Petani Salak Gandeng Pengelola Wisata
A
A
A
SLEMAN - Pemasaran hasil salak di Sleman terus digenjot melalui kerja sama dengan para pelaku wisata. Hal ini untuk meminimalkan rusaknya harga saat panen raya, karena ketergantungan dengan tengkulak.
Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) Tanaman Pangan dan Hortikultura, Dinas Pertanian Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Sleman, Ananta, mengatakan modifikasi pemasaran salak ini sudah berjalan di beberapa tempat. Namun masih terus dikembangkan, terutama di Kecamatan Turi.
“Untuk di Kecamatan Turi baru mulai dirintis, 2016 nanti berjalan. Jadi dipasarkan ke industri wisata,” ujarnya kemarin. Pemasaran salak melalui industri wisata ini, misalnya, menjalin kerja sama dengan pengelola Lava Tour. Mereka yang menyewakan Jeep ketika membawa wisatawan, didatangkan ke petani atau kelompok tani salak.
“Kita sudah koordinasi dengan komunitas Jeep Lava Tour. Di Kaliurang kan juga ada penyewa Jeep. Nanti mereka pengunjung akan dibawa juga ke sentra-sentra penghasil salak,” paparnya. Sementara itu, Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Sub Terminal Agribisnis (STA) Kecamatan Tempel, Kabupaten Sleman, Hestirah, menambahkan, rusaknya harga salak karena para tengkulak ini tak bisa dihindari ketika panen raya.
“Karena hampir semuanya panen. Di Turi, Pakem, Tempel,” ucapnya. Sementara itu, kerja sama dengan pelaku wisata untuk di daerah Tempel sudah lama berjalan. Hanya, perlu dikembangkan lagi seperti membuat suatu unit travel di dalam asosiasi petani salak itu sendiri. “Jadi kira mengupayakan, dicari oleh agen travel. Bukan kita yang mencarinya,” tandasnya.
Ridho hidayat
Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) Tanaman Pangan dan Hortikultura, Dinas Pertanian Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Sleman, Ananta, mengatakan modifikasi pemasaran salak ini sudah berjalan di beberapa tempat. Namun masih terus dikembangkan, terutama di Kecamatan Turi.
“Untuk di Kecamatan Turi baru mulai dirintis, 2016 nanti berjalan. Jadi dipasarkan ke industri wisata,” ujarnya kemarin. Pemasaran salak melalui industri wisata ini, misalnya, menjalin kerja sama dengan pengelola Lava Tour. Mereka yang menyewakan Jeep ketika membawa wisatawan, didatangkan ke petani atau kelompok tani salak.
“Kita sudah koordinasi dengan komunitas Jeep Lava Tour. Di Kaliurang kan juga ada penyewa Jeep. Nanti mereka pengunjung akan dibawa juga ke sentra-sentra penghasil salak,” paparnya. Sementara itu, Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Sub Terminal Agribisnis (STA) Kecamatan Tempel, Kabupaten Sleman, Hestirah, menambahkan, rusaknya harga salak karena para tengkulak ini tak bisa dihindari ketika panen raya.
“Karena hampir semuanya panen. Di Turi, Pakem, Tempel,” ucapnya. Sementara itu, kerja sama dengan pelaku wisata untuk di daerah Tempel sudah lama berjalan. Hanya, perlu dikembangkan lagi seperti membuat suatu unit travel di dalam asosiasi petani salak itu sendiri. “Jadi kira mengupayakan, dicari oleh agen travel. Bukan kita yang mencarinya,” tandasnya.
Ridho hidayat
(bbg)