Anindya Andara Terlahir Tanpa Anus
A
A
A
MUARA ENIM - Malang dialami Anindya Andara, bayi perempuan buah hati pasangan Panji Syailendra dan Rini Purwanti, warga Desa Tegal Rejo, Kecamatan Lawang Kidul, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan. Dia terlahir tanpa memiliki anus.
Agar bisa mengeluarkan kotoran dari dalam perutnya, bayi berusia dua bulan tersebut harus menjalani operasi di bagian perutnya. Namun, hal itu hanya sementara sebelum dilakukan operasi pembuatan anus pada posisi semestinya. Hanya saja, selain usia yang masih sangat muda, belum memungkinkan dilakukan operasi.
Panji mengatakan, operasi pembuatan anus sementara di bagian perut putrinya dilakukan di RS HM Rabain Muaraenim. Untuk memiliki anus seperti umumnya anus orang normal, buah hatinya tersebut paling tidak membutuhkan dua kali lagi operasi. Itu pun harus dilakukan di Palembang.
Selain kendala usia dan berat badan anaknya yang belum laik dilakukan operasi, keluarga ini memiliki kendala finansial. Maklum, sehari-hari orangtua bayi tersebut hanya berprofesi sebagai tukang ojek.
"Harus dua kali lagi operasi, yang pertama sudah dilakukan untuk membuat saluran pembuangan melalui dinding perut, jadi total harus tiga kali operasi," jelas Panji, Minggu (26/7/2015).
Kondisi putrinya tersebut, menurut Panji, memang sejak lahir sudah tidak memiliki anus. Dokter mengatakan Anindya harus menjalani operasi pembuatan anus. Pada bagian tubuh anaknya yang seharusnya memiliki lubang anus, hanya rata biasa.
"Kalau untuk operasinya nanti bisa menggunakan fasilitas Jamkesmas, tapi untuk keperluan lain seperti membeli obat dan kain kasa harus membeli sendiri, takutnya nanti kami kekurangan biaya waktu membawa anak kami ke Palembang," ujarnya.
Dirinya sangat berharap jika ada para dermawan yang ingin membantu menyisihkan sedikit rezeki untuk biaya pengobatan putrinya. Karena, menurutnya, membawa putrinya berobat ke Palembang membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Belum lagi saat ini saja mereka harus tinggal menumpang di rumah mertuanya.
"Jujur saya terkadang tidak tega melihat kondisi anak saya, tapi bagaimana lagi dan akan terus berusaha untuk kesembuhan anak saya."
Ibu bayi tersebut, Rini, mengatakan, dirinya dan suami sama sekali tidak menduga anaknya akan lahir dengan keterbatasan fisik. Dirinya mengaku, selama hamil kondisi kandungannya normal dan tidak ada gejala sama sekali. Dirinya sangat terkejut saat mengetahui kondisi anaknya saat dilahirkan.
"Kata dokter, operasinya nanti menunggu berat anak saya paling tidak 5 kilogram dan itu di Palembang, tapi jujur saja kami terkendala dengan biaya."
Agar bisa mengeluarkan kotoran dari dalam perutnya, bayi berusia dua bulan tersebut harus menjalani operasi di bagian perutnya. Namun, hal itu hanya sementara sebelum dilakukan operasi pembuatan anus pada posisi semestinya. Hanya saja, selain usia yang masih sangat muda, belum memungkinkan dilakukan operasi.
Panji mengatakan, operasi pembuatan anus sementara di bagian perut putrinya dilakukan di RS HM Rabain Muaraenim. Untuk memiliki anus seperti umumnya anus orang normal, buah hatinya tersebut paling tidak membutuhkan dua kali lagi operasi. Itu pun harus dilakukan di Palembang.
Selain kendala usia dan berat badan anaknya yang belum laik dilakukan operasi, keluarga ini memiliki kendala finansial. Maklum, sehari-hari orangtua bayi tersebut hanya berprofesi sebagai tukang ojek.
"Harus dua kali lagi operasi, yang pertama sudah dilakukan untuk membuat saluran pembuangan melalui dinding perut, jadi total harus tiga kali operasi," jelas Panji, Minggu (26/7/2015).
Kondisi putrinya tersebut, menurut Panji, memang sejak lahir sudah tidak memiliki anus. Dokter mengatakan Anindya harus menjalani operasi pembuatan anus. Pada bagian tubuh anaknya yang seharusnya memiliki lubang anus, hanya rata biasa.
"Kalau untuk operasinya nanti bisa menggunakan fasilitas Jamkesmas, tapi untuk keperluan lain seperti membeli obat dan kain kasa harus membeli sendiri, takutnya nanti kami kekurangan biaya waktu membawa anak kami ke Palembang," ujarnya.
Dirinya sangat berharap jika ada para dermawan yang ingin membantu menyisihkan sedikit rezeki untuk biaya pengobatan putrinya. Karena, menurutnya, membawa putrinya berobat ke Palembang membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Belum lagi saat ini saja mereka harus tinggal menumpang di rumah mertuanya.
"Jujur saya terkadang tidak tega melihat kondisi anak saya, tapi bagaimana lagi dan akan terus berusaha untuk kesembuhan anak saya."
Ibu bayi tersebut, Rini, mengatakan, dirinya dan suami sama sekali tidak menduga anaknya akan lahir dengan keterbatasan fisik. Dirinya mengaku, selama hamil kondisi kandungannya normal dan tidak ada gejala sama sekali. Dirinya sangat terkejut saat mengetahui kondisi anaknya saat dilahirkan.
"Kata dokter, operasinya nanti menunggu berat anak saya paling tidak 5 kilogram dan itu di Palembang, tapi jujur saja kami terkendala dengan biaya."
(zik)