Rumah Sakit Dr Moewardi Solo Kembali Rawat Pasien 'Manusia Kayu'
A
A
A
SOLO - RSUD Dr Moewardi Solo kembali menerima pasien penderita penyakit yang mirip dialami Sulami (35), ‘manusia kayu’ asal Dusun Selorejo, Desa Mojokerto, Kecamatan Kedawung, Sragen.
Kali ini, penderitanya adalah Rodiyah (37), warga Dukuh Watubucu, RT 20, Desa Jeruk, Kecamatan Miri, Sragen. Ibu satu tersebut hampir seluruh tubuhnya kaku dan tak bisa digerakkan sejak tahun 2005 lalu.
Rodiyah dirawat di bangsal Mawar kamar 3 A-F RSUD Dr Moewardi Solo mulai Senin (30/1/2017) lalu.
Ia kemudian diletakkan bersebelahan dengan Sulami karena tim medis yang menangani hampir sama. "Awalnya tahun 2004 lalu badannya terasa pegal dan linu," ungkap Maesaroh, kakak Rodiyah di RSUD dr Moewardi, Jumat (3/2/2017) siang.
Namun lambat laun, seluruh tubuh mulai dari tangan, dan kaki akhirnya tak bisa digerakkan. Hanya bagian leher dan kepala yang masih bisa digerakkan.
Kala itu, adiknya sudah dibawa ke sejumlah rumah sakit. Termasuk juga berobat ke pengobatan alternatif tapi tak kunjung membaik.
Sehingga keluarga akhirnya memutuskan dirawat di rumah saja sebelum akhirnya diminta Bupati untuk dirawat di rumah sakit atas biaya pemerintah.
Selama di rumah dan terbaring di tempat tidur, perawatan dilakukan oleh ibunya. Beragam aktivitas membutuhkan bantuan orang lain. "Mulai dari makan hingga buang air besar (BAB)," sebutnya.
Setelah sakit, anak Rodiyah yang berusia tiga tahun dirawat oleh suaminya yang telah menikah lagi.
Sang suami menikah lagi atas permintaan Rodiyah sendiri. "Hubungannya tetap baik, sering nengok keadaan Rodiyah," urainya. Ketika masih sehat, adiknya bekerja sebagai penjahit.
Kali ini, penderitanya adalah Rodiyah (37), warga Dukuh Watubucu, RT 20, Desa Jeruk, Kecamatan Miri, Sragen. Ibu satu tersebut hampir seluruh tubuhnya kaku dan tak bisa digerakkan sejak tahun 2005 lalu.
Rodiyah dirawat di bangsal Mawar kamar 3 A-F RSUD Dr Moewardi Solo mulai Senin (30/1/2017) lalu.
Ia kemudian diletakkan bersebelahan dengan Sulami karena tim medis yang menangani hampir sama. "Awalnya tahun 2004 lalu badannya terasa pegal dan linu," ungkap Maesaroh, kakak Rodiyah di RSUD dr Moewardi, Jumat (3/2/2017) siang.
Namun lambat laun, seluruh tubuh mulai dari tangan, dan kaki akhirnya tak bisa digerakkan. Hanya bagian leher dan kepala yang masih bisa digerakkan.
Kala itu, adiknya sudah dibawa ke sejumlah rumah sakit. Termasuk juga berobat ke pengobatan alternatif tapi tak kunjung membaik.
Sehingga keluarga akhirnya memutuskan dirawat di rumah saja sebelum akhirnya diminta Bupati untuk dirawat di rumah sakit atas biaya pemerintah.
Selama di rumah dan terbaring di tempat tidur, perawatan dilakukan oleh ibunya. Beragam aktivitas membutuhkan bantuan orang lain. "Mulai dari makan hingga buang air besar (BAB)," sebutnya.
Setelah sakit, anak Rodiyah yang berusia tiga tahun dirawat oleh suaminya yang telah menikah lagi.
Sang suami menikah lagi atas permintaan Rodiyah sendiri. "Hubungannya tetap baik, sering nengok keadaan Rodiyah," urainya. Ketika masih sehat, adiknya bekerja sebagai penjahit.
(nag)