Naomi, Dewa Penolong Orang Gila
A
A
A
PAREPARE - Mengurusi dan merawat orang dengan gangguan kejiwaan atau orang gila bukanlah pekerjaan mudah. Umumnya mereka adalah orang-orang yang berpendidikan dan bersertifikat resmi.
Namun di Kota Parepare, Sulawesi Selatan, ada seorang ibu rumah tangga justru mampu melakukannya. Dia adalah Naomi, nenek berusia 65 tahun. Hebatnya, dia tidak digaji dalam merawat orang gila itu. Bahkan rela mengeluarkan biaya sendiri.
Tak banyak orang seperti Ibu Naomi. Di dunia ini, bahkan orang seperti Ibu Naomi ini bisa dihitung dengan jari. Dia ibarat Ibu Peri bagi para orang gila atau yang mengidap gangguan kejiwaan.
Padahal berinteraksi dengan orang yang mengalami gangguan kejiwaan tidak mudah. Bahkan yang menakutkan, jijik karena bau yang tidak sedap dan sering bertingkah laku yang cenderung brutal.
Namun hal itu tidak berlaku bagi Naomi. Warga Jalan Panti Asuhan, Kelurahan Ujung Lare, Kecamatan Ujung, Parepare sudah belasan tahun mengurusi dan merawat orang gila yang ditelantarkan oleh negara.
Setelah diajak bergabung dalam Tim Terpadu Penggulangan Orang Gila, Naomi langsung menerimanaya tanpa syarat. Perempuan lima orang anak ini terlihat begitu telaten mengurusi orang dengan gangguan kejiwaan.
Tanpa raja jijik, dia merapikan rambut orang gila, dan memandikannya seperti anak kecil. Tak heran jika orang yang melihat aksi Naomi sangat mengaguminya. Sebab tak banyak orang yang mampu melakukan hal seperti itu.
Naomi beralasan, mau mengurusi dan merawat orang gila karena kemanusian dan kasihan. Menurutnya, orang gila yang dianggap sebagai sampah masyrakat sebenarnya adalah korban.
Untuk itu, dia tidak hanya merawat dan mengurusi orang gila. Tetapi juga memperjuangkan nasib orang gila agar pemerintah setempat membangun rumah sakit khusus gangguan kejiwaan.
Sungguh sesuatu yang memiriskan memang. Orang dengan penderita gangguan kejiwaan yang terlantar di jalan ini sebenarnya dilindungi oleh undang-undang dan seharusnya dipelihara oleh negara.
Di tengah miskinnya kemanusiaan negara itu, Naomi datang sebagai malaikat. Dia mengabdikan dirinya tanpa pamrih. Bahkan harus mengeluarkan biaya sendiri demi untuk mengurusi dan merawat para penderita gangguan kejiwaan. Hebat!
Namun di Kota Parepare, Sulawesi Selatan, ada seorang ibu rumah tangga justru mampu melakukannya. Dia adalah Naomi, nenek berusia 65 tahun. Hebatnya, dia tidak digaji dalam merawat orang gila itu. Bahkan rela mengeluarkan biaya sendiri.
Tak banyak orang seperti Ibu Naomi. Di dunia ini, bahkan orang seperti Ibu Naomi ini bisa dihitung dengan jari. Dia ibarat Ibu Peri bagi para orang gila atau yang mengidap gangguan kejiwaan.
Padahal berinteraksi dengan orang yang mengalami gangguan kejiwaan tidak mudah. Bahkan yang menakutkan, jijik karena bau yang tidak sedap dan sering bertingkah laku yang cenderung brutal.
Namun hal itu tidak berlaku bagi Naomi. Warga Jalan Panti Asuhan, Kelurahan Ujung Lare, Kecamatan Ujung, Parepare sudah belasan tahun mengurusi dan merawat orang gila yang ditelantarkan oleh negara.
Setelah diajak bergabung dalam Tim Terpadu Penggulangan Orang Gila, Naomi langsung menerimanaya tanpa syarat. Perempuan lima orang anak ini terlihat begitu telaten mengurusi orang dengan gangguan kejiwaan.
Tanpa raja jijik, dia merapikan rambut orang gila, dan memandikannya seperti anak kecil. Tak heran jika orang yang melihat aksi Naomi sangat mengaguminya. Sebab tak banyak orang yang mampu melakukan hal seperti itu.
Naomi beralasan, mau mengurusi dan merawat orang gila karena kemanusian dan kasihan. Menurutnya, orang gila yang dianggap sebagai sampah masyrakat sebenarnya adalah korban.
Untuk itu, dia tidak hanya merawat dan mengurusi orang gila. Tetapi juga memperjuangkan nasib orang gila agar pemerintah setempat membangun rumah sakit khusus gangguan kejiwaan.
Sungguh sesuatu yang memiriskan memang. Orang dengan penderita gangguan kejiwaan yang terlantar di jalan ini sebenarnya dilindungi oleh undang-undang dan seharusnya dipelihara oleh negara.
Di tengah miskinnya kemanusiaan negara itu, Naomi datang sebagai malaikat. Dia mengabdikan dirinya tanpa pamrih. Bahkan harus mengeluarkan biaya sendiri demi untuk mengurusi dan merawat para penderita gangguan kejiwaan. Hebat!
(san)