Tak Ada Jaminan Sapi TPA Piyungan Tidak Dijual
A
A
A
BANTUL - Dinas Pertanian dan Kehutanan (Dispertahut) Bantul menyatakan, tak bisa mencegah keluarnya sapi-sapi pemakan sampah yang ada di Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA) Piyungan menjelang Hari Raya Idhul Adha ini.
Se bab pemkab kesulitan mengi - den tifikasi sapi-sapi tersebut. Kepala Dispertahut Bantul Partogi Dame Pakpahan me - nga kui sapi-sapi di TPA Pi yu - ngan pemakan sampah tidak se - hat jika dikonsumsi. Namun pi - haknya juga tak bisa mencegah sapi-sapi ini dijual pemiliknya. Ini dikarenakan dinasnya tidak bisa memantau pergerakan penjualan TPA sapi Pi yu - ngan.
Alasannya, distribusi sapi menjadi ranah dari instansi la - innya. “Kami hanya bisa me la ku - kan pemantauan. Jika ada per - gerakan luar biasa di TPA Pi yu - ngan, artinya sapi-sapi tersebut dijual ke luar. Kami akan me - nelusuri larinya ke mana?” ujarnya, kemarin.
Sapi dari TPA Piyungan pe - makan sampah memang tidak direkomendasikan untuk dipotong. Sebab ada kemungkinan ternak tersebut mengandung bahan-bahan berbahaya sebagai efek dari konsumsi sampah. “Sampah-sampah terutama yang unorganic bisa membawa zat-zat yang berbahaya,” kata - nya.
K epala Bidang Kesehatan Hewan (Keswan) Dispertahut Agus Rochmad mengungkapkan, mengantisipasi tingginya arus lalu lintas hewan jelang Ha - ri Raya Idul Adha, pihak Dis per - tahut Bantul memerintahkan se mua pedagang hewan agar me ngurus surat keterangan ke - sehatan hewan (SKKH) untuk ter nak yang dijual.
Dengan ada - nya surat keterangan sehat, he - wan yang mereka jual terjamin kesehatannya. “Berdasarkan pengalaman tahun lalu, jumlah hewan yang akan disembelih di wilayah ini cu kup besar. Tahun lalu seti - dak nya ada 4.940 sapi, 3.898 kam bing, dan 4.903 domba yang akan disembelih dengan titik pemotongan ada di 1.688 lokasi. Kami memprediksikan stabil di angka tersebut,” beber Agus.
Meningkatnya jumlah permintaan memang akan ber - dam pak pada bertambahnya perpindahan hewan di Bantul. Supaya menjamin kesehatan hewan yang dijual, pihaknya me merintahkan setiap hewan dilengkapi SKKH. SKKH tersebut dapat diurus oleh para pemilik hewan di 10 Pusat Kesehatan He - wan (Puskeswan) yang tersebar di seluruh Bantul.
SKKH dapat diakses secara gratis oleh pe dagang atau pemilik hewan. Meski gratis, Agus mengakui belum semua pemilik dan pedagang hewan kurban sadar mengikuti prosedur ini. Con toh n ya tahun lalu, tidak semua hewan kurban yang disembelih mengantongi SKKH seperti yang disyaratkan lembaganya. “Ini jaminan terhadap kualitas hewan mereka,” kata Agus.
Harga Naik Rp1 Juta
Staf Kesehatan Hewan Dis - pertahut Bantul Hartono me - ng ungkapkan, permintaan hewan kurban sudah mengalami peningkatan. Perlahan-la - han harga jualnya merangkak na ik dan lebih mahal dibanding 2014. Bahkan kenaikannya men capai Rp1 juta.
Untuk sapi seharga Rp16,5 juta–19,5 juta tahun lalu, ta - hun ini paling murah Rp17,5 juta–20 juta. Untuk kambing sudah mengalami peningkatan Rp250.000–1 juta tergantung kualitasnya. “Kini semua pe - nam pungan dan pasar hewan kami pantau,” tandasnya.
Erfanto linangkung
Se bab pemkab kesulitan mengi - den tifikasi sapi-sapi tersebut. Kepala Dispertahut Bantul Partogi Dame Pakpahan me - nga kui sapi-sapi di TPA Pi yu - ngan pemakan sampah tidak se - hat jika dikonsumsi. Namun pi - haknya juga tak bisa mencegah sapi-sapi ini dijual pemiliknya. Ini dikarenakan dinasnya tidak bisa memantau pergerakan penjualan TPA sapi Pi yu - ngan.
Alasannya, distribusi sapi menjadi ranah dari instansi la - innya. “Kami hanya bisa me la ku - kan pemantauan. Jika ada per - gerakan luar biasa di TPA Pi yu - ngan, artinya sapi-sapi tersebut dijual ke luar. Kami akan me - nelusuri larinya ke mana?” ujarnya, kemarin.
Sapi dari TPA Piyungan pe - makan sampah memang tidak direkomendasikan untuk dipotong. Sebab ada kemungkinan ternak tersebut mengandung bahan-bahan berbahaya sebagai efek dari konsumsi sampah. “Sampah-sampah terutama yang unorganic bisa membawa zat-zat yang berbahaya,” kata - nya.
K epala Bidang Kesehatan Hewan (Keswan) Dispertahut Agus Rochmad mengungkapkan, mengantisipasi tingginya arus lalu lintas hewan jelang Ha - ri Raya Idul Adha, pihak Dis per - tahut Bantul memerintahkan se mua pedagang hewan agar me ngurus surat keterangan ke - sehatan hewan (SKKH) untuk ter nak yang dijual.
Dengan ada - nya surat keterangan sehat, he - wan yang mereka jual terjamin kesehatannya. “Berdasarkan pengalaman tahun lalu, jumlah hewan yang akan disembelih di wilayah ini cu kup besar. Tahun lalu seti - dak nya ada 4.940 sapi, 3.898 kam bing, dan 4.903 domba yang akan disembelih dengan titik pemotongan ada di 1.688 lokasi. Kami memprediksikan stabil di angka tersebut,” beber Agus.
Meningkatnya jumlah permintaan memang akan ber - dam pak pada bertambahnya perpindahan hewan di Bantul. Supaya menjamin kesehatan hewan yang dijual, pihaknya me merintahkan setiap hewan dilengkapi SKKH. SKKH tersebut dapat diurus oleh para pemilik hewan di 10 Pusat Kesehatan He - wan (Puskeswan) yang tersebar di seluruh Bantul.
SKKH dapat diakses secara gratis oleh pe dagang atau pemilik hewan. Meski gratis, Agus mengakui belum semua pemilik dan pedagang hewan kurban sadar mengikuti prosedur ini. Con toh n ya tahun lalu, tidak semua hewan kurban yang disembelih mengantongi SKKH seperti yang disyaratkan lembaganya. “Ini jaminan terhadap kualitas hewan mereka,” kata Agus.
Harga Naik Rp1 Juta
Staf Kesehatan Hewan Dis - pertahut Bantul Hartono me - ng ungkapkan, permintaan hewan kurban sudah mengalami peningkatan. Perlahan-la - han harga jualnya merangkak na ik dan lebih mahal dibanding 2014. Bahkan kenaikannya men capai Rp1 juta.
Untuk sapi seharga Rp16,5 juta–19,5 juta tahun lalu, ta - hun ini paling murah Rp17,5 juta–20 juta. Untuk kambing sudah mengalami peningkatan Rp250.000–1 juta tergantung kualitasnya. “Kini semua pe - nam pungan dan pasar hewan kami pantau,” tandasnya.
Erfanto linangkung
(ftr)