Tengkorak Manusia Ditemukan di Ladang Bekas Dusun Kaum Sodom (Bagian 3)

Minggu, 21 Februari 2016 - 05:00 WIB
Tengkorak Manusia Ditemukan di Ladang Bekas Dusun Kaum Sodom (Bagian 3)
Tengkorak Manusia Ditemukan di Ladang Bekas Dusun Kaum Sodom (Bagian 3)
A A A
Hamparan perkampungan yang dulunya dihuni ratusan warga, kini tinggal kenangan. Pertanda dulunya bekas perkampungan hanya tinggal berupa tugu beton saja. Kini bekas Dusun Legetang, menjadi lahan pertanian bagi warga sekitar.

Mad Toyib (72) warga Kepakisan, merupakan salah satu petani yang menggarap persis di sekitar tugu beton pertanda dulunya ada Dusun Legetang.

Dulunya, tanaman tembakau yang dijadikan andalan. Namun demikian, tembakau dari tataran tinggi Dieng, hasilnya diakui kalah dengan tembakau yang ditanam di Temanggung.

Untuk itu, seiring waktunya kemudian diganti tanaman kentang. Bahkan, kini kentang menjadi salah satunya andalan para petani di dataran tinggi Dieng.

Awalnya, mengarap di lahan bekas perkampungan Legetang tersebut, Toyib tak merasakan adanya aura mistis apapun.

Dia dengan tekun terus menggarap lahan pertanian dan dalam setahun bisa dua kali panen kentang.

Tanah tersebut terus digarap baik dan dicangkulnya. Pada, sekitar 15 tahun lalu, saat menggarap ladang atau mencangkul untuk bedengan (lahan) terkadang menemukan tengkorak manusia beserta tulang belulangnya.

“Sekitar 15 tahun lalu, menemukan cumplung (tengkorak) dan tulang-tulang paha,” kata Toyib.

Di sekitar tugu beton menjadi lahan pertanian yang subur. Para petani menanam sayuran seperti kol, wortel maupun kentang sebagai andalan.

Aura mistis yang dikabarkan bekas Dusun Legetang tersebut menjadi angker dan seram tak dirasakan lagi.

“Kami biasa saja bercocok tanam di sini. Bahkan, kalau musim kemarau pernah saya semalam tidur di gubuk tidak ada apa-apa,” kata Hilal (40) petani yang bercocok tanam di sekitar tugu beton.

Hilal yang sambil menyedot rokok lintingan klembak menyan mengatakan, dulunya ada yang menyebutkan angker, namun sekarang tidak ada apa-apa.

Terbukti, pernah tidur dan selama mengolah tanah di sekitar tugu beton tak menemukan gangguan, godaan maupun tidak mendengar suara-suara aneh. “Selama menggarap di sini, tidak ada suara-suara aneh itu,” ujarnya.

Hal senada juga diungkapkan petani lainnya, Maysaroh (33). Dia mengaku tak pernah mendapatkan “gangguan” saat mengerjakan tanah garapan yang mayoritas ditanami kentang tersebut.

Cerita Dusun Legetang, yang dulunya subur makmur itu telah berlalu 61 tahun lalu. Kendati demikian, Tri Susanto (27) yang termasuk golongan anak muda menyakini jika Dusun Legetang, masih ada hingga sekarang menjadi dusun termakmur di tataran Dieng.

Karena dulunya saja sudah termakmur dan segalanya tercukupi dan serba enak. “Kalau Legetang masih ada hingga sekarang, paling sugeh se-Dieng,” ujar Tri, mendapatkan cerita dari ayahnya, Yogo Dihardjo yang meninggal di usia 85.

Bukan hanya di sekitar bekas Dusun Legetang saja, namun mayoritas petani di tataran tinggi Dieng kini menanam kentang. Mengingat hasil penjualan kentang di kawasan tersebut sangat menjanjikan sekali.

Kepala Desa Pekasiran, Muhammad Fadlulloh mengatakan, wilayah Pekasiran dulunya Dusun Legetang, Santren dan Argomukti.

Namun pada 1955 lalu, Dusun Legetang kena longsoran hingga hilang. Praktis setelah itu tinggal dua dusun yang ada.

“Pascakejadian Kawah Sinila 1979, ada sebagian warga Kepucukan direlokasi menjadi Dusun Sidomulyo,” katanya.

Untuk itu, sekarang di wilayah Desa Pekasiran, tetap memiliki 3 dusun yakni Santren, Argomukti dan Sidomulyo. Ketiga dusun tersebut dihuni 5.108 jiwa yang mayoritas petani.

Mereka rata-rata bercocok tanam kentang, kobil dan wortel. Di desa tersebut juga terdapat dua SDN dan satu SMP.

“Mayoritas warga kami merupakan petani. Meski Dusun Legetang telah hilang, tapi kami juga dapat satu dusun lagi,” ujar dia. Ingin tahu akhir kisah Dusun Kaum Sodom baca Cerita Pagi besok.
(sms)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4543 seconds (0.1#10.140)