Mahasiswa di Malang Ciptakan Pasta Gigi Berbahan Cangkang Telur
A
A
A
MALANG - Cangkang telur ayam, selalu terbuang sia-sia. Sering kali, menumpuk menjadi sampah, menjejali tempat sampah. Padahal, cangkang telur ayam tersebut memiliki kandungan kalsium karbonat yang cukup tinggi, dan bermanfaat bagi kesehatan gigi.
Kesedihan akibat terbuangnya cangkang telur, menjadi sampah yang sia-sia. Juga dirasakan oleh Rhezaldian Eka Dharmawan (20).
“Dahulu, di rumah saya, hampir setiap hari melihat cangkang telur terbuang begitu saja. Sayang sekali melihatnya,” ungkapnya, Senin (22/2/2016).
Mahasiswa yang duduk di semester enam, Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik (FT), Universitas Brawijaya (UB) Malang, tersebut. Mengaku, sebelum membuka usaha catering, ayahnya adalah pedagang dan distributor telur ayam.
Setiap harinya, pasti ada telur ayam yang pecah, karena jatuh atau salah pengemasan. Telur-telur ayam tersebut, dibuang begitu saja di tempat sampah, bersama cangkangnya.
Setelah ayahnya membuka usaha catering, juga masih saja ada cangkang telur ayam yang dibuang begitu saja, setelah isi telurnya dimasak.
Saat melintasi warung-warung makan, di dekat tempat indekostnya, juga banyak dilihatnya penjual nasi goreng, martabak telur, hingga penjual gorengan, yang begitu saja membuang cangkang telur ke tempat sampah.
Otak cerdas, anak sulung dari tiga bersaudara ini, mulai memutar ide dan gagasan, untuk memanfaatkan cangkang telur tersebut.
Bermodalkan keberanian untuk mencoba, dan ilmu pengetahuan yang didapatkan di bangku sekolah, akhirnya dia memulai melakukan uji coba memanfaatkan cangkang telur, sebagai bahan utama pembuatan pasta gigi.
Hanya dalam jangka satu bulan, akhirnya cangkang telur ayam yang dahulunya hanya dibuang begitu saja, ternyata bisa menjadi pasta gigi organik yang menyehatkan, dan ramah lingkungan.
“Kandungan kalsium karbonatnya, mencapai 27 ribu ppm, lebih besar bila dibandingkan dengan yang ada di pasta gigi yang di jual di pasaran selama ini. Di mana kandungan kalsium karbonatnya, hanya 22 ribu ppm,” ungkapnya.
Selain kandungan kalsium karbonat yang lebih tinggi. Menurutnya, pasta gigi yang diberinya nama Exeldent tersebut, juga lebih sehat dan ramah lingkungan karena tanpa detergen kimia.
Detergen kimia dalam pasta gigi, rawan membuat radang pada mulut dan gusi. Sementara, saat terbuang bebas, detergen kimia ini juga merusak lingkungan.
Pasta gigi organik, karya mahasiswa ini, juga sangat murah. Bahkan, bisa dibuat sendiri oleh para ibu rumah tangga.
Satu kilogram cangkang telur ayam, bisa diproduksi menjadi 360 gram pasta gigi organik, atau menjadi tiga wadah dalam kemasan 120 gram.
Dia mengaku, selain formula khusus yang menjadi andalannya. Pasta gigi organik karyanya ini, hanyalah memakai bahan dasar cangkang telur ayam, magnesium karbonat, dan pewarna makanan.
“Saat ini, Exeldent ini belum memiliki paten. Saya masih berusaha mengurusnya, agar dikemudian hari bisa diproduksi secara masal,” ungkapnya.
Sejak duduk di bangku SMA. Mahasiswa ramah ini, memang senang melakukan uji coba dengan memanfaatkan limbah yang tidak terpakai.
Menurutnya, uji coba itu selalu dilakukannya, karena ingin memberikan nilai tambah pada barang-barang yang sudah tidak terpakai lagi.
Saat duduk di bangku kelas satu SMA Brawijaya Smart School Malang, Rhezaldian mengaku sudah beberapa kali melakukan uji coba pemanfaatan sampah organik.
Di antaranya, membuat teh berbahan kulit jeruk keprok siam, dan es krim kulit buah manggis. Kulit-kulit buah tersebut, diekstrak, dan diprosesnya menjadi bahan makanan yang menyehatkan.
Bahkan, memiliki anti oksidan tinggi, sehingga bisa untuk obat alternatif penyakit kardio vaskuler.
Selama duduk dibangku kuliah, hingga semester enam ini. Dia sudah menciptakan enak produk dari bahan sampah organik.
Di antaranya, obat diare untuk kelinci, yang diberi nama Rabaltic; Pengawet apel dari susu bekas, yang diberi nama Edible coating; Pengawet buah dari ampas tebu, yang diberi nama Instan bagase edible coating (Ibec); Bahan bakar dari buah mangrove, yaitu biobutanol.
Selain itu penjernih air dari kulit pisang, yang diberi nama Banana charcoal; dan terakhir Pasta gigi cangkang telur ayam, yang diberi nama Exeldent.
Sejumlah investor mengaku sudah berminat untuk mencoba produknya tersebut, untuk diproduksi secara masal.
Tetapi Rhezaldian mengaku, masih belum bisa menerimanya, karena masih focus pada pengurusan hak paten, dan pengembangan produk.
“Cita-cita saya setelah lulus, bisa memproduksinya sendiri secara masal, dengan membuat perusahaan sendiri, meski itu hanya perusahaan kecil,” ujar pemuda asli Singosari, Kabupaten Malang, tersebut.
Kesedihan akibat terbuangnya cangkang telur, menjadi sampah yang sia-sia. Juga dirasakan oleh Rhezaldian Eka Dharmawan (20).
“Dahulu, di rumah saya, hampir setiap hari melihat cangkang telur terbuang begitu saja. Sayang sekali melihatnya,” ungkapnya, Senin (22/2/2016).
Mahasiswa yang duduk di semester enam, Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik (FT), Universitas Brawijaya (UB) Malang, tersebut. Mengaku, sebelum membuka usaha catering, ayahnya adalah pedagang dan distributor telur ayam.
Setiap harinya, pasti ada telur ayam yang pecah, karena jatuh atau salah pengemasan. Telur-telur ayam tersebut, dibuang begitu saja di tempat sampah, bersama cangkangnya.
Setelah ayahnya membuka usaha catering, juga masih saja ada cangkang telur ayam yang dibuang begitu saja, setelah isi telurnya dimasak.
Saat melintasi warung-warung makan, di dekat tempat indekostnya, juga banyak dilihatnya penjual nasi goreng, martabak telur, hingga penjual gorengan, yang begitu saja membuang cangkang telur ke tempat sampah.
Otak cerdas, anak sulung dari tiga bersaudara ini, mulai memutar ide dan gagasan, untuk memanfaatkan cangkang telur tersebut.
Bermodalkan keberanian untuk mencoba, dan ilmu pengetahuan yang didapatkan di bangku sekolah, akhirnya dia memulai melakukan uji coba memanfaatkan cangkang telur, sebagai bahan utama pembuatan pasta gigi.
Hanya dalam jangka satu bulan, akhirnya cangkang telur ayam yang dahulunya hanya dibuang begitu saja, ternyata bisa menjadi pasta gigi organik yang menyehatkan, dan ramah lingkungan.
“Kandungan kalsium karbonatnya, mencapai 27 ribu ppm, lebih besar bila dibandingkan dengan yang ada di pasta gigi yang di jual di pasaran selama ini. Di mana kandungan kalsium karbonatnya, hanya 22 ribu ppm,” ungkapnya.
Selain kandungan kalsium karbonat yang lebih tinggi. Menurutnya, pasta gigi yang diberinya nama Exeldent tersebut, juga lebih sehat dan ramah lingkungan karena tanpa detergen kimia.
Detergen kimia dalam pasta gigi, rawan membuat radang pada mulut dan gusi. Sementara, saat terbuang bebas, detergen kimia ini juga merusak lingkungan.
Pasta gigi organik, karya mahasiswa ini, juga sangat murah. Bahkan, bisa dibuat sendiri oleh para ibu rumah tangga.
Satu kilogram cangkang telur ayam, bisa diproduksi menjadi 360 gram pasta gigi organik, atau menjadi tiga wadah dalam kemasan 120 gram.
Dia mengaku, selain formula khusus yang menjadi andalannya. Pasta gigi organik karyanya ini, hanyalah memakai bahan dasar cangkang telur ayam, magnesium karbonat, dan pewarna makanan.
“Saat ini, Exeldent ini belum memiliki paten. Saya masih berusaha mengurusnya, agar dikemudian hari bisa diproduksi secara masal,” ungkapnya.
Sejak duduk di bangku SMA. Mahasiswa ramah ini, memang senang melakukan uji coba dengan memanfaatkan limbah yang tidak terpakai.
Menurutnya, uji coba itu selalu dilakukannya, karena ingin memberikan nilai tambah pada barang-barang yang sudah tidak terpakai lagi.
Saat duduk di bangku kelas satu SMA Brawijaya Smart School Malang, Rhezaldian mengaku sudah beberapa kali melakukan uji coba pemanfaatan sampah organik.
Di antaranya, membuat teh berbahan kulit jeruk keprok siam, dan es krim kulit buah manggis. Kulit-kulit buah tersebut, diekstrak, dan diprosesnya menjadi bahan makanan yang menyehatkan.
Bahkan, memiliki anti oksidan tinggi, sehingga bisa untuk obat alternatif penyakit kardio vaskuler.
Selama duduk dibangku kuliah, hingga semester enam ini. Dia sudah menciptakan enak produk dari bahan sampah organik.
Di antaranya, obat diare untuk kelinci, yang diberi nama Rabaltic; Pengawet apel dari susu bekas, yang diberi nama Edible coating; Pengawet buah dari ampas tebu, yang diberi nama Instan bagase edible coating (Ibec); Bahan bakar dari buah mangrove, yaitu biobutanol.
Selain itu penjernih air dari kulit pisang, yang diberi nama Banana charcoal; dan terakhir Pasta gigi cangkang telur ayam, yang diberi nama Exeldent.
Sejumlah investor mengaku sudah berminat untuk mencoba produknya tersebut, untuk diproduksi secara masal.
Tetapi Rhezaldian mengaku, masih belum bisa menerimanya, karena masih focus pada pengurusan hak paten, dan pengembangan produk.
“Cita-cita saya setelah lulus, bisa memproduksinya sendiri secara masal, dengan membuat perusahaan sendiri, meski itu hanya perusahaan kecil,” ujar pemuda asli Singosari, Kabupaten Malang, tersebut.
(sms)