Injury Time yang Menegangkan

Selasa, 04 Agustus 2015 - 09:44 WIB
Injury Time yang Menegangkan
Injury Time yang Menegangkan
A A A
SURABAYA - Situasi politik pada akhir perpanjangan pendaftaran calon wali kota dan wakil wali kota Surabaya menegangkan. Pasalnya, calon yang sudah datang ke kantor KPU untuk mendaftar akhirnya pulang dan tak kembali lagi.

Adalah pasangan calon wali kota (cawali) dan calon wakil wali kota (cawawali) Surabaya, Dhimam Abror Djuraid dan Haris Purwoko yang diusung Partai Demokrat dan PAN gagal karena tak memenuhi persyaratan pendaftaran. Kedua pasangan ini mendaftar ke KPU pada saat injury time, yakni pukul 15.55 WIB kemarin atau 5 menit sebelum pendaftaran ditutup pukul 16.00 WIB. Keduanya kompak mengenakan pakaian atasan putih dengan kopiah hitam.

Keduanya diantar puluhan pendukungnya dengan bacaan salawat. Setibanya di kantor di Jalan Adityawarman itu, keduanya langsung menuju ruang pendaftaran di lantai dua. Dhimam-Haris bermodal 10 kursi di DPRD Kota Surabaya. Partai Demokrat dengan enam kursi dan PAN empat kursi. Sayangnya, pendaftaran pasangan yang menyebut diri Rois ini gagal.

Pasalnya, Haris Purwoko tidak sampai 5 menit berada di lantai dua ruang pendaftaran, keluar dari ruangan dan tidak kembali. Padahal tanda tangan Haris dibutuhkan sebagai salah satu persyaratan yang diminta KPU. ”Berkas-berkas pendaftaran Abror-Haris masih ada yang belum lengkap. Salah satunya berkas kesediaan Haris menjadi wakil wali kota mendampingi Dhimam Abror belum ditandatangani,” ujar Ketua KPU Surabaya Robiyan Arifin.

Karena itu, kata dia, KPU Kota Surabaya akan menunggu hingga jam 24.00 WIB tadi malam. Jika pada batas waktu yang ditentukan Haris tetap tidak bersedia memberikan tanda tangan, maka bisa dipastikan Pilwali Surabaya ditunda pada 2017. ”Jika hari ini (kemarin) berkasnya tidak lengkap sampai jam yang ditentukan, Pilwali Surabaya batal tahun ini,” katanya.

Dianggap Calon Boneka

Sementara Haries menegaskan, mengundurkan diri sebagai bakal calon karena dianggap calon boneka dalam Pilkada Surabaya 2015. ”Saya mengundurkan diri dari pencalonan karena saya dianggap sebagai calon boneka. Lalu saya ditelepon ibu saya dan disuruh mundur. Saya menuruti keinginan ibu saya dan keluarga,” kata Haries saat dihubungi wartawan.

Ketua Pemuda Pancasila Surabaya ini menyatakan mundur dalam Pilwali Surabaya mendampingi Dhimam Abror yang diusung Demokrat dan PAN ini murni karena harga diri. ”Jadi tidak ada sebab lain. Bukan karena sebab lain. Saya akan buktikandanmajupada 2017. Akan saya buktikan. Terima kasih ya atas dukungannya,” kata nya.

Ketua Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) Kota Surabaya Wahyu Hariadi mengatakan, sampai saat ini pasangan Dhimam-Haris belum dinyatakan sah mendaftar lantaran belum memenuhi salah satu dari tiga syarat mutlak, yakni tanda tangan surat pernyataan dari calon wakil wali kota yang diusung Demokrat-PAN untuk Haries Purwoko. ”Masalahnya hanya Dhimam Abror yang tanda tangan, calon wakilnya tidak,” katanya.

Pelaksana Tugas (Plt) Ketua DPC Partai Demokrat Kota Surabaya Hartoyo menyesalkan Haries yang diusung Demokrat dan PAN tiba-tiba mundur pada saat pendaftaran terakhir di KPU. ”Ya kecewa saja. Sudah sampai sini tidak bisa tanda tangan,” kata Hartoyo kepada wartawan di KPU Surabaya. Ketua DPC Gerindra Kota Surabaya BF Sutadi menanggapi keluarnya Partai Demokrat dan PAN dari barisan Koalisi Majapahit.

Menurutnya kedua partai tersebut masih setia dengan koalisi. Pasalnya, rekomendasi itu merupakan kebijakan DPP masing-masing partai. ”Koalisi Majapahit dalam tingkat kota masih kompak. Calon yang direkom sampai tadi malam (kemarin malam) ketua DPC partai tidak tahu, baru tahunya tadi pagi (kemarin pagi), jadi keputusan itu diambil pada tingkat elit politik,” katanya.

Anggota Komisi D DPRD Kota Surabaya ini mengatakan, perkembangan terakhir empat partai koalisi Partai Gerindra, Partai Golkar, PKS, dan PKB, kemarin malam sepakat tidak mengusung calon. Pasalnya, pasangan Tri Rismaharini- Wisnu Sakti Buana merupakan calon kuat yang memiliki elektabilitas dan popularitas tinggi.

Selain itu, keputusannya tidak mengusung calon menghindari anggapan calon boneka. Sebab tidak ada calon yang berani melawan pasangan petahana. Jika ada calon lain maju, hampir dipastikan merupakan calon ”pesanan”. ”Kami tidak mencalonkan, karena Risma (panggilan Tri Rismaharini) tidak ada musuhnya,” ucapnya. Kemunculan Dhimam Abror-Haris Purwoko membuat salah satu bacawali Antony Bachtiar kecewa.

Dia menilai paslon yang diusung PAN dan Partai Demokrat ini pertanda Koalisi Majapahit pecah. Koalisi yang terdiri dari enam parpol, yakni Partai Gerindra, Partai Demokrat, PAN, PKS, PKB, dan Partai Golkar, tidak mampu mengusung calon. ”Koalisi Majapahit yang diprakarsai oleh Sutadi dan AH. Tony (Gerindra) boleh dibilang gagal total karena tidak bisa merekomendasi calon pasangan untuk maju ikut pilkada tahun ini,” katanya.

Lukman hakim
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0754 seconds (0.1#10.140)