Hang Tuah, Pahlawan Melayu yang Harus Bertarung dengan Sahabat
A
A
A
Hang Tuah merupakan seorang pahlawan legendaris dari bangsa Melayu pada masa pemerintahan Sultan Melaka di abad ke-15 (Kerajaan Melaka bermula pada 1400-1511 A.D)
Beliau dilahirkan di Pulau Bintan, Riau dari pasangan Hang Mahmud dan Dang Merdu. Semasa kecil Hang Tuah sudah terlihat memiliki bakat pemberani dan penolong.
Untuk menimba pengalaman hidup, saat menginjak remaja Hang Tuah meminta izin kedua orang tuanya pergi merantau ke kota Melaka.
Melihat keinginan kuat anaknya, kedua orang tua Hang Tuah pun mengizinkannya. Maka berangkatlah Hang Tuah merantau bersama empat temannya yakni Hang Jebat, Hang Kasturi, Hang Lekir, dan Hang Lekiu.
Saat diperjalanan, Hang Tuah bersama temannya bertemu dengan sekelompok parampok sadis yang sangat ditakuti di Melaka.
Namun keberanian dan kepiawaian Hang Tuah bersama empat temannya membuat para perampok tersebut bisa dikalahkan.
Tak ayal nama Hang Tuah dan empat kawannya menjadi bahan perbincangan hingga akhirnya terdengar oleh Bendahara (sederajat dengan Perdana Menteri dalam sistem pemerintahan sekarang).
Maka Bendahara pun mengajak Hang Tuah bersama empat rekannya untuk bekerja di Istana sebagai prajurit.
Suatu ketika, Tanah Melaka kedatangan seorang ksatria bernama Taming Sari, pendekar dari majapahit yang dikenal petarung tangguh bersenjata keris.
Dengan sombongnya Taming Sari menantang pendekar Melaka untuk bertarung dengannnya. Tak ada pendekar dan prajurit istana yang berani menerima tantangannya.
Hingga akhirnya, kabar tersebut terdengar oleh Hang Tuah. Merasa harga diri istana terinjak, Hang Tuah melayani tantangan Taming Sari.
Maka keduanya pun bertarung dengan mengandalkan jurus-jurus andalan. Pertarungan sendiri berjalan cukup alot hingga akhirnya Taming Sari tewas oleh pukulan Hang Tuah.
Melihat kesaktian keris Taming Sari, Hang Tuah pun mengambilnya untuk dimiliki. Guna menghormati Taming Sari, keris tersebut oleh Hang Tuah diberi nama Taming Sari.
Kehebatan Hang Tuah membuat dirinya disenangi raja sehingga membuat beberapa petinggi istana membecinya karena iri.
Maka para petinggi Istana pun mengatur siasat untuk menyingkirkan Hang Tuah dengan menebar fitnah jika Hang Tuah telah berzina dengan pelayan istana.
Mendengar berita itu, Raja pun murka dan memerintahkan kepada Bendahara untuk menghukum mati Hang Tuah.
Namun Bendahara tidak sampai hati untuk melaksanakan perintah Raja, maka ia pun menyuruh Hang Tuah pergi ke Indrapura meninggalkan istana dan mengatakan pada Raja jika Hang Tuah sudah dihukum mati.
Sebelum pergi, Hang Tuah memberikan keris Taming Sari kepada salah satu sahabatnya yaitu Hang Jebat yang kelak menggantikan posisinya di istana.
Sayangnya saat mendapat jabatan, Hang Jebat seakan lupa diri, ia bersikap kasar dan kerap berbuat onar. Bahkan berani menentang perintah raja, tidak ada satupun prajurit istana yang mampu melawannya.
Dalam kegalauan karena ulah Hang Jebat, raja pun berdisukusi dengan Bendahara untuk mencari cara bagaimana menghentikan Hang Jebat.
"Seandainya Hang Tuah masih hidup, pasti bisa kita andalkan untuk mengalahkan Hang Jebat," kata Raja kepada Bendahara.
Mendengar ucapan Raja, Bendahara akhirnya menceritakan kejadian sebenarnya jika Hang Tuah belum mati dan sekarang berada di Indrapura.
Raja pun sempat marah dan kaget, namun satu sisi merasa gembira karena itu artinya Hang Tuah bisa dipanggil untuk mengalahkan Hang Jebat.
Tanpa pikir panjang, Bendahara mengirim utusan untuk memanggil Hang Tuah ke Istana. Setibanya di Istana, Raja langsung menyambut Hang Tuah dan meminta maaf karena telah salah menilainya.
Bendahara kemudian menceritakan kepada Hang Tuah mengenai prilaku sahabatnya Hang Jebat yang sudah lupa diri.
Mendengar cerita Bendahara, Hang Tuah lalu meminta izin untuk menemui sahabatnya guna mengajaknya kembali ke jalan yang benar.
Setelah pamit, Hang Tuah pun menemui Hang Jebat yang tengah berpesta dengan para wanita di pendopo rumahnya.
Hang Jebat terlihat kaget melihat kedatangan Hang Tuah, namun sifatnya yang sudah dipenuhi nafsu membuatnya tidak lagi bersikap seperti sahabat.
Melihat perubahan pada sahabatnya, Hang Tuah mencoba memberi nasehat dan memperingatkannya. Sayang nasehat Hang Tuah malah dibalas dengan makian dan tantangan berkelahi.
Akhirnya tak bisa dihindari, dua sahabat itu pun berkelahi, konon kabarnya karena kesaktian mereka nyaris setingkat setelah Hang Jebat memiliki keris Taming Sari, perkelahian tersebut berlangsung hingga berhari-hari.
Namun karena amarah telah mengusai Hang Jebat terlebih lagi dalam kondisi mabuk, maka perkelahian tersebut akhirnya dimenangkan oleh Hang Tuah. Sehingga Hang Jebat pun tewas di tangan sahabatnya.
Setelah membunuh sahabatnya, Hang Tuah diangkat kembali menjadi prajurit istana oleh Raja. Sejak saat itu nama Hang Tuah kembali harum, bahkan Raja pun memberikan kedudukan yang mapan untuk Hang Tuah di Istana.
Sumber:
warofweekly.blogspoot.
ceritarakyatnusantara
diolah dari berbagai sumber
Beliau dilahirkan di Pulau Bintan, Riau dari pasangan Hang Mahmud dan Dang Merdu. Semasa kecil Hang Tuah sudah terlihat memiliki bakat pemberani dan penolong.
Untuk menimba pengalaman hidup, saat menginjak remaja Hang Tuah meminta izin kedua orang tuanya pergi merantau ke kota Melaka.
Melihat keinginan kuat anaknya, kedua orang tua Hang Tuah pun mengizinkannya. Maka berangkatlah Hang Tuah merantau bersama empat temannya yakni Hang Jebat, Hang Kasturi, Hang Lekir, dan Hang Lekiu.
Saat diperjalanan, Hang Tuah bersama temannya bertemu dengan sekelompok parampok sadis yang sangat ditakuti di Melaka.
Namun keberanian dan kepiawaian Hang Tuah bersama empat temannya membuat para perampok tersebut bisa dikalahkan.
Tak ayal nama Hang Tuah dan empat kawannya menjadi bahan perbincangan hingga akhirnya terdengar oleh Bendahara (sederajat dengan Perdana Menteri dalam sistem pemerintahan sekarang).
Maka Bendahara pun mengajak Hang Tuah bersama empat rekannya untuk bekerja di Istana sebagai prajurit.
Suatu ketika, Tanah Melaka kedatangan seorang ksatria bernama Taming Sari, pendekar dari majapahit yang dikenal petarung tangguh bersenjata keris.
Dengan sombongnya Taming Sari menantang pendekar Melaka untuk bertarung dengannnya. Tak ada pendekar dan prajurit istana yang berani menerima tantangannya.
Hingga akhirnya, kabar tersebut terdengar oleh Hang Tuah. Merasa harga diri istana terinjak, Hang Tuah melayani tantangan Taming Sari.
Maka keduanya pun bertarung dengan mengandalkan jurus-jurus andalan. Pertarungan sendiri berjalan cukup alot hingga akhirnya Taming Sari tewas oleh pukulan Hang Tuah.
Melihat kesaktian keris Taming Sari, Hang Tuah pun mengambilnya untuk dimiliki. Guna menghormati Taming Sari, keris tersebut oleh Hang Tuah diberi nama Taming Sari.
Kehebatan Hang Tuah membuat dirinya disenangi raja sehingga membuat beberapa petinggi istana membecinya karena iri.
Maka para petinggi Istana pun mengatur siasat untuk menyingkirkan Hang Tuah dengan menebar fitnah jika Hang Tuah telah berzina dengan pelayan istana.
Mendengar berita itu, Raja pun murka dan memerintahkan kepada Bendahara untuk menghukum mati Hang Tuah.
Namun Bendahara tidak sampai hati untuk melaksanakan perintah Raja, maka ia pun menyuruh Hang Tuah pergi ke Indrapura meninggalkan istana dan mengatakan pada Raja jika Hang Tuah sudah dihukum mati.
Sebelum pergi, Hang Tuah memberikan keris Taming Sari kepada salah satu sahabatnya yaitu Hang Jebat yang kelak menggantikan posisinya di istana.
Sayangnya saat mendapat jabatan, Hang Jebat seakan lupa diri, ia bersikap kasar dan kerap berbuat onar. Bahkan berani menentang perintah raja, tidak ada satupun prajurit istana yang mampu melawannya.
Dalam kegalauan karena ulah Hang Jebat, raja pun berdisukusi dengan Bendahara untuk mencari cara bagaimana menghentikan Hang Jebat.
"Seandainya Hang Tuah masih hidup, pasti bisa kita andalkan untuk mengalahkan Hang Jebat," kata Raja kepada Bendahara.
Mendengar ucapan Raja, Bendahara akhirnya menceritakan kejadian sebenarnya jika Hang Tuah belum mati dan sekarang berada di Indrapura.
Raja pun sempat marah dan kaget, namun satu sisi merasa gembira karena itu artinya Hang Tuah bisa dipanggil untuk mengalahkan Hang Jebat.
Tanpa pikir panjang, Bendahara mengirim utusan untuk memanggil Hang Tuah ke Istana. Setibanya di Istana, Raja langsung menyambut Hang Tuah dan meminta maaf karena telah salah menilainya.
Bendahara kemudian menceritakan kepada Hang Tuah mengenai prilaku sahabatnya Hang Jebat yang sudah lupa diri.
Mendengar cerita Bendahara, Hang Tuah lalu meminta izin untuk menemui sahabatnya guna mengajaknya kembali ke jalan yang benar.
Setelah pamit, Hang Tuah pun menemui Hang Jebat yang tengah berpesta dengan para wanita di pendopo rumahnya.
Hang Jebat terlihat kaget melihat kedatangan Hang Tuah, namun sifatnya yang sudah dipenuhi nafsu membuatnya tidak lagi bersikap seperti sahabat.
Melihat perubahan pada sahabatnya, Hang Tuah mencoba memberi nasehat dan memperingatkannya. Sayang nasehat Hang Tuah malah dibalas dengan makian dan tantangan berkelahi.
Akhirnya tak bisa dihindari, dua sahabat itu pun berkelahi, konon kabarnya karena kesaktian mereka nyaris setingkat setelah Hang Jebat memiliki keris Taming Sari, perkelahian tersebut berlangsung hingga berhari-hari.
Namun karena amarah telah mengusai Hang Jebat terlebih lagi dalam kondisi mabuk, maka perkelahian tersebut akhirnya dimenangkan oleh Hang Tuah. Sehingga Hang Jebat pun tewas di tangan sahabatnya.
Setelah membunuh sahabatnya, Hang Tuah diangkat kembali menjadi prajurit istana oleh Raja. Sejak saat itu nama Hang Tuah kembali harum, bahkan Raja pun memberikan kedudukan yang mapan untuk Hang Tuah di Istana.
Sumber:
warofweekly.blogspoot.
ceritarakyatnusantara
diolah dari berbagai sumber
(nag)