150 Pelaku Usaha Kecil Berkolaborasi Lahirkan Saung Bandung
A
A
A
BANDUNG - Sekitar 150 pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Jawa Barat berkolaborasi dengan melahirkan sentra wisata baru yang diberi nama Saung Bandung.
Bertepatan dengan HUT ke-71 Republik Indonesia, Saung Bandung resmi dibuka hari ini berlokasi di Piset Square Mall, Jalan Perlajar Pejuang 45, Kota Bandung, Jawa Barat.
Di Saung Bandung, ide-ide kreatif "urang Jawa Barat" bertemu dengan para insan pariwisata seperti biro perjalanan wisata, tour leader, pemandu wisata, dan wisatawan itu sendiri.
Saung Bandung menawarkan konsep one stop shopping yang berbeda dengan yang sudah ada, seperti Krisna Bali atau Mirota Yogyakarta.
Selain mengangkat fesyen, kerajinan tangan, workshop kriya, dan kuliner unik Jawa Barat, Saung Bandung juga mengangkat budaya Sunda dengan berbagai pertunjukan seni dan budaya sepanjang tahun.
Renny,35, salah satu pelaku kuliner yang berpartisipasi di Saung Bandung. Unik karena ibu rumah tangga ini berhasil mengemas jengkol dengan sangat berbeda, yakni dibuat keripik. Produknya sendiri diberi merek Zenki.
Menurut dia, tidak banyak orang suka dengan jengkol karena aromanya. Tapi ketika jengkol dibikin keripik, respons orang terhadap jengkol berbalik positif. Banyak orang yang tadinya tak suka jengkol, tapi setelah mencoba keripik jengkol, malah jadi suka jengkol.
Dari penjualan secara online dan mulut ke mulut selama setahun terakhir, keripik jengkol sudah dipasok ke berbagai daerah di Indonesia, bahkan ada yang memesan dari luar negeri.
"Keripik jengkol sudah dipasarkan ke Ambon, Jawa Tengah, Cilacap, sampai ada yang ke Spanyol," katanya kepada sindojabar.com ditemui saat pembukaan Saung Bandung.
Masih banyak kuliner unik lain yang tak bisa dijumpai di tempat lain, seperti kerupuk seblak, bawang goreng pedas, dan lainnya.
Salah satu penggagas Saung Bandung Hadi Permana menjelaskan, Saung Bandung merupakan wadah bagi UMKM untuk menggerakkan roda ekonomi nasional di tengah perlambatan ekonomi global seperti sekarang ini.
Dengan balutan nuansa etnik Sunda, Saung Bandung memberikan warna berbeda bagi kehidupan pariwisata di Kota Bandung. “Kami di sini mengolaborasikan antara pasar pariwisata dengan teman-teman UMKM. Kami memberi wadah dan mempertemukan antara produk yang dibutuhkan wisatawan dengan pasar pariwisatannya,” ujar Hadi.
Menurut dia, meski sektor UMKM masih terbilang kecil dalam makro ekonomi nasional yakni hanya 5%, tapi terbukti UMKM menjadi andalan masyarakat untuk bertahan hidup.
“Pemerintah harus bisa memberikan bantuan seperti pelatihan, pengurusan legalitas aspek dan program-program konkret yang lebih tepat sasaran yang langsung dapat dirasakan oleh mereka,” kata Hadi.
Bertepatan dengan HUT ke-71 Republik Indonesia, Saung Bandung resmi dibuka hari ini berlokasi di Piset Square Mall, Jalan Perlajar Pejuang 45, Kota Bandung, Jawa Barat.
Di Saung Bandung, ide-ide kreatif "urang Jawa Barat" bertemu dengan para insan pariwisata seperti biro perjalanan wisata, tour leader, pemandu wisata, dan wisatawan itu sendiri.
Saung Bandung menawarkan konsep one stop shopping yang berbeda dengan yang sudah ada, seperti Krisna Bali atau Mirota Yogyakarta.
Selain mengangkat fesyen, kerajinan tangan, workshop kriya, dan kuliner unik Jawa Barat, Saung Bandung juga mengangkat budaya Sunda dengan berbagai pertunjukan seni dan budaya sepanjang tahun.
Renny,35, salah satu pelaku kuliner yang berpartisipasi di Saung Bandung. Unik karena ibu rumah tangga ini berhasil mengemas jengkol dengan sangat berbeda, yakni dibuat keripik. Produknya sendiri diberi merek Zenki.
Menurut dia, tidak banyak orang suka dengan jengkol karena aromanya. Tapi ketika jengkol dibikin keripik, respons orang terhadap jengkol berbalik positif. Banyak orang yang tadinya tak suka jengkol, tapi setelah mencoba keripik jengkol, malah jadi suka jengkol.
Dari penjualan secara online dan mulut ke mulut selama setahun terakhir, keripik jengkol sudah dipasok ke berbagai daerah di Indonesia, bahkan ada yang memesan dari luar negeri.
"Keripik jengkol sudah dipasarkan ke Ambon, Jawa Tengah, Cilacap, sampai ada yang ke Spanyol," katanya kepada sindojabar.com ditemui saat pembukaan Saung Bandung.
Masih banyak kuliner unik lain yang tak bisa dijumpai di tempat lain, seperti kerupuk seblak, bawang goreng pedas, dan lainnya.
Salah satu penggagas Saung Bandung Hadi Permana menjelaskan, Saung Bandung merupakan wadah bagi UMKM untuk menggerakkan roda ekonomi nasional di tengah perlambatan ekonomi global seperti sekarang ini.
Dengan balutan nuansa etnik Sunda, Saung Bandung memberikan warna berbeda bagi kehidupan pariwisata di Kota Bandung. “Kami di sini mengolaborasikan antara pasar pariwisata dengan teman-teman UMKM. Kami memberi wadah dan mempertemukan antara produk yang dibutuhkan wisatawan dengan pasar pariwisatannya,” ujar Hadi.
Menurut dia, meski sektor UMKM masih terbilang kecil dalam makro ekonomi nasional yakni hanya 5%, tapi terbukti UMKM menjadi andalan masyarakat untuk bertahan hidup.
“Pemerintah harus bisa memberikan bantuan seperti pelatihan, pengurusan legalitas aspek dan program-program konkret yang lebih tepat sasaran yang langsung dapat dirasakan oleh mereka,” kata Hadi.
(dam)