Hati-Hati jika Melintas di Jembatan Gantung Leuwinanggung
A
A
A
TASIKMALAYA - Pembangunan infrastruktur di wilayah perbatasan Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, belum sepenuhnya tertata baik. Salah satunya di wilayah Desa Cempakasari, Kecamatan Bojonggambir, yang berbatasan dengan Desa Simpang, Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut. Masyarakat di sana harus siap terperosok bahkan tercebur ke aliran Sungai Cikaengan, ketika melewati jembatan gantung Leuwinanggung sepanjang 125 meter.
Hal ini karena bantalan jembatan yang kini telah rapuh dan bolong-bolong, sehingga tidak jarang sepeda motor maupun pejalan kaki yang terperosok hingga jatuh ke aliran sungai setinggi 15 meter dari jembatan. Beruntung, sejauh ini belum ada korban jiwa.
Menurut salah seorang warga setempat, Usup (45), setiap hari ada saja yang jatuh maupun terperosok di jembatan yang berlokasi di Kampung Cimuncang 2 Desa Cempakasari ini. Apalagi, pendatang yang belum mengetahui bagian mana bantalan jembatan yang rapuh dan rusak.
Warga setempat hanya bisa memberi imbauan agar para penyeberang lebih hati-hati. Ketika ada pejalan kaki atau pengendara bermotor yang terperosok, mereka pun dengan sukarela menolongnya.
"Sering sekali, bahkan kami beberapa kali sempat mengangkat sepeda motor dari dalam sungai karena waktu itu pengendaranya terperosok," ungkap Usep, Sabtu (3/9/2016).
Lokasi jembatan memang stategis dan kerap dipergunakan jalur perlintasan warga dari dua kecamatan di dua wilayah kabupaten berbeda. Warga Desa Cempakasari menyeberang ke Garut untuk berangkat ke pasar, sedangkan warga Desa Simpang, Garut menyeberang ke Bojonggambir guna keperluan pendidikan, sebab sarana pendidikan dari tingkat SD, MTs, hingga SMK berada di Desa Cempakasari, Bojonggambir.
Puluhan anak sekolah pun kerap mempergunakan jembatan ini, karena jika harus memutar jaraknya mencapai 6 km dan konstruksi jembatannya pun nyaris sama.
Kepala Desa Cempakasari Aas Sutisna mengatakan, jembatan ini dibangun sekitar tahun 1987 dan belum pernah mendapatkan perbaikan. Uu Ruzhanul Ulum sempat datang dan menyeberang ke sini tatkala hendak mencalonkan Bupati Tasikmalaya pada periode pertama. Kala itu dirinya menjanjikan pembangunan jembatan yang lebih layak.
"Ketua DPRD Kabupaten Tasikmalaya Pak Ruhimat juga pernah datang dan menyeberang di sini, namun hingga kini sama sekali tidak ada tindak lanjut. Hingga bantalan jembatan pun satu per satu lapuk dan jatuh," ujar Aas.
Warga berharap ada pembangunan jembatan yang lebih baik, setidaknya bisa dipermanenkan. Sehingga, kendaraan roda empat pun bisa melintas. Hal ini guna mendukung akses transportasi masyarakat dari kedua kabupaten.
Hal ini karena bantalan jembatan yang kini telah rapuh dan bolong-bolong, sehingga tidak jarang sepeda motor maupun pejalan kaki yang terperosok hingga jatuh ke aliran sungai setinggi 15 meter dari jembatan. Beruntung, sejauh ini belum ada korban jiwa.
Menurut salah seorang warga setempat, Usup (45), setiap hari ada saja yang jatuh maupun terperosok di jembatan yang berlokasi di Kampung Cimuncang 2 Desa Cempakasari ini. Apalagi, pendatang yang belum mengetahui bagian mana bantalan jembatan yang rapuh dan rusak.
Warga setempat hanya bisa memberi imbauan agar para penyeberang lebih hati-hati. Ketika ada pejalan kaki atau pengendara bermotor yang terperosok, mereka pun dengan sukarela menolongnya.
"Sering sekali, bahkan kami beberapa kali sempat mengangkat sepeda motor dari dalam sungai karena waktu itu pengendaranya terperosok," ungkap Usep, Sabtu (3/9/2016).
Lokasi jembatan memang stategis dan kerap dipergunakan jalur perlintasan warga dari dua kecamatan di dua wilayah kabupaten berbeda. Warga Desa Cempakasari menyeberang ke Garut untuk berangkat ke pasar, sedangkan warga Desa Simpang, Garut menyeberang ke Bojonggambir guna keperluan pendidikan, sebab sarana pendidikan dari tingkat SD, MTs, hingga SMK berada di Desa Cempakasari, Bojonggambir.
Puluhan anak sekolah pun kerap mempergunakan jembatan ini, karena jika harus memutar jaraknya mencapai 6 km dan konstruksi jembatannya pun nyaris sama.
Kepala Desa Cempakasari Aas Sutisna mengatakan, jembatan ini dibangun sekitar tahun 1987 dan belum pernah mendapatkan perbaikan. Uu Ruzhanul Ulum sempat datang dan menyeberang ke sini tatkala hendak mencalonkan Bupati Tasikmalaya pada periode pertama. Kala itu dirinya menjanjikan pembangunan jembatan yang lebih layak.
"Ketua DPRD Kabupaten Tasikmalaya Pak Ruhimat juga pernah datang dan menyeberang di sini, namun hingga kini sama sekali tidak ada tindak lanjut. Hingga bantalan jembatan pun satu per satu lapuk dan jatuh," ujar Aas.
Warga berharap ada pembangunan jembatan yang lebih baik, setidaknya bisa dipermanenkan. Sehingga, kendaraan roda empat pun bisa melintas. Hal ini guna mendukung akses transportasi masyarakat dari kedua kabupaten.
(zik)