Ekspedisi Singkat Pasukan Majapahit ke Pulau Bangka
A
A
A
Kehadiran Majapahit di Bangka memberi arti penting dalam sejarah daerah tersebut. Sistem Kepatihan (pemerintahan) yang teratur mulai diterapkan dan tapal batas kekuasaan ditetapkan.
Majapahit mengirim ekspedisi ke Bangka dua kali, yang pertama dipimpin oleh Gajah Mada dan yang kedua dipimpin Tumenggung Dinata.
Namun tidak ada yang dapat memastikan tarikh kedua-duanya dan nama raja Majapahit yang memerintah pengiriman. Akan tetapi, kahadiran Majapahit ke Bangka dapat diketahui melalui Tulisan Haji Idris 1861.
Orang pertama yang mengenal Bangka adalah seorang pedagang Arab bernama nahkoda Sulaiman yang Kapalnya singgah di pantai kaki Gunung Menumbing. Sulaiman melafaskannya menumbing yang dalam bahasa Arab berarti "tempat berulang datang.
Setelah kembali ke Pulau Jawa (dari pulau Bangka) Sulaiman menghadap penguasa Majapahit, mengabarkan perihal pulau Bangka dan masyarakatnya.
Tertarik dengan laporan sulaiman, raja Majapahit mengirim ekspedisi ke pulau Bangka dipimpin oleh patih Gajah Mada. Sulaiman ikut mendampingi kembali ke Bangka.
Rombongan ini mendarat didaerah kaki gunung Menumbing. Untuk mengetahui situasi dan kondisi Gajah Mada menuju puncak Gunung Menumbing.
Dari ketinggian Gajah Mada melihat adanya lapangan terbuka dari kejauhan, menandakan daerah pemukiman.
Dilapangan terbuka terlihat sebuah tunggul sisa pohon besar yang ditebang, yang disebut punggur oleh masyarakat setempat.
Tempat pemukiman tersebut kemudian dinamakan desa punggur dan seseorang kemudian diangkat untuk memimpin masyarakat di sana.
Di samping mengangkat kepala desa, Gajah Mada juga menetapkan batas, menetapkan tata-cara pemerintahan, meninggalkan piagam daun lontar dan sepotong tembaga berbahasa Arab dan bertulis huruf Jawa sebagai simbol pengukuhan. Setelah perjalanan singkat itu rombongan Gajah Mada kembali ke Jawa.
Bertahun-tahun sudah ditinggal rombongan Majapahit, masyarakat Bangka berkembang lebih maju dengan mengikuti tatanan kemasyarakatan yang sudah diajarkan.
Tempat, gunung dan sungai sudah bernama, diambil dari nama manusia, binatang, ikan, pohon, serta warna. Pulau Bangka ditinggalkan terbengkalai oleh Majapahit.
Tidak pernah ada utusan Majapahit yang datang dalam masa yang panjang. Akhirnya Majapahit mengutuskan pangeran Tumenggung Dinata untuk meninjau kembali.
Rombongan pengeran datang melalui sungai Bantilan dan meneruskan jalan darat sampai kampung Mendo (Menduk) dan kampung Jeruk.
Di Mendo, dipilih seorang menjadi kepala kampung, dan diberi gelar Patih Tali. Dikampung Jeruk diangkat kepala kampung dengan gelar Patih Panjang Jiwa.
Tumenggung Dinata pun berlayar kembali ke Jawa dan menyerahkan wewenang kepada kedua patih itu. Selanjutnya Bangka sepenuhnya diatur oleh orang Bangka sendiri.
Kepatihan Jeruk dipegang oleh Patih Raksa Kuning dibantu Hulubalang Selangor. Kepatihan Mendo dipegang Patih Ngincar, dan Depak dibawah patih Kembar, dibantu Layang Sedap, Mengandu, Mangirat, dan Sekapucik.
Sumber:
wikipedia
diolah dari berbagai sumber
Majapahit mengirim ekspedisi ke Bangka dua kali, yang pertama dipimpin oleh Gajah Mada dan yang kedua dipimpin Tumenggung Dinata.
Namun tidak ada yang dapat memastikan tarikh kedua-duanya dan nama raja Majapahit yang memerintah pengiriman. Akan tetapi, kahadiran Majapahit ke Bangka dapat diketahui melalui Tulisan Haji Idris 1861.
Orang pertama yang mengenal Bangka adalah seorang pedagang Arab bernama nahkoda Sulaiman yang Kapalnya singgah di pantai kaki Gunung Menumbing. Sulaiman melafaskannya menumbing yang dalam bahasa Arab berarti "tempat berulang datang.
Setelah kembali ke Pulau Jawa (dari pulau Bangka) Sulaiman menghadap penguasa Majapahit, mengabarkan perihal pulau Bangka dan masyarakatnya.
Tertarik dengan laporan sulaiman, raja Majapahit mengirim ekspedisi ke pulau Bangka dipimpin oleh patih Gajah Mada. Sulaiman ikut mendampingi kembali ke Bangka.
Rombongan ini mendarat didaerah kaki gunung Menumbing. Untuk mengetahui situasi dan kondisi Gajah Mada menuju puncak Gunung Menumbing.
Dari ketinggian Gajah Mada melihat adanya lapangan terbuka dari kejauhan, menandakan daerah pemukiman.
Dilapangan terbuka terlihat sebuah tunggul sisa pohon besar yang ditebang, yang disebut punggur oleh masyarakat setempat.
Tempat pemukiman tersebut kemudian dinamakan desa punggur dan seseorang kemudian diangkat untuk memimpin masyarakat di sana.
Di samping mengangkat kepala desa, Gajah Mada juga menetapkan batas, menetapkan tata-cara pemerintahan, meninggalkan piagam daun lontar dan sepotong tembaga berbahasa Arab dan bertulis huruf Jawa sebagai simbol pengukuhan. Setelah perjalanan singkat itu rombongan Gajah Mada kembali ke Jawa.
Bertahun-tahun sudah ditinggal rombongan Majapahit, masyarakat Bangka berkembang lebih maju dengan mengikuti tatanan kemasyarakatan yang sudah diajarkan.
Tempat, gunung dan sungai sudah bernama, diambil dari nama manusia, binatang, ikan, pohon, serta warna. Pulau Bangka ditinggalkan terbengkalai oleh Majapahit.
Tidak pernah ada utusan Majapahit yang datang dalam masa yang panjang. Akhirnya Majapahit mengutuskan pangeran Tumenggung Dinata untuk meninjau kembali.
Rombongan pengeran datang melalui sungai Bantilan dan meneruskan jalan darat sampai kampung Mendo (Menduk) dan kampung Jeruk.
Di Mendo, dipilih seorang menjadi kepala kampung, dan diberi gelar Patih Tali. Dikampung Jeruk diangkat kepala kampung dengan gelar Patih Panjang Jiwa.
Tumenggung Dinata pun berlayar kembali ke Jawa dan menyerahkan wewenang kepada kedua patih itu. Selanjutnya Bangka sepenuhnya diatur oleh orang Bangka sendiri.
Kepatihan Jeruk dipegang oleh Patih Raksa Kuning dibantu Hulubalang Selangor. Kepatihan Mendo dipegang Patih Ngincar, dan Depak dibawah patih Kembar, dibantu Layang Sedap, Mengandu, Mangirat, dan Sekapucik.
Sumber:
wikipedia
diolah dari berbagai sumber
(nag)