Hidup Sebatang Kara, Mbah Asmo Tinggal di Bawah Reruntuhan Atap

Sabtu, 24 September 2016 - 01:03 WIB
Hidup Sebatang Kara,...
Hidup Sebatang Kara, Mbah Asmo Tinggal di Bawah Reruntuhan Atap
A A A
MAGELANG - Mbah Welas Asih atau yang akrab dipanggil Mbah Asmo (86), hidup sebatang kara di rumahnya Kampung Nambangan RT 07/RW XX, Kelurahan Rejowinangun Utara, Kota Magelang.

Dia tinggal di rumah yang sudah bertembok, namun mirisnya atap rumahnya runtuh sejak beberapa waktu lalu. Diduga runtuhny atap rumah tersebut karena dimakan usia.

Sekilas rumah yang dihuni Mbah Asmo dari luar telah terbuat dari tembok, namun saat melihat di atapnya separuh runtuh.

Rumah utama, kayu di bagian atas atau disebut blandar telah patah, praktis genteng ambruk bersama usuk-usuk dari bambu. Praktis jika turun hujan, air masuk rumah yang dihuni Mbah Asmo.

Di rumah tersebut, setiap harinya Mbah Asmo tidur di dipan atau tempat tidur berukuran kecil yang dipenuhi sejumlah barang-barang telah usang.

Di dipan itu yang terlihat hanya guling yang sudah lusuh dan selimut. "Setiap harinya saya tidur di sini. Pas, atapnya runtuh, saya juga di sini," ujar Mbah Asmo, Jumat (23/9/2016).

Selain itu, dalam rumah itu juga terdapat lemari maupun genteng dan barang lainnya berserakan. Bahkan, terkadang aroma tak sedap tercium di rumah tersebut.

Lebih parah lagi, kondisi dapurnya yang sudah tidak berbentuk. Maklum, dia hanya tinggal seorang diri dan tenaga sudah tidak bisa membereskan rumahnya.

"Dulu saya tinggal bersama suami (Asmo Marsin Alm). Tapi, sudah sepuluh tahunan meninggal dunia dan sekarang saya tinggal sendiri," katanya.

Untuk memenuhi kebutuhan setiap harinya, Mbah Asmo mengaku, sering pergi ke Pasar Rejowinangun, Kota Magelang yang jaraknya mencapai sekitar 1 Km.

Sekali pun telah renta, ia setiap harinya baik pulang maupun pergi selalu berjalan kaki. "Kalau makan seadanya. Biasanya pagi makan, terus malam makan kalau ada. Tapi kalau nggak ada, ya nggak makan," tuturnya khas dengan Bahasa Jawa.

Tetangga Mbah Asmo, Fatonah,(57), mengaku sangat prihatin dengan kondisi Mbah Asmo yang tinggal di rumah hampir 90 persen rusak tersebut.

Menurutnya, saat suaminya masih ada, rumah ini yang semula dari gedeg atau dari bambu, kemudian direnovasi dengan tembok bata.

"Semenjak itu, tidak pernah lagi direnovasi. Ambrolnya genteng rumah Mbah Asmo ini baru saja, sekitar 6 September lalu dan sampai sekarang masih dibiarkan begitu saja," ujarnya.

Mbah Asmo, katanya, pernah diajak untuk dipindah menuju ke salah satu panti, namun yang bersangkutan tidak mau.

"Kami terkadang memberi makan. Tapi, biasanya Mbah Asmo pulang ke rumah sudah membawa makan," ujarnya.

Atas ambruknya atap rumah yang kondisinya memprihatinkan tersebut, katanya, telah dimusyawarahkan di tingkat RW.

Bahkan, bantuan dari Dinas Sosial berupa matras, selimut, jarik dan terpal telah diterima.

"Bantuan itu masih di tempat saya karena kondisi rumah seperti ini. Warga sepakat akan bantu merenovasi rumahnya, meskipun untuk dana masih dicari," pungkasnya.
(nag)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0884 seconds (0.1#10.140)