Kebakaran Gunung Slamet Bukan karena Aktivitas Vulkanik
A
A
A
PEMALANG - Kebakaran hutan di Gunung Slamet bukan disebabkan aktivitas vulkanik di gunung tersebut. Namun ditenggarai akibat kelalaian para pendaki yang menjadi penyebab kebakaran di kawasan puncak gunung tertinggi kedua di Pulau Jawa itu.
Petugas pengamat di Pos Pengamatan Gunung Slamet Desa Gambuhan, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang Sukedi menyebutkan, penyebab kebakaran diduga akibat sisa ranting pohon yang dibakar untuk api unggun atau putung rokok pendaki yang nekat naik ke Gunung Slamet. Sisa api kemudian menjalar karena terhembus angin.
"Kita menduga dari oknum orang yang naik lupa mematikan api yang mungkin utuk menghangatkan badan mereka atau karena putung rokok. Bukan dari letusan," kata Sukedi, Jumat (21/8/2015).
Menurut Sukedi, sepanjang Agustus masih ada pendaki yang nekat naik ke Gunung Slamet meski sudah ada larangan pendakian karena aktivitas vulkanik masih tinggi.
Larangan tersebut karena Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) belum menurunkan status waspada Gunung Slamet.
"Larangan untuk berada di radius 2 kilometer sudah sering kita sampaikan karena aktivitas Gunung Slamet masih cukup tinggi," timpalnya.
Sebelumnya diberitakan, setelah Gunung Merbabu dan Gunung Lawu, kebakaran dilaporkan melanda areal hutan di sekitar Puncak Gunung Slamet, Jumat (21/8/2015).
Kepulan asap yang berasal dari titik yang terbakar terlihat jelas dari Pos Pengamatan Gunung Api Slamet Desa Gambuhan, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang sejak tadi malam hingga pagi ini.
"Kemungkinan titik api sudah muncul sejak kemarin (Kamis). Tapi kemarin puncak gunung berkabut sehingga tidak terlihat. Tapi pagi ini masih terlihat kepulan asap. Tadi malam juga titik api terlihat jelas," kata Ketua Pos Pengamatan Gunung Slamet Desa Gambuhan Sudrajat saat dihubungi Sindonews, Jumat (21/8/2015).
Menurut Sudrajat, titik yang muncul kepulan asap terlihat berada di areal hutan bagian arah barat laut dari arah puncak Gunung Slamet. Ketinggiannya sekitar 2.700 meter di atas permukaan laut.
"Kelihatannya masuk dalam wilayah Kabupaten Tegal, berada di atas wilayah Guci," ujarnya.
Petugas pengamat di Pos Pengamatan Gunung Slamet Desa Gambuhan, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang Sukedi menyebutkan, penyebab kebakaran diduga akibat sisa ranting pohon yang dibakar untuk api unggun atau putung rokok pendaki yang nekat naik ke Gunung Slamet. Sisa api kemudian menjalar karena terhembus angin.
"Kita menduga dari oknum orang yang naik lupa mematikan api yang mungkin utuk menghangatkan badan mereka atau karena putung rokok. Bukan dari letusan," kata Sukedi, Jumat (21/8/2015).
Menurut Sukedi, sepanjang Agustus masih ada pendaki yang nekat naik ke Gunung Slamet meski sudah ada larangan pendakian karena aktivitas vulkanik masih tinggi.
Larangan tersebut karena Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) belum menurunkan status waspada Gunung Slamet.
"Larangan untuk berada di radius 2 kilometer sudah sering kita sampaikan karena aktivitas Gunung Slamet masih cukup tinggi," timpalnya.
Sebelumnya diberitakan, setelah Gunung Merbabu dan Gunung Lawu, kebakaran dilaporkan melanda areal hutan di sekitar Puncak Gunung Slamet, Jumat (21/8/2015).
Kepulan asap yang berasal dari titik yang terbakar terlihat jelas dari Pos Pengamatan Gunung Api Slamet Desa Gambuhan, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang sejak tadi malam hingga pagi ini.
"Kemungkinan titik api sudah muncul sejak kemarin (Kamis). Tapi kemarin puncak gunung berkabut sehingga tidak terlihat. Tapi pagi ini masih terlihat kepulan asap. Tadi malam juga titik api terlihat jelas," kata Ketua Pos Pengamatan Gunung Slamet Desa Gambuhan Sudrajat saat dihubungi Sindonews, Jumat (21/8/2015).
Menurut Sudrajat, titik yang muncul kepulan asap terlihat berada di areal hutan bagian arah barat laut dari arah puncak Gunung Slamet. Ketinggiannya sekitar 2.700 meter di atas permukaan laut.
"Kelihatannya masuk dalam wilayah Kabupaten Tegal, berada di atas wilayah Guci," ujarnya.
(sms)