Menjaring Laba di Jalur Segitiga Emas

Selasa, 28 Juli 2015 - 10:09 WIB
Menjaring Laba di Jalur...
Menjaring Laba di Jalur Segitiga Emas
A A A
ANGIN segar mulai dirasakan para pelaku usaha kecil Kabupaten Pasuruan seiring pembukaan ruas jalan tol Porong–Gempol dan Gempol–Pandaan. Mereka merasakan imbas positif meningkatnya kepadatan arus lalu lintas di jalur segitiga emas Jawa Timur tersebut.

Meningkatnya kunjungan wisatawan di kawasan Kompleks Masjid Cheng Ho, Pandaan, secara tidak langsung juga dirasakan pelaku usaha kecil di Pasar Wisata. Di antaranya, sentra bordir Bangkodir (Bangil Kota Bordir), jalur pantura Surabaya–Probolinggo, serta para pedagang kue klepon di simpul pintu tol Gempol.

Reynaldi Angga Pratama, pemilik usaha klepon buah di Gempol, mengungkapkan, peningkatan pendapatan dan omzet jualannya terjadi pada weekend. Jika pada weekday omzet dagan g a n n y a hanya berkisar 400 kotak dengan harga jual Rp5.000/kotak, pada saat weekend meningkat dua kali lipatnya. Menurutnya, lancarnya arus lalu lintas di jalur pantura berdampak positif terhadap pengembangan usahanya.

Naiknya intensitas para pengguna jalan yang melintas di ujung jalan tol ini membuatnya lebih optimistis usaha penjualan makanan tradisional tersebut bakal ikut terkatrol. “Omzet penjualan klepon meningkat dua kali lipat pada saat weekend. Kami optimistis akan terus meningkat pada saat mendatang,” kata Reynaldi. Pada sektor industri pakaian jadi, kerajinan bordir yang menjadi salah satu primadona UKM di Kabupaten Pasuruan juga menampakkan geliat ekonomi yang terus membaik.

Peningkatan pesanan dan omzet yang terus berdatangan hingga dari luar negeri, bahkan menjadikan para perajin yang bergabung dalam Asosiasi Perajin Bordir (Aspendir) mengubah nama menjadi Asosiasi Pengusaha Bordir. Ketua Aspendir Kabupaten Pasuruan, Yoenarti Suwarno mengungkapkan, industri bordir yang berkembang pesat di Kecamatan Rembang, Bangil, Pandaan, Sukorejo, dan Beji, sejak beberapa tahun lalu sangat memikat para pembeli tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga luar negeri.

Para pengusaha bordir di Pasuruan ini memiliki ciri khas yang tetap menggunakan mesin manual untuk memenuhi pesanan pembeli. ”Penggunaan mesin manual ini juga dalam rangka untuk memberdayakan masyarakat sekitar. Sebab, jika menggunakan mesin komputerisasi, akan memutus mata rantai industri UKM yang banyak menyerap tenaga kerja,” kata Yoenarti.

Hingga kini di Kabupaten Pasuruan telah berkembang sebanyak 104 pengusaha bordir yang tersebar di lima kecamatan tersebut. Melalui berbagai sarana promosi yang bekerja sama dengan Pemkab Pasuruan, hasil kerajinan tersebut telah menembus hingga ke Malaysia, Brunai Darussalam.

Arie yoenianto
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7766 seconds (0.1#10.140)