Perajin Tahu Tempe Kelimpungan

Jum'at, 21 Agustus 2015 - 08:41 WIB
Perajin Tahu Tempe Kelimpungan
Perajin Tahu Tempe Kelimpungan
A A A
BOJONEGORO - Perajin tahu dan tempe di Kabupaten Bojonegoro kewalahan akibat naiknya harga kedelai impor dalam 10 hari terakhir.

Naik harga kedelai asal Amerika Serikat itu membuat ongkos produksi membengkak. ”Harga kedelai impor naik seiring melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar,” ujar Slamet, 56, salah satu pedagang kedelai di Pasar Beras Tobo, Purwosari, Bojonegoro, kemarin.

Saat ini harga kedelai impor jenis bola hijau berada di kisaran Rp7.000 per kilogram (kg) naik Rp200 dari semula Rp6.800 per kg. Sementara harga kedelai jenis SBS merah saat ini Rp7.200 per kg dari sebelumnya Rp6.900 per kg. Harga kedelai lokal sekitar Rp5.800-Rp6.000 per kg.

Woko, 32, salah satu perajin tahu tempe di Desa Ledok Kulon, Kecamatan Bojonegoro, mengatakan, kedelai impor menjadi pilihan utama banyak perajin tahu tempe karena punya sejumlah kelebihan.

Kedelai impor tidak menyerap banyak minyak saat digoreng yang berbeda dengan kedelai lokal. Namun dengan harga kedelai impor naik, dia pun terpaksa membuat siasat agar biaya produksi tidak terlampau membengkak dan harga jual masih terjangkau. ”Biasanya, kami mencampur kedelai lokal dengan kedelai impor,” ujarnya.

Hingga kini pabrik tempat Woko bekerja tidak mengurangi jumlah produksi. Dalam sehari pabriknya membutuhkan sekitar dua kuintal kedelai. Tahutahu miliknya sebagian besar dipasarkan di Tuban. ”Kami berharap pemerintah memperhatikan kenaikan harga kedelai ini agar usaha tahu dan tempe tidak gulung tikar,” ujarnya.

Sementara lahan persawahan di Kecamatan Balen yang bisa ditanami kedelai saat musim kemarau tahun ini juga berkurang. Lahan persawahan yang ditanami kedelai sekitar 2.320 hektare, sedangkan luas lahan persawahan di Kecamatan Balen sekitar 5.353 hektare.

Menurut Mantri Pertanian Kecamatan Balen, Marjuki, sekitar 20% lahan persawahan di Kecamatan Balen tidak bisa ditanami kedelai karena mengalami kekeringan, yakni tanahnya gersang dan retak.

”Musim kemarau tahun ini datang lebih awal dan diperkirakan lebih panjang hingga akhir tahun. Petani kesulitan menebak kondisi cuaca sehingga mengalami gagal tanam,” ujarnya.

Muhammad roqib
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4486 seconds (0.1#10.140)