Agus Triharsito, Harumkan Nama Pekalongan

Senin, 03 Agustus 2015 - 07:03 WIB
Agus Triharsito, Harumkan...
Agus Triharsito, Harumkan Nama Pekalongan
A A A
SALAH satu putra daerah asal Pekalongan yang patut dicontoh adalah Agus Triharsito. Komisaris Utama PT Barokah Marine itu berhasil mengharumkan nama Kota Pekalongan di kancah nasional dengan meraih penghargaan perusahaan inovatif bidang maritim dari Koran SINDO.

"Ya senang tapi juga kaget mendapat penghargaan itu. Penghargaan saya terima dari Koran Sindo itu di Makassar, Jumat (31/7) malam. Itu penghargaan satu-satunya untuk perusahaan galangan swasta di Indonesia," katanya saat ditemui Koran SINDO di rumahnya, Minggu (2/8/2015) sore.

Agus mengaku tidak menyangka akan mendapatkan penghargaan tersebut. Sebab, dirinya baru sekitar empat tahun mendirikan perusahaan galangan kapal tersebut. Menurutnya, yang terpenting adalah bekerja dengan ikhlas.

"Yang terpenting kerja untuk masyarakat Pekalongan khususnya dan Indonesia pada umumnya," ujarnya.

Kini, bapak dua anak itu mengaku lebih percaya diri seusai mendapatkan penghargaan dari Koran SINDO. Hal itu, kata Agus, memacunya untuk terus berkarya.

"Harus bisa percaya diri, terus berkarya. Harus ada ide setiap saat. Jangan bicara kelompok-kelompok, kita harus bicara Indonesia secara menyeluruh."

Suami dari Eronurwijah itu mengaku akan terus mengembangkan dunia maritim di Indonesia. Pihaknya mengaku akan menarik investor untuk masuk Kota Pekalongan.

"4-5 Agustus 2015 ini, saya akan ketemu Kedubes Swiss dan juga mengisi seminar maritim di UI. Di Jakarta saya juga akan bertemu Grup MNC di Tower MNC, untuk bahas kemaritiman itu," terangnya.

Motivasinya untuk terus berkarya bertambah saat bertemu Mendikbud Anies Baswedan. Menurutnya, sang menteri berpesan untuk tidak menghabiskan kapal produksinya.

"Jangan habiskan produksimu. Dalam waktu dekat saya akan ke tempatmu," kata Agus menirukan pesan Anies Baswedan.

Menurutnya, saat ini Indonesia membutuhkan kapal yang tepat guna. Selain itu juga murah dan efisien.

"Tidak perlu kapal mewah seperti di Jepang, cukup kapal paralon seperti Taiwan. Selain murah, awet, juga bisa mengurangi pembalakan kayu dengan menggantikan bahan baku kayu ke paralon," paparnya.

Dijelaskan, pembuatan kapal menggunakan paralon itu anggarannya lebih efisien sekitar 30-40 persen dibandingkan kapal kayu. Sedangkan kapal di atas 30 GT, diusulkan untuk menggunakan bahan baku baja.

"Sehingga tidak seluruh bagian kapal di atas 30 GT menggunakan kayu. Kapal 30 GT bahan kayu dan baja cost-nya beda tipis. Sedangkan sebuah kapal kayu di bawah 30 GT biaya sekitar Rp1,2 miliar, kalau kapal berbahan baku paralon hanya sekitar Rp 800 juta," jelasnya.

Tujuan dia membuat kapal murah tersebut untuk membantu nelayan sekitar agar bisa memiliki kapal sendiri. Sehingga, para TKI dan nelayan Indonesia yang bekerja di luar negeri bisa kembali ke Indonesia.

"Kalau ada investor yang bisa memberikan kredit kepada nelayan itu kan enak. Saudara-saudara nelayan kita yang menjadi TKI di Taiwan itu bisa kembali melaut di negeri sendiri. Apalagi Ibu Menteri Susi sudah tegas menindak pencuri ikan, otomatis ikan kita melimpah, TPI bisa kembali ramai. Saya juga sudah bertemu langsung dan memberikan proposal kapal paralon itu ke Bu Susi."

Namun, saat ini pihaknya mengaku masih terkendala investor yang dapat mendorong pelaksanaan kapal berbahan baku paralon tersebut. ‎Dia berharap, ada investor yang dapat mendorong tumbuhnya kemaritiman di Kota Pekalongan.

"Kami tidak hanya akan bekerja sama dengan pemerintah, namun juga investor swasta," tambahnya.

PILIHAN:
Ilham Saputra, Keliling Indonesia dengan Vespa Bekas
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1061 seconds (0.1#10.140)