Industri Manufaktur Tumbuh 10,69%

Selasa, 04 Agustus 2015 - 09:53 WIB
Industri Manufaktur Tumbuh 10,69%
Industri Manufaktur Tumbuh 10,69%
A A A
MEDAN - Meskipun kondisi perekonomian melambat, industri manufaktur besar dan sedang di Sumatera Utara (Sumut) masih mengalami pertumbuhan sebesar 10,69% pada triwulan II 2015 dibandingkan triwulan sebelumnya.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, Wien Kusdiatmono, mengatakan, industri yang mendorong kenaikan tersebut adalah industri makanan sebesar 16,09%, karet, barang dari karet dan plastik sebesar 2,86%. “Meskipun perekonomian melambat, industri masih menunjukkan peningkatan walaupun hanya dua jenis.

Kenaikan didorong karena adanya permintaan, baik dari dalam negeri maupunluarnegeri,” katanya kepada wartawan di Medan, Rabu (3/8). Sementara jika dilihat secara year on year (yoy), pertumbuhan industri ini hanya 4,13% dari periode sama tahun lalu yang didorong pertumbuhan industri makanan sebesar 10,36%, kayu, barang dari kayu dan gabus (tidak termasuk furnitur) dan barang anyaman dari bambu, rotan, dan sejenisnya 9,66%; serta karet, barang dari karet dan plastik sebesar 1,41%.

“Diharapkan pembangunan bidang industri manufaktur bisa dilaksanakan secara terpadu dan berkelanjutan. Sebab, selain berkontribusi terhadap produk domestik bruto, juga berperan penting dalam penciptaan lapangan kerja baru yang akan berdampak pada semakin menurunnya angka pengangguran,” paparnya. Ekonom Sumut, Wahyu Ario, menilai, pertumbuhan industri Sumut pada triwulan II seiring dengan peningkatan permintaan, terlebih pada industri makanan.

Kenaikan permintaan tersebut juga dikarenakan pada periode tersebut ada lonjakan permintaan barang konsumsi menyusul adanya Ramadan. Kemudian, konsumsi pemerintah seiring pengesahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional- Perubahan (APBN-P) 2015 yang juga akan diikuti di tingkat daerah. “Jadi, pertumbuhan industri karena adanya permintaan yang didongkrak momentum puasa.

Selain itu juga kemungkinan akibat pengaruh nilai tukar, sehingga mendongkrak permintaan ekspor. Hal ini sangat mungkin terjadi seperti pada industri karet, barang dari karet dan plastik, yang dapat dilihat dari nilai ekspor bulan Juni 2015,” ucapnya. Sementara Sekretaris Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sumut, Laksamana Adyaksa, mengatakan, secara riil kondisi di lapangan sebenarnya tidak menunjukkan ada pertumbuhan industri yang signifikan karena kondisi perekonomian sedang tidak baik.

Dari data BPS Sumut saja sudah jelas pertumbuhan industri terjadi karena peningkatan permintaan yang berarti hanya dari sisi konsumsi. “Yang terjadi hanya karena konsumsi saat Ramadan. Setelah itu bagaimana? Ini yang harus diperhatikan pemerintah. Hendaknya ada perubahan dari selama ini bergantung pada permintaan menjadi produksi, sehingga perekonomian dalam negeri lebih baik,” ujarnya.

Jelia amelida
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6554 seconds (0.1#10.140)