Gadget Bisa Ubah Perilaku Manusia
A
A
A
BANDUNG - Perkembangan teknologi yang belakangan terjadi berdampak pada kehidupan manusia, baik perilaku positif maupun negatifnya.
Pakar kesehatan Universitas Islam Bandung (Unisba) Tauhid Nur Azhar mengungkapkan gadget didominasi oleh piranti sekuler yang memberikan stimulus melalui hampir semua or gan inderawi. Oleh karena itulah, gadget juga disebut multimedia. Hal ini tidak bisa berpengaruh pada otak manusia, bahkan bisa men jadi lifestyle dan faktor pengubah perilaku manusia yang menggunakannya.
“Ada jalur-jalur sirkuit neuronal fungsional yang ketika ada stimulus pada sistem indera, ma ka respons dan aksi yang akan dilalukan ditentukan oleh perkem bangan di area otak. Hal inilah yang bisa mempengaruhi perilaku seseorang jika dis timulus oleh gadget,” ujarnya dalam Seminar Nasional Gad get, di Aula Utama Unisba, Jalan Tamansari, Kota Bandung, be lum lama ini. Menurutnya, keputusan se se orang untuk melakukan atau menyukai sesuatu sangat ber gantung pada sistem algoritma neuronal pada otak tersebut. Hal inilah yang men - jadi bagian dari kepu tusan yang diambil dalam hidup seseorang.
“Itu artinya, adiksi ter kait dengan meka nis me dan fungsi dasar yang ada di otak,” jelasnya. Meski adiksi terhadap gad get sangat berdekatan dengan fungsi otak, lanjut dia, akan te tapi hal ini bisa dicegah. Psikolog Ihsana Sabriani menyebut kan faktor pembiasaan ter hadap gadget ini harus bisa di batasi. Pertama, dengan aksi orang tua yang membatasi diri dalam pe nggunaan gadget pada anakanaknya. Kedua, jangan menggunakan gadget sebagai reward atas perilaku baik yang di tampilkan anak.
“Yang tak kalah pen tingnya, jangan men jadi kan penggunaan gadget sebagai sa rana untuk anak atau pun remaja suapaya asik sendiri,” ujar nya. Dia menyebutkan sebelum usia dua tahun, anak tidak akan terpapar pengaruh gadget karena otak anak tengah berkembang pesat. Namun begitu, anak harus mendapatkan stimulus dari orang-orang dan ling ku ngan sekitar, bukan gadget.
Dia menegaskan, anak dan remaja hanya boleh menghabiskan waktu menggunakan gadget maksimal dua jam sehari. “Orang tua sebaiknya merancang kegiatan outdoor yang menarik bagi anak dan remaja,” pungkasnya.
Anne rufaidah
Pakar kesehatan Universitas Islam Bandung (Unisba) Tauhid Nur Azhar mengungkapkan gadget didominasi oleh piranti sekuler yang memberikan stimulus melalui hampir semua or gan inderawi. Oleh karena itulah, gadget juga disebut multimedia. Hal ini tidak bisa berpengaruh pada otak manusia, bahkan bisa men jadi lifestyle dan faktor pengubah perilaku manusia yang menggunakannya.
“Ada jalur-jalur sirkuit neuronal fungsional yang ketika ada stimulus pada sistem indera, ma ka respons dan aksi yang akan dilalukan ditentukan oleh perkem bangan di area otak. Hal inilah yang bisa mempengaruhi perilaku seseorang jika dis timulus oleh gadget,” ujarnya dalam Seminar Nasional Gad get, di Aula Utama Unisba, Jalan Tamansari, Kota Bandung, be lum lama ini. Menurutnya, keputusan se se orang untuk melakukan atau menyukai sesuatu sangat ber gantung pada sistem algoritma neuronal pada otak tersebut. Hal inilah yang men - jadi bagian dari kepu tusan yang diambil dalam hidup seseorang.
“Itu artinya, adiksi ter kait dengan meka nis me dan fungsi dasar yang ada di otak,” jelasnya. Meski adiksi terhadap gad get sangat berdekatan dengan fungsi otak, lanjut dia, akan te tapi hal ini bisa dicegah. Psikolog Ihsana Sabriani menyebut kan faktor pembiasaan ter hadap gadget ini harus bisa di batasi. Pertama, dengan aksi orang tua yang membatasi diri dalam pe nggunaan gadget pada anakanaknya. Kedua, jangan menggunakan gadget sebagai reward atas perilaku baik yang di tampilkan anak.
“Yang tak kalah pen tingnya, jangan men jadi kan penggunaan gadget sebagai sa rana untuk anak atau pun remaja suapaya asik sendiri,” ujar nya. Dia menyebutkan sebelum usia dua tahun, anak tidak akan terpapar pengaruh gadget karena otak anak tengah berkembang pesat. Namun begitu, anak harus mendapatkan stimulus dari orang-orang dan ling ku ngan sekitar, bukan gadget.
Dia menegaskan, anak dan remaja hanya boleh menghabiskan waktu menggunakan gadget maksimal dua jam sehari. “Orang tua sebaiknya merancang kegiatan outdoor yang menarik bagi anak dan remaja,” pungkasnya.
Anne rufaidah
(ars)