Harga Hanya Rp500/Kg, Petani Pilih Buang Tomat ke Selokan
A
A
A
GARUT - Petani tomat di Kabupaten Garut sengaja membuang tomat hasil panen ke selokan. Aksi membuang tomat itu merupakan bentuk kekesalan para petani, atas jatuhnya harga jual tomat yang saat ini hanya Rp500 per kilogram (kg).
Sebelumnya, petani biasa menjual tomat Rp3.000 per kg. Jatuhnya harga tomat merupakan dampak dari melimpahnya hasil panen.
“Melimpahnya tomat membuat harga makin murah. Banyak yang tidak laku. Akibatnya membusuk. Lebih baik dibuang saja ke selokan,” kata Yayat Ruhiyat (42) seorang petani di Kampung Pinggir Sari, Desa Sukatani, Kecamatan Cisurupan, Rabu (12/8/2015).
Menurutnya, murahnya harga tomat ini telah berlangsung sejak dua bulan lalu. Biasanya para petani mengirim tomat-tomat ini ke tengkulak.
“Kalau permintaan dari tengkulak masih tinggi. Ada yang untuk dikirim ke pasar, ada juga untuk ke luar pulau. Untuk yang ke luar pulau, tengkulak hanya meminta tomat yang memiliki kualitas super. Sementara sisa sortiran, ikut dibuang juga,” ujarnya.
Kenyataan tersebut membuat Yayat merasa rugi. Sebab hasil panen tidak sebanding dengan biaya yang telah dikeluarkan, seperti pupuk dan obat-obatan.
“Hasilnya tidak bisa menutupi modal. Pupuk dan obat-obatan mahal,” ucapnya.
Petani lainnya, Endang Solihin, mengaku tidak memanen tomat miliknya. Dia lebih memilih membiarkan tomat membusuk di tanamannya.
“Harga jualnya sangat buruk. Lebih baik dibiarkan busuk di pohonnya. Lagipula kalau dipetik, membutuhkan waktu lama. Antara dua hingga tiga hari,” kata Endang.
Mantan Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Garut ini membenarkan bila para petani banyak yang menjual tomat di kisaran Rp500 per kg.
“Bahkan ada juga yang menjual sampai Rp300 per kg,” timpalnya.
Sementara itu, Kepala UPTD Pasar Induk Guntur Ciawitali Garut, Dayat, mengatakan harga jual tomat di pasar saat ini jatuh di kisaran Rp3.000 per kg. Sebelumnya harga normal tomat Rp5.000 sampai Rp6.000 per kg.
“Sekarang persediaan tomat tengah melimpah karena memang musimnya panen raya. Maka sangat wajar jika harga tomat akhir-akhir ini benar-benar jatuh. Hukum pasar kan memang seperti itu. Di saat barang melimpah, tentu harganya akan turun, begitu juga sebaliknya," imbuh Dayat.
Sebelumnya, petani biasa menjual tomat Rp3.000 per kg. Jatuhnya harga tomat merupakan dampak dari melimpahnya hasil panen.
“Melimpahnya tomat membuat harga makin murah. Banyak yang tidak laku. Akibatnya membusuk. Lebih baik dibuang saja ke selokan,” kata Yayat Ruhiyat (42) seorang petani di Kampung Pinggir Sari, Desa Sukatani, Kecamatan Cisurupan, Rabu (12/8/2015).
Menurutnya, murahnya harga tomat ini telah berlangsung sejak dua bulan lalu. Biasanya para petani mengirim tomat-tomat ini ke tengkulak.
“Kalau permintaan dari tengkulak masih tinggi. Ada yang untuk dikirim ke pasar, ada juga untuk ke luar pulau. Untuk yang ke luar pulau, tengkulak hanya meminta tomat yang memiliki kualitas super. Sementara sisa sortiran, ikut dibuang juga,” ujarnya.
Kenyataan tersebut membuat Yayat merasa rugi. Sebab hasil panen tidak sebanding dengan biaya yang telah dikeluarkan, seperti pupuk dan obat-obatan.
“Hasilnya tidak bisa menutupi modal. Pupuk dan obat-obatan mahal,” ucapnya.
Petani lainnya, Endang Solihin, mengaku tidak memanen tomat miliknya. Dia lebih memilih membiarkan tomat membusuk di tanamannya.
“Harga jualnya sangat buruk. Lebih baik dibiarkan busuk di pohonnya. Lagipula kalau dipetik, membutuhkan waktu lama. Antara dua hingga tiga hari,” kata Endang.
Mantan Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Garut ini membenarkan bila para petani banyak yang menjual tomat di kisaran Rp500 per kg.
“Bahkan ada juga yang menjual sampai Rp300 per kg,” timpalnya.
Sementara itu, Kepala UPTD Pasar Induk Guntur Ciawitali Garut, Dayat, mengatakan harga jual tomat di pasar saat ini jatuh di kisaran Rp3.000 per kg. Sebelumnya harga normal tomat Rp5.000 sampai Rp6.000 per kg.
“Sekarang persediaan tomat tengah melimpah karena memang musimnya panen raya. Maka sangat wajar jika harga tomat akhir-akhir ini benar-benar jatuh. Hukum pasar kan memang seperti itu. Di saat barang melimpah, tentu harganya akan turun, begitu juga sebaliknya," imbuh Dayat.
(sms)