Lahan Huntara Korban Sinabung Terbengkalai
A
A
A
KARO - Pembangunan Hunian Sementara (Huntara) tahap pertama untuk 954 kepala keluarga (KK), pengungsi korban erupsi gunung api Sinabung hingga saat ini masih terbengkalai. Permasalahan terletak di tingkat pembahasan BNPB dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemenpupera).
Kabid Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karo, Natanail Perangin-angin ketika mengutarakan, permintaan pihak BNPB yang sebelumnya meminta Pemkab Karo untuk menyediakan lahan telah dipenuhi. Tetapi proses pembangunan lahan masyarakat yang telah dilakukan pematangan lahan (land clearing) tersebut, hingga kini belum terlaksana.
"Bulan Agustus 2016, sembilan titik terpisah lahan masyarakat telah dilakukan pembayaran sewa lahan. Bulan September selesai land clearing. Sekarang tinggal menunggu proses pembangunan oleh Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Pemkab Karo telah menyurati bahkan melakukan audiensi ke Jakarta,” ujar Nail ketika ditemui di Kabanjahe, Karo, Jumat (17/11/2016).
Sejauh ini, kata dia, belum ada kepastian dari BNPB atau Kementerian PU dan Perumahan Rakyat perihal kapan pembangunan Huntara tahap pertama akan mulai dilaksanakan. Pemkab Karo sendiri juga berharap percepatan proses pembangan segera dilakukan mengingat kondisi miris di posko penampungan sementara.
"BPBD Karo hanya sebatas penyedia lahan, ini gawe BNPB, tetapi proses pembangunan seluruh Huntara dikerjakan oleh Kementrian PU dan Perumahan Rakyat (sesuai aturan). Target BPBD Karo seluruh posko ditutup secara bertahap, sehingga kelangsungan hidup para pengungsi dapat lebih baik di Huntara. Tetapi apa boleh buat, kita masih harus menunggu dan bersabar lebih banyak,” jelasnya.
Dari keterangan Natanail diketahui, lima desa dan satu dusun akan menempati bangunan Huntara tahap satu. Sebanyak 263 KK warga asal Desa Mardinding yang selama ini tinggal di posko penampungan sementara di Gudang Konco akan tinggal di area Huntara Desa Jandi Meriah, Kecamatan Tiganderket. Warga Kuta Gugung berjumlah 262 KK yang bertahan di camp penampungan Jambur Korpri akan ditempatkan di Huntara Desa Ndokum Siroga, Kecamatan Simpang Empat.
Pengunsi asal Desa Kuta Tengah sebanyak 160 KK yang selama ini hidup di posko GPDI Ndokum Siroga, direncanakan tinggal di Huntara Desa Sukandebi, Kecamatan Naman Teran. 192 KK korban erupsi Sinabung dari Desa Jeraya, yang tinggal di Gudang Jeruk Surbakti akan menempati Huntara di Desa Ndokum Siroga Kecamatan Simpang Empat.
Sementara pengungsi asal Desa PintuMbesi (77 KK) dan Dusun Lau Kawar (48 KK) yang berada di posko GBKP Ndokum Siroga, akan di tempatkan di Huntara Desa Ndokum Siroga.
"Lahan-lahan untuk Huntara tersebut sudah dibayar sewanya selama 5 (lima) tahun dari Dana Siap Pakai (DSP) Badan Nasional Penanggulangan Bencana Republik Indonesia. Untuk rencana lahan (lokasi) Huntara bagi 4 Posko lainnya yang berasal dari Desa Sigarang-garang, Desa Sukanalu, Desa Kuta Rayat dan Desa Tiga Pancur, sedang dalam tahap negoisasi dengan pemilik lahan,”papar Natanail.
Kalangan pengungsi korban erupsi Sinabung yang ditemui berharap pembangunan Huntara dapat segera direalisasikan pemerintah. "Apabila Huntara selesai dibangun, maka kehidupan perkepala keluarga dapat terjalin kembali. Walau sederhana, kami sudah menempati kediaman masing-masing. Sangat memprihatinkan hidup seperti ini terlebih bagi anak-anak yang masih kecil. Kami juga tidak mau. Tetapi alam berkehendak lain,” ujar Jefri Bangun pengungsi asal Desa Mardingding, Kecamatan Tiganderket.
Kabid Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karo, Natanail Perangin-angin ketika mengutarakan, permintaan pihak BNPB yang sebelumnya meminta Pemkab Karo untuk menyediakan lahan telah dipenuhi. Tetapi proses pembangunan lahan masyarakat yang telah dilakukan pematangan lahan (land clearing) tersebut, hingga kini belum terlaksana.
"Bulan Agustus 2016, sembilan titik terpisah lahan masyarakat telah dilakukan pembayaran sewa lahan. Bulan September selesai land clearing. Sekarang tinggal menunggu proses pembangunan oleh Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Pemkab Karo telah menyurati bahkan melakukan audiensi ke Jakarta,” ujar Nail ketika ditemui di Kabanjahe, Karo, Jumat (17/11/2016).
Sejauh ini, kata dia, belum ada kepastian dari BNPB atau Kementerian PU dan Perumahan Rakyat perihal kapan pembangunan Huntara tahap pertama akan mulai dilaksanakan. Pemkab Karo sendiri juga berharap percepatan proses pembangan segera dilakukan mengingat kondisi miris di posko penampungan sementara.
"BPBD Karo hanya sebatas penyedia lahan, ini gawe BNPB, tetapi proses pembangunan seluruh Huntara dikerjakan oleh Kementrian PU dan Perumahan Rakyat (sesuai aturan). Target BPBD Karo seluruh posko ditutup secara bertahap, sehingga kelangsungan hidup para pengungsi dapat lebih baik di Huntara. Tetapi apa boleh buat, kita masih harus menunggu dan bersabar lebih banyak,” jelasnya.
Dari keterangan Natanail diketahui, lima desa dan satu dusun akan menempati bangunan Huntara tahap satu. Sebanyak 263 KK warga asal Desa Mardinding yang selama ini tinggal di posko penampungan sementara di Gudang Konco akan tinggal di area Huntara Desa Jandi Meriah, Kecamatan Tiganderket. Warga Kuta Gugung berjumlah 262 KK yang bertahan di camp penampungan Jambur Korpri akan ditempatkan di Huntara Desa Ndokum Siroga, Kecamatan Simpang Empat.
Pengunsi asal Desa Kuta Tengah sebanyak 160 KK yang selama ini hidup di posko GPDI Ndokum Siroga, direncanakan tinggal di Huntara Desa Sukandebi, Kecamatan Naman Teran. 192 KK korban erupsi Sinabung dari Desa Jeraya, yang tinggal di Gudang Jeruk Surbakti akan menempati Huntara di Desa Ndokum Siroga Kecamatan Simpang Empat.
Sementara pengungsi asal Desa PintuMbesi (77 KK) dan Dusun Lau Kawar (48 KK) yang berada di posko GBKP Ndokum Siroga, akan di tempatkan di Huntara Desa Ndokum Siroga.
"Lahan-lahan untuk Huntara tersebut sudah dibayar sewanya selama 5 (lima) tahun dari Dana Siap Pakai (DSP) Badan Nasional Penanggulangan Bencana Republik Indonesia. Untuk rencana lahan (lokasi) Huntara bagi 4 Posko lainnya yang berasal dari Desa Sigarang-garang, Desa Sukanalu, Desa Kuta Rayat dan Desa Tiga Pancur, sedang dalam tahap negoisasi dengan pemilik lahan,”papar Natanail.
Kalangan pengungsi korban erupsi Sinabung yang ditemui berharap pembangunan Huntara dapat segera direalisasikan pemerintah. "Apabila Huntara selesai dibangun, maka kehidupan perkepala keluarga dapat terjalin kembali. Walau sederhana, kami sudah menempati kediaman masing-masing. Sangat memprihatinkan hidup seperti ini terlebih bagi anak-anak yang masih kecil. Kami juga tidak mau. Tetapi alam berkehendak lain,” ujar Jefri Bangun pengungsi asal Desa Mardingding, Kecamatan Tiganderket.
(kri)