Ojek Termahal di Indonesia Ada di Luwu, Sekali Jalan Rp1,5 Juta
A
A
A
LUWU UTARA - Tahu kah anda di mana ojek termahal di Indonesia? Jawabannya berada di Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan. Ojek termahal ini hanya melayani perjalanan dari Kecamatan Sabbang menuju Kecamatan Seko.
Tak tanggung-tanggung, harga satu kali ngojek bisa mencapai Rp1,5 juta pulang pergi. Bahkan angka ini masih terbilang standar untuk mengakses ojek tersebut. Lalu mengapa bisa mahal? Berikut ulasannya.
Ojek merupakan alat transportasi yang sangat lazim dijumpai di Indonesia. Terlebih di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung dan Surabaya. Transportasi roda dua ini banyak diminati masyarakat dalam menjalankan kegiatan sehari-hari.
Selain cepat, layanan ojek juga tergolong murah. Apa lagi sudah bermunculan ojek online yang semakin memudahkan pelanggannya. Namun berbeda dengan ojek yang ada di Kabupaten Luwu Utara.
Dengan menempuh jarak 70 kilo meter, harga ojek ini mencapai Rp1,5 juta pulang perginya. Bukan hanya karena jaraknya yang panjang, namun medan yang sangat menantang para tukang ojek membuat mereka menaikkan tarif menjulang tinggi.
Acapkali, medan tersebut mengancam jiwa mereka. Seperti terlihat pagi itu, Burhanuddin dan kawannnya telah bersiap menjalankan rutinitasnya sehari-hari, yakni menyusuri jalur Masamba-Seko untuk mengantar kebutuhan pokok warga.
Untuk itu, mereka kerap dijuluki pahlawan logistik. Sejumlah barang yang dibawanya seperti beras, makanan ringan, serta kebutuhan pokok lain yang dibutuhkan masyarakat.
Burhanuddin mengaku, harga ini setimpal dengan kerja keras yang dia lakukan. Pasalnya biaya perbaikan motor juga sangat besar, lantaran motornya harus melalui jalur tengkorak tersebut.
Untuk mengarungi jalanan menuju Sabbang yang jauh dan hancur, setiap pengendara ojek melakukan berbagai modifikasi pada kendaraan mereka, mulai dari mengubah ban menjadi ban gunung hingga menyediakan tambahan tempat untuk perbaikan mesin.
Dalam bepergian pun, ojek Seko tidak berangkat sendirian. Mereka harus melakukan konsolidasi untuk jalan bersama. Hal ini dilakukan karena pengendara ojek juga takut terjadi kecelakaan yang tidak diduga.
Apalagi, jika kendaraan mereka benar-benar rusak. Mereka akan menumpang ojek lain yang hanya membawa barang jualan.
Burhanuddin menjelaskan, dalam satu kali jalan ojeknya membutuhkan waktu paling cepat mencapai tujuh jam. Waktu ini pun bisa dicapai saat cuaca dalam keadaan kering.
Dalam musim hujan, jalan akan sangat sulit dilalui karena lumpur kerap menghambat kendaraan untuk berjalan. Jika kejadian ini berlangsung, mau tak mau para pengendara ojek akan beristirahat dan menginap di persinggahan terdekat.
Sementara itu, Sitti Najwa mengatakan, dirinya sering menggunakan jasa ojek. Dia menggunakan ojek untuk membeli barang yang akan dijual di tokonya. Dalam satu kali angkut, Najwa mengaku bisa merogoh kocek sampai Rp600 ribu.
Harga ini termasuk murah, karena dirinya telah melakukan perjanjian dalam membeli barang melalui ojek yang sama. Namun harga ini bisa berubah saat cuaca hujan. Pengendara ojek akan meminta harga dua kali lebih mahal.
Selain itu, harga kebutuhan pokok di kecamatan ini juga tegolong mahal. Bayangkan, harga bensin per botolnya dijual Rp15 ribu. Begitu juga dengan kebutuhan lain, harganya naik rata-rata dua kalu lipat. Bagaimana? Minat mencoba ojek mahal ini?
Tak tanggung-tanggung, harga satu kali ngojek bisa mencapai Rp1,5 juta pulang pergi. Bahkan angka ini masih terbilang standar untuk mengakses ojek tersebut. Lalu mengapa bisa mahal? Berikut ulasannya.
Ojek merupakan alat transportasi yang sangat lazim dijumpai di Indonesia. Terlebih di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung dan Surabaya. Transportasi roda dua ini banyak diminati masyarakat dalam menjalankan kegiatan sehari-hari.
Selain cepat, layanan ojek juga tergolong murah. Apa lagi sudah bermunculan ojek online yang semakin memudahkan pelanggannya. Namun berbeda dengan ojek yang ada di Kabupaten Luwu Utara.
Dengan menempuh jarak 70 kilo meter, harga ojek ini mencapai Rp1,5 juta pulang perginya. Bukan hanya karena jaraknya yang panjang, namun medan yang sangat menantang para tukang ojek membuat mereka menaikkan tarif menjulang tinggi.
Acapkali, medan tersebut mengancam jiwa mereka. Seperti terlihat pagi itu, Burhanuddin dan kawannnya telah bersiap menjalankan rutinitasnya sehari-hari, yakni menyusuri jalur Masamba-Seko untuk mengantar kebutuhan pokok warga.
Untuk itu, mereka kerap dijuluki pahlawan logistik. Sejumlah barang yang dibawanya seperti beras, makanan ringan, serta kebutuhan pokok lain yang dibutuhkan masyarakat.
Burhanuddin mengaku, harga ini setimpal dengan kerja keras yang dia lakukan. Pasalnya biaya perbaikan motor juga sangat besar, lantaran motornya harus melalui jalur tengkorak tersebut.
Untuk mengarungi jalanan menuju Sabbang yang jauh dan hancur, setiap pengendara ojek melakukan berbagai modifikasi pada kendaraan mereka, mulai dari mengubah ban menjadi ban gunung hingga menyediakan tambahan tempat untuk perbaikan mesin.
Dalam bepergian pun, ojek Seko tidak berangkat sendirian. Mereka harus melakukan konsolidasi untuk jalan bersama. Hal ini dilakukan karena pengendara ojek juga takut terjadi kecelakaan yang tidak diduga.
Apalagi, jika kendaraan mereka benar-benar rusak. Mereka akan menumpang ojek lain yang hanya membawa barang jualan.
Burhanuddin menjelaskan, dalam satu kali jalan ojeknya membutuhkan waktu paling cepat mencapai tujuh jam. Waktu ini pun bisa dicapai saat cuaca dalam keadaan kering.
Dalam musim hujan, jalan akan sangat sulit dilalui karena lumpur kerap menghambat kendaraan untuk berjalan. Jika kejadian ini berlangsung, mau tak mau para pengendara ojek akan beristirahat dan menginap di persinggahan terdekat.
Sementara itu, Sitti Najwa mengatakan, dirinya sering menggunakan jasa ojek. Dia menggunakan ojek untuk membeli barang yang akan dijual di tokonya. Dalam satu kali angkut, Najwa mengaku bisa merogoh kocek sampai Rp600 ribu.
Harga ini termasuk murah, karena dirinya telah melakukan perjanjian dalam membeli barang melalui ojek yang sama. Namun harga ini bisa berubah saat cuaca hujan. Pengendara ojek akan meminta harga dua kali lebih mahal.
Selain itu, harga kebutuhan pokok di kecamatan ini juga tegolong mahal. Bayangkan, harga bensin per botolnya dijual Rp15 ribu. Begitu juga dengan kebutuhan lain, harganya naik rata-rata dua kalu lipat. Bagaimana? Minat mencoba ojek mahal ini?
(san)