Kecap Tangerang yang Melegenda dan Istilah Ngecap Bung Karno
A
A
A
Pramoedya Ananta Toer dalam buku Jalan Raya Pos, Jalan Daendels, menyebutkan tentang kecap produksi Tangerang yang terkenal. Dia menuliskan, “Tanah yang datar dan subur saja menghasilkan beras, juga berbagai palawija, terutama kedelai. Ini membikin Tangerang jadi produsen kecap sejak jaman Kompeni, jaman Hindia Belanda, Jepang, sampai kemerdekaan Nasional. Kecap produksi sini juga dikenal sebagai kecap Benteng.”
Tentu tulisan tersebut tidak berlebihan, sebab pabrik kecap tertua ada di Tangerang. Kecap Benteng didirikan oleh Teng Hay Soey pada 1882 dan diteruskan oleh Teng Giok Seng. Kecap Benteng merupakan kecap tertua yang masih beroperasi dan saat ini menggunakan merek Cap Istana.
Geliat ekonomi di kota lama Tangerang dimulai sejak 1880. Sebab, sejak zaman VOC, sekitar 1684, Belanda membangun banteng sebagai wilayah pertahanan Batavia untuk mempertahankan diri dari serangan Banten. Banyak warga China yang tinggal di wilayah kota lama disebut China Benteng. Begitu juga dengan kecap yang diproduk dikenal dengan Kecap Benteng.
Ada juga yang didirikan oleh seorang keturunan Tionghoa bernama Lo Tjit Siong pada 1920. Letak kedua pabrik kecap ini hanya berjarak sekitar 300 meter dan sama-sama berada di kawasan Pasar Lama, Kota Tangerang. Pabrik Kecap Benteng SH terletak di Jalan Saham, Tangerang lama. Hanya berjarak beberapa ratus meter dari GOR Tangerang.
Dalam setiap kemasan kecap yang diproduksi selalu menuliskan Kecap Produksi Jl Benteng Nomer 1. Tulisan dalam logo setiap botol kecap itu, dianggap terlalu panjang dan sulit dihapal dan diingat. Untuk lebih mudah diingat, tulisan dalam logo kecap tersebut dibuat menjadi pendek. Maka jadilah logo tulisan ‘Kecap No. 1’.
Ini kemudian diikuti produsen kecap lainya, terutama para pengekor popularitas yang juga latah menuliskan ‘Kecap No. 1’ dalam setiap kecap botol yang diproduksinya. Istilah Kecap Nomor Satu (1) kemudian populer dalam setiap pembicaraan, dan sudah membumi di semua kalangan.
Bahkan, Pramoedya Ananta Toer dalam buku Jalan Raya Pos, Jalan Daendels menyinggung istilah ngecap yang diucapkan Presiden Pertama Republik Indonesia Soekarno. ”Kecap produksi sini juga dikenal sebagai kecap Benteng, dan selalu dipromosikan sebagai kecap klas satu. Kenomor-satuannya menyebabkan Bung Karno bisa membikin ucapan “ngecap” yang berarti mempromosikan diri sebagai yang nomor wahid."
Kecap Benteng SH dan Kecap Benteng Cap Istana memang saat ini tidak sepopuler dulu. Kedua kecap ini masih diproduksi secara tradisional dan dalam jumlah yang terbatas. Boleh dikatakan kalah bersaing dengan kecap lain yang diproduksi secara modern. Setidaknya di Tangerang, terutama pada warga China Benteng, kecap bermerek SH adalah pilihan utama.
Di Tangerang, kecap old style ini masih banyak dipakai restoran dan warung makan. Kecap Siong Hin (SH) lebih banyak dipakai untuk camilan, seperti makan bakso, mie ayam, bakwan dan gorengan lainnya. Banyak orang yang saat makan di restoran akan langsung mencari Kecap Siong Hin sebagai teman makan karena rasanya yang gurih dan manis. Sedangkan untuk masak di dapur, Kecap Benteng Cap Istana yang lebih dicari.
Salah satu produk kecap nasional yang ternama saat ini, yaitu Kecap Bango, diceritakan cikal bakalnya pun berasal dari Tangerang. Kecap Bango awalnya merupakan sebuah industri rumah tangga yang dimulai pada 1928 di daerah Benteng, Tangerang.
Perjalanan Bango dimulai oleh Tjoa Pit Boen yang pertama kali dijajakan di toko kecil di garasi rumahnya. Nama Bango dipilih pendirinya dengan satu visi, yaitu agar produknya dapat terbang tinggi hingga ke manca negara.
Benar saja, pada 1992, PT Unilever Indonesia mengakuisisi merek dan usaha Kecap Bango. Akhirnya Kecap Bango resmi menjadi salah satu produk PT Unilever Indonesia pada 2001. Setelah proses akuisisi, nama dan performa Kecap Bango semakin kencang dan dikenal hingga luar Jakarta.
Tentu tulisan tersebut tidak berlebihan, sebab pabrik kecap tertua ada di Tangerang. Kecap Benteng didirikan oleh Teng Hay Soey pada 1882 dan diteruskan oleh Teng Giok Seng. Kecap Benteng merupakan kecap tertua yang masih beroperasi dan saat ini menggunakan merek Cap Istana.
Geliat ekonomi di kota lama Tangerang dimulai sejak 1880. Sebab, sejak zaman VOC, sekitar 1684, Belanda membangun banteng sebagai wilayah pertahanan Batavia untuk mempertahankan diri dari serangan Banten. Banyak warga China yang tinggal di wilayah kota lama disebut China Benteng. Begitu juga dengan kecap yang diproduk dikenal dengan Kecap Benteng.
Ada juga yang didirikan oleh seorang keturunan Tionghoa bernama Lo Tjit Siong pada 1920. Letak kedua pabrik kecap ini hanya berjarak sekitar 300 meter dan sama-sama berada di kawasan Pasar Lama, Kota Tangerang. Pabrik Kecap Benteng SH terletak di Jalan Saham, Tangerang lama. Hanya berjarak beberapa ratus meter dari GOR Tangerang.
Dalam setiap kemasan kecap yang diproduksi selalu menuliskan Kecap Produksi Jl Benteng Nomer 1. Tulisan dalam logo setiap botol kecap itu, dianggap terlalu panjang dan sulit dihapal dan diingat. Untuk lebih mudah diingat, tulisan dalam logo kecap tersebut dibuat menjadi pendek. Maka jadilah logo tulisan ‘Kecap No. 1’.
Ini kemudian diikuti produsen kecap lainya, terutama para pengekor popularitas yang juga latah menuliskan ‘Kecap No. 1’ dalam setiap kecap botol yang diproduksinya. Istilah Kecap Nomor Satu (1) kemudian populer dalam setiap pembicaraan, dan sudah membumi di semua kalangan.
Bahkan, Pramoedya Ananta Toer dalam buku Jalan Raya Pos, Jalan Daendels menyinggung istilah ngecap yang diucapkan Presiden Pertama Republik Indonesia Soekarno. ”Kecap produksi sini juga dikenal sebagai kecap Benteng, dan selalu dipromosikan sebagai kecap klas satu. Kenomor-satuannya menyebabkan Bung Karno bisa membikin ucapan “ngecap” yang berarti mempromosikan diri sebagai yang nomor wahid."
Kecap Benteng SH dan Kecap Benteng Cap Istana memang saat ini tidak sepopuler dulu. Kedua kecap ini masih diproduksi secara tradisional dan dalam jumlah yang terbatas. Boleh dikatakan kalah bersaing dengan kecap lain yang diproduksi secara modern. Setidaknya di Tangerang, terutama pada warga China Benteng, kecap bermerek SH adalah pilihan utama.
Di Tangerang, kecap old style ini masih banyak dipakai restoran dan warung makan. Kecap Siong Hin (SH) lebih banyak dipakai untuk camilan, seperti makan bakso, mie ayam, bakwan dan gorengan lainnya. Banyak orang yang saat makan di restoran akan langsung mencari Kecap Siong Hin sebagai teman makan karena rasanya yang gurih dan manis. Sedangkan untuk masak di dapur, Kecap Benteng Cap Istana yang lebih dicari.
Salah satu produk kecap nasional yang ternama saat ini, yaitu Kecap Bango, diceritakan cikal bakalnya pun berasal dari Tangerang. Kecap Bango awalnya merupakan sebuah industri rumah tangga yang dimulai pada 1928 di daerah Benteng, Tangerang.
Perjalanan Bango dimulai oleh Tjoa Pit Boen yang pertama kali dijajakan di toko kecil di garasi rumahnya. Nama Bango dipilih pendirinya dengan satu visi, yaitu agar produknya dapat terbang tinggi hingga ke manca negara.
Benar saja, pada 1992, PT Unilever Indonesia mengakuisisi merek dan usaha Kecap Bango. Akhirnya Kecap Bango resmi menjadi salah satu produk PT Unilever Indonesia pada 2001. Setelah proses akuisisi, nama dan performa Kecap Bango semakin kencang dan dikenal hingga luar Jakarta.
(wib)