Harimau Sumatera Makin Punah
A
A
A
MEDAN - Keberadaan harimau sumatera (Panthera Tigris Sumatra), semakin langka seiring dengan makin sempitnya hamparan hutan yang menjadi habitatnya.
Meski sempat disebut sebagai golden cat (kucing emas atau gatokuma) yang diperkirakan hanya ada 50 ekor di dunia dan semakin punah, tetapi satwa langka yang dilindungi ini masih ada ditemukan Tim Bukitbarisan Sumatran Tiger Rangers (BSTR) saat melakukan penelusuran hutan lindung di kawasan Kabupaten Labura, Padang Lawas Utara, Labuhan Batu Selatan, dan Labuhan Batu selama dua tahun terakhir.
"Bukan saja harimau sumatera yang kita temukan, bahkan ada banyak satwa langka lainnya seperti semut dengan panjang tubuh sampai 2,5 cm," kata pendiri BSTR, Haray Sam Munthe saat diskusi tentang mengenal perilaku harimau sumatera di alam liar serta upaya pelestarian yang diikuti mahasiswa dari 10 universitas di Sumatera Utara yang tergabung dalam My Trip My Adventure (MTMA) Go Green, dan Plt Kepala Kelompok Pengelola Hutan Lindung (KPHL) Unit XXII Tobasa Labura, di Medan, Sumatera Utara, Kamis (19/11/2015).
Selain itu, mereka juga menemukan berbagai jenis satwa langka yang mungkin tidak lagi dikenal para generasi muda saat ini, seperti burung rangrong (penabur benih), cenderawasih sumatera, tapir, kambing hutan, dan lainnya.
Meski begitu, populasi satwa liar yang dilindungi saat ini sangat terancam karena habitatnya semakin tergusur. Misalnya harimau sumatera yang menurut data tahun 2010 hanya tersisa 350 ekor. Sebab, masih banyak warga yang melakukan pembunuhan terhadap satwa langka karena pengetahuannya masih minim.
"Bahkan saat menemukan harimau, warga cenderung melaporkannya kepada pemburu. Padahal, harimau sumatera bukanlah pemangsa manusia. Namun pada kondisi tidak normal, bisa saja melakukan penyerangan. Karena manusia tidak akan bisa hidup tanpa adanya satwa liar," ujarnya.
Plt Kepala Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Unit 22 Tobasa-Labura Leonardo Sitorus mengatakan, pihaknya sebagai lembaga pemerintah membuat program pelestarian hutan sehingga layak sebagai habitat satwa liar, namun mampu mendukung perekonomian warga.
"Kita sedang membangun sebuah kawasan hutan buah, dengan adanya buah bisa dimanfaatkan warga sementara ekosistem hutan bisa terjaga," ujarnya.
Meski sempat disebut sebagai golden cat (kucing emas atau gatokuma) yang diperkirakan hanya ada 50 ekor di dunia dan semakin punah, tetapi satwa langka yang dilindungi ini masih ada ditemukan Tim Bukitbarisan Sumatran Tiger Rangers (BSTR) saat melakukan penelusuran hutan lindung di kawasan Kabupaten Labura, Padang Lawas Utara, Labuhan Batu Selatan, dan Labuhan Batu selama dua tahun terakhir.
"Bukan saja harimau sumatera yang kita temukan, bahkan ada banyak satwa langka lainnya seperti semut dengan panjang tubuh sampai 2,5 cm," kata pendiri BSTR, Haray Sam Munthe saat diskusi tentang mengenal perilaku harimau sumatera di alam liar serta upaya pelestarian yang diikuti mahasiswa dari 10 universitas di Sumatera Utara yang tergabung dalam My Trip My Adventure (MTMA) Go Green, dan Plt Kepala Kelompok Pengelola Hutan Lindung (KPHL) Unit XXII Tobasa Labura, di Medan, Sumatera Utara, Kamis (19/11/2015).
Selain itu, mereka juga menemukan berbagai jenis satwa langka yang mungkin tidak lagi dikenal para generasi muda saat ini, seperti burung rangrong (penabur benih), cenderawasih sumatera, tapir, kambing hutan, dan lainnya.
Meski begitu, populasi satwa liar yang dilindungi saat ini sangat terancam karena habitatnya semakin tergusur. Misalnya harimau sumatera yang menurut data tahun 2010 hanya tersisa 350 ekor. Sebab, masih banyak warga yang melakukan pembunuhan terhadap satwa langka karena pengetahuannya masih minim.
"Bahkan saat menemukan harimau, warga cenderung melaporkannya kepada pemburu. Padahal, harimau sumatera bukanlah pemangsa manusia. Namun pada kondisi tidak normal, bisa saja melakukan penyerangan. Karena manusia tidak akan bisa hidup tanpa adanya satwa liar," ujarnya.
Plt Kepala Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Unit 22 Tobasa-Labura Leonardo Sitorus mengatakan, pihaknya sebagai lembaga pemerintah membuat program pelestarian hutan sehingga layak sebagai habitat satwa liar, namun mampu mendukung perekonomian warga.
"Kita sedang membangun sebuah kawasan hutan buah, dengan adanya buah bisa dimanfaatkan warga sementara ekosistem hutan bisa terjaga," ujarnya.
(zik)