Ibu dan Bayi Tewas saat Persalinan, Massa Kepung RSUD Sorong
A
A
A
SORONG - Puluhan massa mengepung RSUD Kota Sorong, karena rumah sakit terlambat menangani pasien ibu dan anak yang dikandungnya hingga akhirnya keduanya tewas. Sebelumnya Ruth Mosso seorang ibu dan bayi di dalam kandungannya meninggal dunia di RSUD Sorong, Papua Barat, karena diduga terlambat dalam penanganan, Senin (28/3/2016) sore tadi.
Akibatnya puluhan keluarga pasien yang tidak terima dengan kondisi tersebut, mendatangi rumah sakit untuk meminta pertanggung jawaban pihak dokter yang menangani anak mereka.
Mereka juga menuntut pihak rumah sakit yang dianggap tak memikirkan sisi kemanusian dan terlambat dalam memberikan pertolongan medis.
Ayah pasien yang meninggal dunia, Robby Mosso mengatakan, pihaknya sangat kecewa dengan penanganan yang dilakukan oleh pihak dokter di RSUD Kota Sorong yang menyebabkan anak mereka serta janin di dalam kandungannya meninggal dunia.
“Saya sebagai ayah dari korban sangat kecewa dengan kejadian ini, penanganan dokter di rumah sakit sangat tidak memikrikan sisi kemanusian, anak serta cucu saya akhirnya meninggal karena tidak mendapat pertolongan dan perawatan yang terbaik,” ungkap Robby.
Menurut Robby, pihaknya sudah bermohon kepada pihak rumah sakit agar anak mereka yang telah menanti proses persalinan segera dapat ditolong. Namun dokter seolah-olah membiarkan anaknya begitu saja hingga meninggal dunia.
“Kami sudah mohon mohon kepada dokter, soal biaya tidak masalah, tapi ini dokter acuh tak acuh dan anggap remeh nyawa anak saya, yang akhirnya anak dan cucu saya didalam kandungan meninggal dunia,” ujar Robby kesal.
Atas kejadian ini, Robby meminta pihak Pemerintah Sorong segera memecat sleuruh pelayan medis di rumah sakit RSUD Sorong dan meminta pihak Kepolisian untuk mengusut kasus ini.
“Mereka memberikan pelayanan kurang baik, ini nyawa manusia bukan binatang, kenapa harus diperlakukan seperti ini. Apa karena anak saya memakai Kartu Indonesia Sehat sehingga tidak segera dilayani, " timpal Robby.
Pihak kelurga menurut Robby, rencananya akan melakukan demo damai ke RSUD Sorong, Selasa (29/3/2016) besok pagi untuk menuntut pertanggungjawaban pihak rumah sakit RSUD Sorong atas kejadian ini.
Sementara itu isak tangis pecah di rumah duka korban penelantaran pihak rumah sakit RSUD Sorong.
Keluarga histeris dan kecewa karena anak mereka Ruth Mosso (18) serta cucu mereka yang berada di dalam kandungan meninggal dunia.
Sementara itu pihak RSUD Sorong, membantah adanya tudingan pihak keluarga, Kepala ruangan Persalinan, Suster Wihelmina mengatakan, pasien sebelum diambil tindakan persalinan, mempunyai riwayat penyakit darah tinggi dan dirawat terlebih dahulu.
Namun setelah pihak medis akan melakukan tindakan persalinan, namun Tuhan berkehendak lain, pasien dan anaknya meninggal dunia.
“Pasien awalnya masuk mempunyai riwayat penyakit darah tinggi, kita obati dulu sakit itu, dan setelah itu, saat kami mau melakukan proses persalinan, pasien meninggal dunia, yang diawali oleh meninggalnya sang bayi di dalam kandungan,” jelas Suster Wihelmina.
Terkait dengan hal tersebut, Direktrur RSUD Sorong, Jerry Nikkijuluw, mengatakan, proses penanganan terhadap pasien ibu hamil mulai dari proses pendaftaran dengan menggunakan Kartu Indonesia Sehat, hingga proses persalinan telah berjalan sesuai prosedur.
“Jadi dugaan kami ada riwayat penyakit lain yang dialami pasien, dan meninggal dunia berama anaknya, untuk proses pelayanan, saya tegaskan kami sudah bekerja sesuai prosedur dan tidak ada pungutan biaya apa-apa,” jelas Jerry.
Menurut Jerry, atas kejadian ini, pihak rumah sakit tetap bertanggungjawab dengan membiayai pelayanan proses pemakaman jenazah dan lainnya.
Akibatnya puluhan keluarga pasien yang tidak terima dengan kondisi tersebut, mendatangi rumah sakit untuk meminta pertanggung jawaban pihak dokter yang menangani anak mereka.
Mereka juga menuntut pihak rumah sakit yang dianggap tak memikirkan sisi kemanusian dan terlambat dalam memberikan pertolongan medis.
Ayah pasien yang meninggal dunia, Robby Mosso mengatakan, pihaknya sangat kecewa dengan penanganan yang dilakukan oleh pihak dokter di RSUD Kota Sorong yang menyebabkan anak mereka serta janin di dalam kandungannya meninggal dunia.
“Saya sebagai ayah dari korban sangat kecewa dengan kejadian ini, penanganan dokter di rumah sakit sangat tidak memikrikan sisi kemanusian, anak serta cucu saya akhirnya meninggal karena tidak mendapat pertolongan dan perawatan yang terbaik,” ungkap Robby.
Menurut Robby, pihaknya sudah bermohon kepada pihak rumah sakit agar anak mereka yang telah menanti proses persalinan segera dapat ditolong. Namun dokter seolah-olah membiarkan anaknya begitu saja hingga meninggal dunia.
“Kami sudah mohon mohon kepada dokter, soal biaya tidak masalah, tapi ini dokter acuh tak acuh dan anggap remeh nyawa anak saya, yang akhirnya anak dan cucu saya didalam kandungan meninggal dunia,” ujar Robby kesal.
Atas kejadian ini, Robby meminta pihak Pemerintah Sorong segera memecat sleuruh pelayan medis di rumah sakit RSUD Sorong dan meminta pihak Kepolisian untuk mengusut kasus ini.
“Mereka memberikan pelayanan kurang baik, ini nyawa manusia bukan binatang, kenapa harus diperlakukan seperti ini. Apa karena anak saya memakai Kartu Indonesia Sehat sehingga tidak segera dilayani, " timpal Robby.
Pihak kelurga menurut Robby, rencananya akan melakukan demo damai ke RSUD Sorong, Selasa (29/3/2016) besok pagi untuk menuntut pertanggungjawaban pihak rumah sakit RSUD Sorong atas kejadian ini.
Sementara itu isak tangis pecah di rumah duka korban penelantaran pihak rumah sakit RSUD Sorong.
Keluarga histeris dan kecewa karena anak mereka Ruth Mosso (18) serta cucu mereka yang berada di dalam kandungan meninggal dunia.
Sementara itu pihak RSUD Sorong, membantah adanya tudingan pihak keluarga, Kepala ruangan Persalinan, Suster Wihelmina mengatakan, pasien sebelum diambil tindakan persalinan, mempunyai riwayat penyakit darah tinggi dan dirawat terlebih dahulu.
Namun setelah pihak medis akan melakukan tindakan persalinan, namun Tuhan berkehendak lain, pasien dan anaknya meninggal dunia.
“Pasien awalnya masuk mempunyai riwayat penyakit darah tinggi, kita obati dulu sakit itu, dan setelah itu, saat kami mau melakukan proses persalinan, pasien meninggal dunia, yang diawali oleh meninggalnya sang bayi di dalam kandungan,” jelas Suster Wihelmina.
Terkait dengan hal tersebut, Direktrur RSUD Sorong, Jerry Nikkijuluw, mengatakan, proses penanganan terhadap pasien ibu hamil mulai dari proses pendaftaran dengan menggunakan Kartu Indonesia Sehat, hingga proses persalinan telah berjalan sesuai prosedur.
“Jadi dugaan kami ada riwayat penyakit lain yang dialami pasien, dan meninggal dunia berama anaknya, untuk proses pelayanan, saya tegaskan kami sudah bekerja sesuai prosedur dan tidak ada pungutan biaya apa-apa,” jelas Jerry.
Menurut Jerry, atas kejadian ini, pihak rumah sakit tetap bertanggungjawab dengan membiayai pelayanan proses pemakaman jenazah dan lainnya.
(sms)