Kolak Srikaya, Warisan Leluhur dari Kampung Kauman

Rabu, 08 Juni 2016 - 21:22 WIB
Kolak Srikaya, Warisan Leluhur dari Kampung Kauman
Kolak Srikaya, Warisan Leluhur dari Kampung Kauman
A A A
SIDOARJO - Jenis makanan kolak mungkin sudah tidak asing lagi bagi umat Muslim, karena biasa digunakan sebagai takjil atau makanan pembuka saat berbuka puasa.

Di salah satu kampung tertua di Sidoarjo, Jawa Timur, ada makanan khas kolak yang hanya dijual saat Ramadhan. Makanan ini adalah kolak srikaya Ramadhan, dan telah dikenal oleh warga sekitar sejak 50 tahun lalu.

Meski bernama kolak Srikaya, namun tak ada sama sekali bahan dari buah srikaya dalam kolak tersebut. Hanya rasanya yang berbeda dibanding kolak pada umumnya. Selain itu, karena harganya yang murah.

Jika dilihat dari bentuk dan sajiannya, kolak srikaya Ramadhan khas Kauman Sidoarjo ini tidak berbeda dengan jenis makanan kolak pada umumnya. Namun jika dirasakan dari rasanya, kolak srikaya Ramadhan ini terasa lebih manis, gurih, dan harum.

Kolak ini menggunakan bahan-bahan seperti santan, kolang-kaling, roti, pisang, dan pandan. Secara lalu, mungkin tidak ada yang berbeda dengan bahan makanan kolak biasa. Namun cara memasaknya yang berbeda.

Seluruh bahan kolak dicampur dalam satu mangkuk dan kemudian dikukus bersama mangkuknya di dalam oven atau dandang, hingga matang. Setelah itu, kolak srikaya siap dinikmati.

Salah satu keluarga warga Desa Kauman-Sidoarjo yang tetap menjual makanan khas kolak srikaya Ramadhan ini di antaranya keluarga Rafi Rahman. Sudah tiga generasi keluarga ini membuat kolak srikaya secara turun temurun.

Bahan dan resep yang digunakan diwariskan kakek-neneknya. Meski hanya dibuat saat Ramadhan tiba, keluarga sederhana ini berkomitmen selalu membuat dan menjual kolak srikaya Ramadhan untuk melestarikan warisan leluhur mereka.

Menurut Rafi, dahulu banyak yang membuat kolak srikaya di kampungnya. Namun kini tinggal beberapa keluarga saja. Dalam sehari, Rafi bisa membuat sekitar 450 bungkus kolak srikaya untuk berbuka puasa dengan harga Rp3.500 perbungkusnya.

Kini, di tengah maraknya makanan dan minuman instan, keluarga Rafi bertekad untuk terus mewarisi menu kolak srikaya saat Ramadhan tiba. Menurut rafi, dirinya tak akan mengubah nama kolak srikaya, meski tak ada bahan buah srikaya di dalamnya.
(san)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0341 seconds (0.1#10.140)