuk merawatnya," pungkasnya.
Bapak tiga orang anak itu dipasung menggunakan rantai yang sudab berkarat di kedua kakinya. Dia di tempatkan di sebuah gubuk beratapkan terpal, beralaskan tanah berukuran 4x4 meter yang berada di belakang rumahnya.
Menantu Mat Entus, Lissiyawati (31) mengatakan, pihak keluarga terpaksa melakukan pemasungan lantaran keluarga khawatir ayah mertuanya tersebut melukai diri sendiri dan oranglain yang ada disekitarnya.
"Kalau dipasungnya sudah 20 tahunan. Awalnya keluarga takut kalau dibiarin, suka teriak-teriak setiap malamnya, nyekikin orang. Terutama sama orangtuanya yang suka ngebanding-bandingin (kesuksesannya) sama orang lain,," kata Lis kepada SINDOnews, Senin (3/3/2017).
Pihak keluarga, kata Lis, sudah berusaha membawa Mat Entus untuk menjalani pengobatan ke Rumah Sakit di Lebak maupun pengobatan tradisonal hingga ke Jawa Timur. Namun, prilaku Mat Entus semakin aneh hari demi hari.
"Sebelum kaya gini, bapak kerja jadi kuli pengangkut pasir di sungai Ciujung. Anak-anaknya sekarang pada kerja di Jakarta, kalau emak (Istri Mat Entus) kerja di Kawaraci jadi Pembantu," ujar ibu tiga orang anak itu.
Saat ini, pihak keluarga hanya bisa memberikan obat penenang yang diberikan oleh pihak Puskesmas Cibadak. Hasilnya, saat ini Mat Entus sudah mulai tenang dan lebih bersih seteleh mendapatkan penanganan yang lebih manusawi sejak dua bulan lalu.
"Dulunya keluarga mau nutupin, tapi semenjak saya jadi kader puskesmas saya berusaha buat ngejelasin kepada keluarga. Alhamdulillah sekarang sudah engga teriak-teriak, makan teratur, udah mulai mengenali orang," tuturnya.
Pihak dokter puskesmas Sopiah Mamat mengatakan, Mat Entus didiagnosa mengalami skizofrenia dan butuh penanganan medis serius dengan memberikan pengobatan yang serius.
"Sudah kita berikan obat penenang dan selalu dikontrol. Untuk lepas dari pemasungan, pihak keluarga masih ketakutan. Sebab, tidak ada laki-laki dirumah untuk merawatnya," pungkasnya.
(nag)