Dikerumuni Lalat, Warga Sekitar TPA Makan Dalam Kelambu
A
A
A
PALOPO - Nasib puluhan warga yang tinggal di sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Tallang Bulawang tepatnya di Dusun Pandoso Kabupaten Luwu sangat memprihatinkan.
Puluhan warga ini terpaksa harus hidup tersiksa akibat keberadaan TPA yang kurang diperhatikan pemerintah. Mereka setiap harinya harus makan bahkan tidur siang dan malam menggunakan kelambu.
Jika tidak, mereka dipastikan akan makan dan tidur dengan dikerumuni lalat besar berwarna hijau akibat bau tidak sedap yang ditimbulkan oleh TPA hingga ke pemukiman warga yang hanya berjarak 30 hingha 50 meter.
Andika salah seorang warga Dusun Pandosso mengatakan kondisi seperti yang mereka alami diatas sudah berlangsung sejak lama semenjak dibangunnya TPA Tallang Bulawang.
"Awalnya tidak ada masalah, mungkin karena sampahnya belum banyak atau sistem pengelolaan sampahnya masih bagus, namun sejak beberapa tahun terakhir, bau sampah dari TPA disana sangat menyengat hingga ke rumah kami, jangankan makan tidurpun kami tersiksa," ujarnya.
Andika dan warga setempat berharap ada perhatian pemerintah. "Saya lihat Ketua DPRD sudah turun memantau tapi sampai saat ini belum ada hasil, belum ada perubahan dari hasil kunjungan mereka, kami berharap ada perhatian pemerintah secepatnya," katanya.
Syamsuriaman warga dusun tetangga di desa yang sama juga prihatin dengan kondisi puluhan warga di Dusun Pandoso.
"Khususnya tujuh rumah yang tinggal sekitar 30 meter dari TPA, kasian mereka, bukan hanya persoalan makan dalam kelambu, banyak diantara mereka terserang diare dan sakit perut akibat kondisi disana sudah tidak sehat," ujarnya.
Syamsuriaman mengaku prihatin bukan hanya karena warga disana adalah keluarga mereka tetapi memang kondisinya sangat memprihatinkan katanya. "Pemerintah kabupaten harus turun tangan, saya menduga sistem pengelolaan disana ada yang salah," katanya.
Kepala Desa Tallang Bulawang, Hadrah SAN, membenarkan kondisi masyarakatnya disana. "Saya juga sudah turun meninjau dan melihat langsung, ada beberapa keluarga disana yang memang kesehariannya makan harus menggunakan kelambu akibat banyaknya lalat berkerumun karena bau tidak sedap dari TPA," ujarnya.
Hadrah juga membenarkan sejumlah warga yang tinggal di Dusun Pandoso akhir-akhir ini sering terserang diaret dan sakit perut.
"Saya menduga penanganan pemerintah akan pengelolaan sampah tidak sesuai dengan apa yang sudah ia sampaikan, dengan keadaan di lapangan," tegas Hadrah.
Menurutnya, pembangunan TPA yang berada di Dusun Pandoso, Desa Tallang Bulawang, Bajo, sistemnya harusnya sanitary landfill.
"Begitu sampahnya datang langsung di proses, sampah kering sampah basah di pilah, namun mesin pencacah yang berada disana tidak di fungsikan hingga saat ini," katanya.
Itulah kata kepala desa yang juga dua pertanyakan saat, kenapa sehingga mesin tersebut tidak difungsikan.
"Jika keadaan TPA Tallang Bulawang terus seperti ini masyarakat ancam akan menutup paksa dan melarang pembongkaran sampah di TPA," pungkasnya.
Puluhan warga ini terpaksa harus hidup tersiksa akibat keberadaan TPA yang kurang diperhatikan pemerintah. Mereka setiap harinya harus makan bahkan tidur siang dan malam menggunakan kelambu.
Jika tidak, mereka dipastikan akan makan dan tidur dengan dikerumuni lalat besar berwarna hijau akibat bau tidak sedap yang ditimbulkan oleh TPA hingga ke pemukiman warga yang hanya berjarak 30 hingha 50 meter.
Andika salah seorang warga Dusun Pandosso mengatakan kondisi seperti yang mereka alami diatas sudah berlangsung sejak lama semenjak dibangunnya TPA Tallang Bulawang.
"Awalnya tidak ada masalah, mungkin karena sampahnya belum banyak atau sistem pengelolaan sampahnya masih bagus, namun sejak beberapa tahun terakhir, bau sampah dari TPA disana sangat menyengat hingga ke rumah kami, jangankan makan tidurpun kami tersiksa," ujarnya.
Andika dan warga setempat berharap ada perhatian pemerintah. "Saya lihat Ketua DPRD sudah turun memantau tapi sampai saat ini belum ada hasil, belum ada perubahan dari hasil kunjungan mereka, kami berharap ada perhatian pemerintah secepatnya," katanya.
Syamsuriaman warga dusun tetangga di desa yang sama juga prihatin dengan kondisi puluhan warga di Dusun Pandoso.
"Khususnya tujuh rumah yang tinggal sekitar 30 meter dari TPA, kasian mereka, bukan hanya persoalan makan dalam kelambu, banyak diantara mereka terserang diare dan sakit perut akibat kondisi disana sudah tidak sehat," ujarnya.
Syamsuriaman mengaku prihatin bukan hanya karena warga disana adalah keluarga mereka tetapi memang kondisinya sangat memprihatinkan katanya. "Pemerintah kabupaten harus turun tangan, saya menduga sistem pengelolaan disana ada yang salah," katanya.
Kepala Desa Tallang Bulawang, Hadrah SAN, membenarkan kondisi masyarakatnya disana. "Saya juga sudah turun meninjau dan melihat langsung, ada beberapa keluarga disana yang memang kesehariannya makan harus menggunakan kelambu akibat banyaknya lalat berkerumun karena bau tidak sedap dari TPA," ujarnya.
Hadrah juga membenarkan sejumlah warga yang tinggal di Dusun Pandoso akhir-akhir ini sering terserang diaret dan sakit perut.
"Saya menduga penanganan pemerintah akan pengelolaan sampah tidak sesuai dengan apa yang sudah ia sampaikan, dengan keadaan di lapangan," tegas Hadrah.
Menurutnya, pembangunan TPA yang berada di Dusun Pandoso, Desa Tallang Bulawang, Bajo, sistemnya harusnya sanitary landfill.
"Begitu sampahnya datang langsung di proses, sampah kering sampah basah di pilah, namun mesin pencacah yang berada disana tidak di fungsikan hingga saat ini," katanya.
Itulah kata kepala desa yang juga dua pertanyakan saat, kenapa sehingga mesin tersebut tidak difungsikan.
"Jika keadaan TPA Tallang Bulawang terus seperti ini masyarakat ancam akan menutup paksa dan melarang pembongkaran sampah di TPA," pungkasnya.
(nag)