Keluarga Siapkan Selamatan, Mimpi Dikirimi Buah

Jum'at, 04 September 2015 - 08:41 WIB
Keluarga Siapkan Selamatan, Mimpi Dikirimi Buah
Keluarga Siapkan Selamatan, Mimpi Dikirimi Buah
A A A
Tidak ada persiapan khusus yang dilakukan keluarga menyambut kepulangan Satinah, 42, tenaga kerja wanita (TKW) yang lolos hukuman mati di Arab Saudi.

Hanya kediamannya di Jalan Kalimaya, Dusun Mrun tel Wetan RT 2/RW 3, Desa Kalisidi, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang, terlihat lebih bersih dengan warna lebih terang lantaran belum lama ini dicat ulang. “Ini sudah dicat lagi setelah Lebaran lalu, mas. Saat itu kami belum tahu kapan Sati - nah akan pulang,” tutur Sulastri, 40, kakak ipar Satinah saat ditemui KORAN SINDO , kemarin.

Satinah dan anak semata wayangnya, Nur Apriyana, 22, tinggal di rumah kakak nya, Sugiman, 62. Rumah itu berada di antara dua rumah, yakni rumah bercat abu-abu milik kakaknya, Paeri Al Feri (suami Sulastri), dan rumah bercat ungu ditinggali keponakannya, Siti Rumaini (anak Sugiman), 37. Untuk ukuran orang desa pada umumnya, rumah bercat hijau yang ditinggali Satinah terbilang bagus.

“Dulu sebelum berangkat ke Arab, beliau tinggal satu kamar dengan Nur. Nanti setelah pulang ke sini, mungkin ya sekamar lagi dengan Nur,” kata Siti Rumaini. Baik Sulastri maupun Siti mengaku keluarga besar Sati - nah belum ada rencana menggelar acara khusus menyambut kepulangan Satinah. “Wong Satinah saja belum datang, nanti setelah pulang ke rumah baru kami bicarakan, mungkin gelar pengajian atau selamatan,” ujar Sulastri.

Sulastri mengaku keluarga mendengar kabar kepulangan Satinah dari Nur Apriyana, Selasa (1/3) siang. Nur yang hari itu libur kerja berada di rumah guna menyiapkan persyaratan administrasi BPJS ibunya, mendapat telepon dari Sadri, staf Kemenlu RI di Jakarta. “Nur diminta bersiapsiap ke Jakarta, tiket pesawat juga sudah disiapkan. Dia juga diminta mengabari pihak desa kalau akan berangkat ke Jakarta,” tuturnya.

Saat itu baik Nur maupun keluarga yang lain masih mendugaduga maksud permintaan Kemenlu tersebut. “Mak dhe (panggilan Nur Apriyana ke Sulastri), apa ibu mau pulang ya? kok saya diminta datang ke Jakarta,” kata Sulastri menirukan ucapan Nur Apriyana. Malam hari, Nur kembali mendapat telepon. Kali ini dari Faris, staf KBRI yang ada di Arab Saudi. Kemudian yang bersangkutan mengabarkan jika Satinah dalam perjalanan pulang ke Indonesia.

“Dia mengucapkan selamat karena Satinah sudah pulang. Dia juga bilang kalau Satinah satu jam sebelumnya terbang ke Indo nesia,” tuturnya. Kabar tersebut langsung disambut ucapan syukur kepada Tuhan YME. “Delapan tahun tidak pulang, apalagi dengan cobaan seperti itu (ancaman hukuman mati), kabar itu tentu sangat membuat kami bersyukur. Apalagi Nur yang memang sudah sangat rindu kepada ibunya,” ucap Sulastri.

Tidak ada firasat yang diterima Nur maupun keluarga atas kepulangan Satinah. “Tapi pada malam hari sebelum men dapat kabar itu, saya mendapat mimpi dikirimi buah banyak. Mungkin itu makna akan kepulangan Satinah,” katanya. Terkait kondisi kesehatan terkini dari Satinah, Sulastri mengaku belum mengetahui persis. “Tadi pagi (kemarin) suami mengabari kalau dia masih lemas. Mungkin karena faktor kecapaian perjalanan dari Arab ke Jakarta. Semoga bisa cepat pulih,” kata dia.

Dalam kesempatan itu me - wakili keluarga besarnya, Sulastri mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang membantu mengupayakan pembebasan dan kepulangan Satinah. “Banyak pihak yang membantu, Kemenlu, KBRI, Pak Menteri, pemerintah provinsi, dan pemerintah sini sampai Pak Lurah dan stafnya, temanteman LSM masalah TKI, teman wartawan, artis, politisi, dan lainnya. termasuk masyarakat yang menyumbang uang buat bayar diyat kebebasan Satinah. Terima kasih, sekali lagi kami mengucapkan banyak terima kasih,” ucapnya.

Sementara itu, Satinah masih menjalani terapi stroke di Rumah Sakit (RS) Polri Kramat Jati, Jakarta Timur. Kondisi Satinah juga berangsur-angsur membaik dan terus menyunggingkan senyum. Ketika Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) AM Fachir datang menjenguk, Satinah menyambut dengan senyuman. Fachir merupakan salah satu diplomat RI yang berupaya menyelamatkan Satinah dari ancaman hukuman mati saat masih menjadi Duta Besar (Dubes) RI Riyadh.

Dengan didampingi anak tunggal dan kakaknya, Satinah berbincang- bincang selama beberapa 10 menit dengan Fachir di ruang Cenderawasih RS Polri. “Kami berharap dia bisa sembuh total seperti sedia kala,” ujar Fachir di sela-sela kunjungannya kepada para wartawan, kemarin. Satinah menderita stroke cukup parah. Dia masih sulit mengucapkan kata-kata.

“Karena itu, terapi akan terus dilanjutkan. Kita lihat saja nanti, Satinah mungkin akan berada di RS Polri selama beberapa hari sebelum bisa pulang ke kampung halamannya. Saat ini dia baru bisa menggerakkan tangan sedikit demi sedikit,” tandas Fachir. Satinah terpaksa melakukan tindak pidana pembu nuhan, pencurian, dan zina muhson saat berada di Arab Saudi. Meski demikian, dia sadar perbuatan itu tidaklah benar. Selama berada ditahan, Satinah menjadi rajin membaca Alquran hingga hafal beberapa juz.

“Itu merupakan sebuah pencapaian. Mudah-mudahan bisa diteruskan,” ujar Fachir Kakak Satinah, Paeri Alferi, mengatakan, Satinah kemungkinan tinggal di RS Polri selama satu sampai dua minggu sebelum kembali ke Ungaran. “Adik saya terkena stroke di kaki dan tangan bagian kiri. Sekarang sudah bisa berbicara. Sebelumnya tidak. Satinah terkena stroke sejak enam bulan yang lalu,” ujar Paeri.

Paeri pun memanjatkan syukur kepada Allah SWT dan berterima kasih kepada Kemlu karena sudah memberikan yang terbaik dalam membantu Satinah di Arab Saudi. “Kepulangan adik saya merupakan karunia dari Allah SWT. Dia sudah bisa menghirup udara bebas. Kami juga berterima kasih kepada Kemlu. Semoga Allah SWT memberikan keselamatan dan kesehatan kepada kita semua,” tandasnya.

Agus Joko
Kabupaten Semarang
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6884 seconds (0.1#10.140)