72 Even Wisata Banyuwangi 2017 Diluncurkan di Tengah Sawah
A
A
A
BANYUWANGI - Kabupaten Banyuwangi kembali menggelar Banyuwangi Festival 2017. Ajang wisata sepanjang tahun yang digelar rutin sejak 2012 ini menghadirkan beragam even menarik yang tahun ini jumlahnya mencapai 72 event. Peluncuran agenda tersebut dilakukan di tengah sawah di Desa Banjar, Kecamatan Licin, tak jauh dari kaki Gunung Ijen, salah satu destinasi andalan yang kawahnya bisa memancarkan api biru.
”Peluncuran Banyuwangi Festival 2017 sengaja digelar di desa dan di tengah sawah karena orientasi ajang wisata ini adalah untuk kemajuan dan kesejahteraan desa,” ujar Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas saat meluncurkan Banyuwangi Festival 2017, Rabu (25/1/2017).
Panggung yang digunakan untuk peluncuran berada di tengah sawah dengan konsep yang sederhana. Beralaskan ilalang dengan ornamen bambu-bambu dan janur kuning. Tepat di depan panggung ada jembatan bambu dan kolam ikan. Nuansa pedesaan sangat terasa.
Anas mengatakan, Banyuwangi Festival (B-Fest) 2017 tetap akan menyajikan even besar yang telah menjadi ikon daerah, seperti Internasional Tour de Banyuwangi Ijen (27-30 September) Banyuwangi Ethno Carnival (11 November), Festival Gandrung Sewu (8 Oktober), Banyuwangi Beach Jazz Festival (2 September), dan Jazz Ijen (6-7 Oktober).
”Tahun ini ada 72 even yang berbasis keberagaman seni dan budaya, pesona alam, kreativitas rakyat, dan sport tourism. Jauh lebih berwarna dibanding tahun sebelumnya,” kata Anas.
Anas mengatakan, Banyuwangi Festival digelar setiap tahun bukan hanya untuk mendongkrak sektor wisata, tetapi sekaligus untuk mewadahi dan menumbuhkan kreativitas rakyat.
"Seperti tahun ini kami menggelar even baru, Festival Sastra (26 -30 April) dan Festival Teknologi Inovatif (19-22 Juli). Tujuannya tak lain untuk merangsang minat anak muda pada sastra dan sains. Kalau difestivalkan, tumbuh perhatian pada dua bidang tersebut," ujar Anas.
Anas menambahkan, B-Fest 2017 juga menjadi ajang istimewa bagi industri fesyen daerah. Tahun ini ada 5 event untuk memamerkan potensi desainer daerah, mulai ajang Indonesia Fashion Week (4 Februari), Green & Recycle Fashion Week (25 Maret), Kebaya Festival (22 April), Banyuwangi Batik Festival (29 Juli), dan Banyuwangi Fashion Festival (14 Oktober).
”Kami ingin para pelaku indusrti fesyen Banyuwangi semakin maju, mampu meningkatkan kualitas produknya sekaligus memperluas jangkauan pasarnya,” kata Anas.
Sejumlah tradisi asli Banyuwangi juga difestivalkan antara lain Barong Ider Bumi (26 Juni), Seblang (30 Juni & 5 September), Tumpeng Sewu (24 Agustus), Kebo-keboan (14 September & 1 Oktober), hingga Petik Laut (4 & 23 Oktober).
”Kami juga menggelar Agro Expo (13-20 Mei), Festival Durian (20 Mei), dan Fish Market (3 Oktober) untuk menguatkan dan mempromosikan produk pertanian serta perikanan. Misalnya, bakal ditampilkan durian merah yang menjadi buah khas Banyuwangi,” ujar Anas.
Dari sisi sport tourism, selain International Tour de Banyuwangi Ijen (27-30 September) yang telah menjadi agenda tetap Federasi Balap Sepeda Dunia (UCI), ada Banyuwangi International Ijen Green Run (23 Juli), Banyuwangi International BMX (22-23 April), dan Kite and Wind Surfing Competition di Pulau Tabuhan (26-27 Agustus).
”Tahun ini juga ada Festival Kuliner mengangkat pecel pithik, salah satu kuliner khas masyarakat Suku Osing Banyuwangi. Kuliner kami angkat agar makin dikenal dan wisatawan bisa bertamasya rasa di depot-depot Banyuwangi,” pungkas Anas.
”Peluncuran Banyuwangi Festival 2017 sengaja digelar di desa dan di tengah sawah karena orientasi ajang wisata ini adalah untuk kemajuan dan kesejahteraan desa,” ujar Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas saat meluncurkan Banyuwangi Festival 2017, Rabu (25/1/2017).
Panggung yang digunakan untuk peluncuran berada di tengah sawah dengan konsep yang sederhana. Beralaskan ilalang dengan ornamen bambu-bambu dan janur kuning. Tepat di depan panggung ada jembatan bambu dan kolam ikan. Nuansa pedesaan sangat terasa.
Anas mengatakan, Banyuwangi Festival (B-Fest) 2017 tetap akan menyajikan even besar yang telah menjadi ikon daerah, seperti Internasional Tour de Banyuwangi Ijen (27-30 September) Banyuwangi Ethno Carnival (11 November), Festival Gandrung Sewu (8 Oktober), Banyuwangi Beach Jazz Festival (2 September), dan Jazz Ijen (6-7 Oktober).
”Tahun ini ada 72 even yang berbasis keberagaman seni dan budaya, pesona alam, kreativitas rakyat, dan sport tourism. Jauh lebih berwarna dibanding tahun sebelumnya,” kata Anas.
Anas mengatakan, Banyuwangi Festival digelar setiap tahun bukan hanya untuk mendongkrak sektor wisata, tetapi sekaligus untuk mewadahi dan menumbuhkan kreativitas rakyat.
"Seperti tahun ini kami menggelar even baru, Festival Sastra (26 -30 April) dan Festival Teknologi Inovatif (19-22 Juli). Tujuannya tak lain untuk merangsang minat anak muda pada sastra dan sains. Kalau difestivalkan, tumbuh perhatian pada dua bidang tersebut," ujar Anas.
Anas menambahkan, B-Fest 2017 juga menjadi ajang istimewa bagi industri fesyen daerah. Tahun ini ada 5 event untuk memamerkan potensi desainer daerah, mulai ajang Indonesia Fashion Week (4 Februari), Green & Recycle Fashion Week (25 Maret), Kebaya Festival (22 April), Banyuwangi Batik Festival (29 Juli), dan Banyuwangi Fashion Festival (14 Oktober).
”Kami ingin para pelaku indusrti fesyen Banyuwangi semakin maju, mampu meningkatkan kualitas produknya sekaligus memperluas jangkauan pasarnya,” kata Anas.
Sejumlah tradisi asli Banyuwangi juga difestivalkan antara lain Barong Ider Bumi (26 Juni), Seblang (30 Juni & 5 September), Tumpeng Sewu (24 Agustus), Kebo-keboan (14 September & 1 Oktober), hingga Petik Laut (4 & 23 Oktober).
”Kami juga menggelar Agro Expo (13-20 Mei), Festival Durian (20 Mei), dan Fish Market (3 Oktober) untuk menguatkan dan mempromosikan produk pertanian serta perikanan. Misalnya, bakal ditampilkan durian merah yang menjadi buah khas Banyuwangi,” ujar Anas.
Dari sisi sport tourism, selain International Tour de Banyuwangi Ijen (27-30 September) yang telah menjadi agenda tetap Federasi Balap Sepeda Dunia (UCI), ada Banyuwangi International Ijen Green Run (23 Juli), Banyuwangi International BMX (22-23 April), dan Kite and Wind Surfing Competition di Pulau Tabuhan (26-27 Agustus).
”Tahun ini juga ada Festival Kuliner mengangkat pecel pithik, salah satu kuliner khas masyarakat Suku Osing Banyuwangi. Kuliner kami angkat agar makin dikenal dan wisatawan bisa bertamasya rasa di depot-depot Banyuwangi,” pungkas Anas.
(sms)