Warga Jembarana Tolak Pembangunan Jembatan Jawa-Bali
A
A
A
JEMBRANA - Pascatenggelamnya Kapal Rafelia II di Selat Bali, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas ingin membangun jembatan yang menghubungkan Jawa-Bali. Jembatan penghubung dari Ketapang Banyuwangi menuju Gilimanuk Bali, dinilai sangat layak melihat kondisi kecelakaan yang kapal yang kerap terjadi di Selat Bali.
Sayangnya ide itu mendapat penolakan dari sejumlah warga Bali. Warga Jembrana, banyak yang mengutarakan penolakannya lewat media sosial facebook.
Seperti pada akun milik Ida Bagus Susrama Megati, dia menilai usulan Bupati Banyuwangi itu merupakan usulan yang akan merusak tatanan Bali yang kental dengan adat istiadat dan kesakralannya.
"Saya harapkan semua warga Bali bersatu untuk menentang pembangunan jembatan di Selat Bali karena akan merusak tatanan Bali,” ungkap dalam dinding FBnya.
Ada juga pengguna media sosial yang membagikan berita tentang rencana tersebut kemudian ditulis tolak.
Bahkan, Ketua PHDI Kabupaten Jembrana, I Komang Arsana juga menolak.
Menurutnya dilihat dari sejarah Pulau Bali yang mana dalam mitologi Dang Hyang Sidimantra sengaja memutus Pulau Bali dengan Pulau Jawa.
Dari mitologi Hindu yang telah masuk dalam history Bali itu menurutnya secara sekala-dan niskala Bali dengan Jawa sejak awal memang sudah dibuat sedemikian rupa.
Sehingga harus dibatasi laut yang merupakan salah satu fiter sehingga hal-hal negatif dan pengaruh buruk dari luar Bali dan segala sesuatu dari luar Bali menjadi lebih mudah diawasi.
"Jika benar seperti yang diusulkan Bupati Banyuwangi itu, pembangunan Jembatan Jawa-Bali akan sangat berpengaruh pada tatanan sosial budaya masyarakat. Akan ada pergeseran-pergeseran nilai di Bali,” katanya, Rabu (16/3/2016), Jembrana.
Pihaknya mengaku akan tetap memperjuangkan Jembrana sebagai pintu gerbang Bali di bagian barat harus melalui laut. Dengan tegas menolak pembangunan jembatan Jawa-Bali itu.
"Dengan tegas kami menolak adanya itu. Tatanan yang seperti ini sekarang sudah cukup bagus," pungkasnya.
Sayangnya ide itu mendapat penolakan dari sejumlah warga Bali. Warga Jembrana, banyak yang mengutarakan penolakannya lewat media sosial facebook.
Seperti pada akun milik Ida Bagus Susrama Megati, dia menilai usulan Bupati Banyuwangi itu merupakan usulan yang akan merusak tatanan Bali yang kental dengan adat istiadat dan kesakralannya.
"Saya harapkan semua warga Bali bersatu untuk menentang pembangunan jembatan di Selat Bali karena akan merusak tatanan Bali,” ungkap dalam dinding FBnya.
Ada juga pengguna media sosial yang membagikan berita tentang rencana tersebut kemudian ditulis tolak.
Bahkan, Ketua PHDI Kabupaten Jembrana, I Komang Arsana juga menolak.
Menurutnya dilihat dari sejarah Pulau Bali yang mana dalam mitologi Dang Hyang Sidimantra sengaja memutus Pulau Bali dengan Pulau Jawa.
Dari mitologi Hindu yang telah masuk dalam history Bali itu menurutnya secara sekala-dan niskala Bali dengan Jawa sejak awal memang sudah dibuat sedemikian rupa.
Sehingga harus dibatasi laut yang merupakan salah satu fiter sehingga hal-hal negatif dan pengaruh buruk dari luar Bali dan segala sesuatu dari luar Bali menjadi lebih mudah diawasi.
"Jika benar seperti yang diusulkan Bupati Banyuwangi itu, pembangunan Jembatan Jawa-Bali akan sangat berpengaruh pada tatanan sosial budaya masyarakat. Akan ada pergeseran-pergeseran nilai di Bali,” katanya, Rabu (16/3/2016), Jembrana.
Pihaknya mengaku akan tetap memperjuangkan Jembrana sebagai pintu gerbang Bali di bagian barat harus melalui laut. Dengan tegas menolak pembangunan jembatan Jawa-Bali itu.
"Dengan tegas kami menolak adanya itu. Tatanan yang seperti ini sekarang sudah cukup bagus," pungkasnya.
(sms)