Penjelasan Kepala Badan Geologi soal Penyebab Banjir di Bandung

Jum'at, 11 November 2016 - 04:09 WIB
Penjelasan Kepala Badan...
Penjelasan Kepala Badan Geologi soal Penyebab Banjir di Bandung
A A A
BANDUNG - Dalam tiga pekan terakhir, Kota Bandung, Jawa Barat, dihebohkan dengan banjir di sejumlah titik. Jalan Pagarsih, Dr Djunjunan (Pasteur), Astanaanyar, Gedebage, serta sejumlah lokasi lainnya mendadak digenangi air.

Banjir itu terjadi 24 Oktober 2016 dan 9 November 2016. Sejumlah rumah dan bangunan sempat terendam. Beberapa kendaraan pun ada yang hanyut. Banjir itu memang tidak berlangsung lama. Meski begitu, banjir tetap saja membuat warga gusar.

Kepala Badan Geologi Ego Syahrial memberikan analisisnya terkait banjir di Kota Bandung. Penyebabnya hampir sama dengan banjir di berbagai daerah di Jawa Barat yaitu kawasan hulu yang sudah rusak.

Alih fungsi lahan juga terjadi. Akibatnya, daerah yang tadinya menjadi kawasan serapan air menjadi tidak berfungsi dengan baik. "Kondisi ini juga ditambah dengan alur aliran sungai yang terjadi pendangkalan karena human activity (aktivitas manusia) seperti membuang sampah ke sungai," kata Ego di Kantor Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Kota Bandung, Kamis (10/11/2016).

Lebar sungai juga berkurang karena adanya pembangunan rumah di sekitar sungai. Dampaknya, alur sungai menjadi menyempit. Sehingga ketika volume air begitu besar, sungai tidak mampu lagi menampungnya. Akibatnya, air meluap dan terjadi banjir di berbagai titik.

"Jadi kombinasinya ini segala macam. Kombinasi pendangkalan, penyempitan, plus juga curah hujan yang di atas normal. Hulunya yang harusnya menampung air hujan itu tidak bisa menampung karena yang tadinya hutan beralih fungsi menjadi tanaman atau sawah," jelasnya.

Ego mengatakan, pihaknya sudah menyampaikan kondisi itu pada Pemkot Bandung sejak bertahun-tahun lalu. Tujuannya agar Pemkot Bandung melakukan langkah perbaikan sebagai tindakan preventif menghadapi kemungkinan banjir. (Baca juga: Banjir Kembali Terjang Bandung, Dua Mobil Terseret).

Jika tidak dilakukan perbaikan dalam berbagai sektor, banjir akan tetap menjadi ancaman di Kota Bandung. Tapi ia mengingatkan upaya pencegahan banjir tidak hanya bisa dilakukan oleh Pemkot Bandung. Harus ada sinergi dengan pemerintah daerah sekitar, termasuk Pemprov Jawa Barat dan warga.

"Kita harus bersama-sama mengarusutamakan pengurangan risiko bencana. Kalau bisa, kita bersama-sama masyarakat harus jadi pelopor gerakan massal sadar terhadap bahaya bencana," kata Ego.

Menurutnya, pemerintah harus melakukan berbagai langkah, terutama perbaikan wilayah dan sarana pendukung lainnya. Sebaliknya, masyarakat juga diharapkan sadar untuk tidak membuang sampah ke sungai, mendirikan bangunan di dekat sungai, serta tindakan negatif lainnya.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0959 seconds (0.1#10.140)