Ajak Mazdalifah Menempuh Ribuan Kilometer
A
A
A
SURABAYA - Mencari sosok yang satu ini tidak terlalu sulit. Dia bekerja sebagai Koordinator Divisi Radio Pusat Informasi dan Humas Universitas Airlangga (Unair) Surabaya. Perawakan yang di atas rata-rata tubuh orang Indonesia membuatnya mudah dikenali di Gedung Rektorat Unair Kampus C.
Itu masih ditambah dengan ciri khas kepala plontos serta kumis dan jenggotnya yang lebat. Dia adalah Yudira Pasada Lubis atau biasa dipanggil Idoy. Sekilas memang pria ini tampak sangar. Namun, begitu bertemu dan berkomunikasi langsung, ternyata pria asal Jambi ini sangat santun. Di sela-sela kesibukannya mengurusi radiounair.com , Idoy adalah penghobi motor.
Dia seorang biker yang siap menempuh jarak ribuan kilometer dengan motor tunggangan kesayangannya. Saat ini dia sedang mengkreasi sebuah motor gede dengan mesin mobil. Mazda Motor itu pun diberi nama Mazdalifah. ”Saya suka motor itu sejak SMA. Itu karena melihat bapak kok gagah jika mengendarai motor,” kata Idoy memulai kisahnya menjalani hobi sebagai biker.
Idoy menuturkan, touring pertama dilakoninya bersama klub motor Jambi Etnic Tiger (JET) pada 2005. Dia saat itu mendatangi ulang tahun seorang biker di Palembang. ”Ini pengalaman pertama touring . Lumayan mencekam karena belum berpengalaman,” ujar dia. Dari Jambi, rombongan JET hanya berdua. Dua motor yang ditunggangi juga masih standar serta sama-sama belum pernah tahu medan yang akan dilalui.
Selama tujuh jam perjalanan, kedua biker anyaran ini benar-benar harus pandai berhitung dengan bahan bakar motornya. Sangat sulit menemukan SPBU. Masih mending jika permukiman yang dilewati, tetapi jalur Jambi hingga Palembang lebih banyak terdapat hutan dan perkebunan. Selain harus beradaptasi dengan kondisi alam, mereka juga harus lebih sabar karena kondisi salah satu motor mudah overheat.
”Ternyata ban motor teman saya itu agak lebih besar. Efeknya, mesin jadi ngoyo sehingga mudah overheat . Solusinya, jadi sering berhenti di perjalanan. Meskipun lokasi di tengah hutan, kalau sudah overheat ya harus mandek. Itu ya agak ndredek-ndredek gitu ,” kata pria yang sudah fasih berdialek Suroboyoan ini. Karena itu, lanjut idoy, waktu tempuh jadi molor.
Namun, ketegangan dan rasa lelah itu langsung terbayar saat tiba di Palembang. Sambutan para biker Palembang di luar ekspektasi. Mereka menyambut rombongan JET seperti saudara yang hilang baru pulang. ”Ini merupakan kunjungan pertama JET ke Palembang,” ucap pria dengan bobot 120 kg dan tinggi 190 cm ini. Seusai acara, dua biker JET ini pulang ke Jambi. Idoy mengaku merasa lebih tenang ka-rena sudah tahu kondisi rute yang dilalui.
Namun, kejutan selalu datang dalam sebuah perjalanan panjang. Dua motor itu sama-sama mengalami gear box -nya. Perjalanan pulang menjadi sembilan jam. Touring pertama membuat Idoy semakin ketagihan menunggangi motor melintas kota. Pada tahun yang sama, Idoy berboncengan dengan seorang teman menempuh perjalanan yang lebih jauh lagi, Jambi-Pekanbaru. Mereka harus berjuang melintasi jalur Trans Sumatara yang kondisinya banyak jalan rusak dan berlumpur selama 24 jam.
Selama perjalanan banyak menemui razia yang dilaksanakan kepolisian setempat. ”Namun, saat petugas tahu kami dari klub motor, alhamdulillah bisa langsung lanjut perjalanan,” ujar pria yang kini juga aktif berkesenian di Teater Gapus Surabaya ini. Idoy semakin tertantang untuk menjelajah lebih jauh lagi. Hal itu akhirnya bisa dilakoni tanpa sengaja.
Dia membawa rombongan besar melintasi Jambi-Lampung. Banyak orang dengan banyak karakter. Banyak kendala dihadapi, terutama hujan. Ditambah, banyak jenis motor yang tidak bisa diajak ngebut, seperti motor ceper dan skuter panjang. Waktu tempuh lebih lama, menjadi 12 jam, padahal seharusnya enam jam. Selama perjalanan itu Idoy banyak mendapat pelajaran tentang karakter manusia hingga penyelesaian masalah.
Tahun 2006 Idoy kuliah di Unair Surabaya. Sejak itu hingga sekarang akhirnya menetap di kota yang mempertemukannya dengan Jessy, istri yang telah memberinya dua momongan. Lulus kuliah, Idoy bekerja dan kini menjabat sebagai Koordinator Divisi Radio Pusat Informasi dan Humas Universitas Airlangga Surabaya. Meski sudah memasuki dunia kerja, Idoy tetaplah seorang biker sejati. Pengalaman touring banyak bermanfaat dalam dunia kerja.
Manfaat yang dirasakan sangat berguna, di antaranya proses pengenalan karakter, pembacaan situasi, hingga pemecahan masalah. Soal pemberian nama Mazdalifah, Idoy menjelaskan, bagi biker , motor itu ibarat istrinya, perempuan. Nah, ia terinspirasi Musdalifah, yang menurutnya memiliki karakter keras dan tegas.
Begitulah karakter yang akan ditanam ke Mazdalifah. Mesin bawaan 600 cc di-bore up menjadi 800 cc. Warna dibiarkannya dengan warna karat. Setelah hampir dua tahun ”diproduksi” dengan biaya mencapai Rp20 juta, Mazdalifah siap mudik ke Jambi. ”Insya Allah tahun depan siap diajak touring ke Jambi,” pungkasnya.
Zaki Zubaidi
Itu masih ditambah dengan ciri khas kepala plontos serta kumis dan jenggotnya yang lebat. Dia adalah Yudira Pasada Lubis atau biasa dipanggil Idoy. Sekilas memang pria ini tampak sangar. Namun, begitu bertemu dan berkomunikasi langsung, ternyata pria asal Jambi ini sangat santun. Di sela-sela kesibukannya mengurusi radiounair.com , Idoy adalah penghobi motor.
Dia seorang biker yang siap menempuh jarak ribuan kilometer dengan motor tunggangan kesayangannya. Saat ini dia sedang mengkreasi sebuah motor gede dengan mesin mobil. Mazda Motor itu pun diberi nama Mazdalifah. ”Saya suka motor itu sejak SMA. Itu karena melihat bapak kok gagah jika mengendarai motor,” kata Idoy memulai kisahnya menjalani hobi sebagai biker.
Idoy menuturkan, touring pertama dilakoninya bersama klub motor Jambi Etnic Tiger (JET) pada 2005. Dia saat itu mendatangi ulang tahun seorang biker di Palembang. ”Ini pengalaman pertama touring . Lumayan mencekam karena belum berpengalaman,” ujar dia. Dari Jambi, rombongan JET hanya berdua. Dua motor yang ditunggangi juga masih standar serta sama-sama belum pernah tahu medan yang akan dilalui.
Selama tujuh jam perjalanan, kedua biker anyaran ini benar-benar harus pandai berhitung dengan bahan bakar motornya. Sangat sulit menemukan SPBU. Masih mending jika permukiman yang dilewati, tetapi jalur Jambi hingga Palembang lebih banyak terdapat hutan dan perkebunan. Selain harus beradaptasi dengan kondisi alam, mereka juga harus lebih sabar karena kondisi salah satu motor mudah overheat.
”Ternyata ban motor teman saya itu agak lebih besar. Efeknya, mesin jadi ngoyo sehingga mudah overheat . Solusinya, jadi sering berhenti di perjalanan. Meskipun lokasi di tengah hutan, kalau sudah overheat ya harus mandek. Itu ya agak ndredek-ndredek gitu ,” kata pria yang sudah fasih berdialek Suroboyoan ini. Karena itu, lanjut idoy, waktu tempuh jadi molor.
Namun, ketegangan dan rasa lelah itu langsung terbayar saat tiba di Palembang. Sambutan para biker Palembang di luar ekspektasi. Mereka menyambut rombongan JET seperti saudara yang hilang baru pulang. ”Ini merupakan kunjungan pertama JET ke Palembang,” ucap pria dengan bobot 120 kg dan tinggi 190 cm ini. Seusai acara, dua biker JET ini pulang ke Jambi. Idoy mengaku merasa lebih tenang ka-rena sudah tahu kondisi rute yang dilalui.
Namun, kejutan selalu datang dalam sebuah perjalanan panjang. Dua motor itu sama-sama mengalami gear box -nya. Perjalanan pulang menjadi sembilan jam. Touring pertama membuat Idoy semakin ketagihan menunggangi motor melintas kota. Pada tahun yang sama, Idoy berboncengan dengan seorang teman menempuh perjalanan yang lebih jauh lagi, Jambi-Pekanbaru. Mereka harus berjuang melintasi jalur Trans Sumatara yang kondisinya banyak jalan rusak dan berlumpur selama 24 jam.
Selama perjalanan banyak menemui razia yang dilaksanakan kepolisian setempat. ”Namun, saat petugas tahu kami dari klub motor, alhamdulillah bisa langsung lanjut perjalanan,” ujar pria yang kini juga aktif berkesenian di Teater Gapus Surabaya ini. Idoy semakin tertantang untuk menjelajah lebih jauh lagi. Hal itu akhirnya bisa dilakoni tanpa sengaja.
Dia membawa rombongan besar melintasi Jambi-Lampung. Banyak orang dengan banyak karakter. Banyak kendala dihadapi, terutama hujan. Ditambah, banyak jenis motor yang tidak bisa diajak ngebut, seperti motor ceper dan skuter panjang. Waktu tempuh lebih lama, menjadi 12 jam, padahal seharusnya enam jam. Selama perjalanan itu Idoy banyak mendapat pelajaran tentang karakter manusia hingga penyelesaian masalah.
Tahun 2006 Idoy kuliah di Unair Surabaya. Sejak itu hingga sekarang akhirnya menetap di kota yang mempertemukannya dengan Jessy, istri yang telah memberinya dua momongan. Lulus kuliah, Idoy bekerja dan kini menjabat sebagai Koordinator Divisi Radio Pusat Informasi dan Humas Universitas Airlangga Surabaya. Meski sudah memasuki dunia kerja, Idoy tetaplah seorang biker sejati. Pengalaman touring banyak bermanfaat dalam dunia kerja.
Manfaat yang dirasakan sangat berguna, di antaranya proses pengenalan karakter, pembacaan situasi, hingga pemecahan masalah. Soal pemberian nama Mazdalifah, Idoy menjelaskan, bagi biker , motor itu ibarat istrinya, perempuan. Nah, ia terinspirasi Musdalifah, yang menurutnya memiliki karakter keras dan tegas.
Begitulah karakter yang akan ditanam ke Mazdalifah. Mesin bawaan 600 cc di-bore up menjadi 800 cc. Warna dibiarkannya dengan warna karat. Setelah hampir dua tahun ”diproduksi” dengan biaya mencapai Rp20 juta, Mazdalifah siap mudik ke Jambi. ”Insya Allah tahun depan siap diajak touring ke Jambi,” pungkasnya.
Zaki Zubaidi
(ftr)